Pangeran berlari sekencang mungkin menghindari makhluk tidak waras yang kini tengah mengejarnya. Apa-apaan gadis itu, mereka baru saja bertemu dan dirinya sudah dipaksa untuk menyuapi gadis yang mengaku bernama Ara. Tentu saja Pangeran menolaknya. Ia kira Ara akan menerima walaupun merasa sedih. Namun diluar dugaannya, gadis itu malah mengejarnya seolah-olah Pangeran ini adalah jambret.
Karena terlalu sibuk berlari, Pangeran tidak sengaja menubruk seseorang bertubuh gempal yang dipenuhi lemak-lemak. Siapa lagi kalau bukan Bu Mini. Tidak seperti namanya yang berarti kecil, Bu Mini ini mempunyai tubuh yang begitu besar seperti habis digigit lebah di sekujur tubuhnya.
"Maaf Bu, maaf." Pangeran kembali berlari kencang tanpa mempedulikan tubuh Bu Mini yang mengggelinding mengenaskan di lantai.
Ara yang sampai di samping Bu Mini yang berbaring itu pun berhenti. Bukannya menolong guru kimia yang kesusahan untuk berdiri itu, Ara justru memandangnya dengan heran. Ini juga kali pertamanya ia melihat seseorang dengan tubuh sebesar itu.
"Waw, manusia juga bisa memiliki tubuh sebesar ini." Ara menyentuh tubuh Bu Mini. Mengelus tangan guru itu yang besar seperti samsak.
"Apa kamu bilang?!" hardik Bu Mini tidak terima. Dengan susah payah guru itu bangkit dari jatuhnya. Pangeran sialan! Gara-gara pemuda itu dirinya menjadi sial seperti ini.
"Aku bilang kamu ini besar sekali. Aku kira manusia tidak ada yang bertubuh besar seperti dirimu," ujar Ara masih mengamati lekuk tubuh Bu Mini yang seperti lontong.
"Kurang ajar kamu! Berani kamu mengatai saya, hah?!" kesal Bu Mini naik pitam. Bahkan Ara dapat melihat tanduk kambing di kepalanya. Tinker lah yang memberitahu kepadanya tentang macam-macam hewan di bumi.
"Aku tidak mengataimu, Guru. Aku hanya berbicara seadanya, seperti yang aku lihat saat ini. Apakah tubuhmu yang seperti buto ijo pantas disebut kecil? Tidak 'kan?" ujar Ara kelewat jujur.
"Menantang saya kamu, hah?!" Bu Mini besiap-siap mengeluarkan jurusnya. Yakni berteriak sekencang mungkin hingga membuat telinga siapapun akan sakit mendengarnya.
"Tidak. Aku tidak ingin mencari gara-gara. Aku pergi dulu, Guru." Ara pamit pergi dengan santainya. Siapapun, tolong Bu Mini yang ingin pingsan saat ini.
🐚🐚🐚
Jam pelajaran kembali dimulai. Ara masih terus memperhatikan Pangeran dengan sinis. Bukannya merasa takut, Pangeran justru membalasnya dengan tatapan yang jauh lebih menakutkan sepuluh kali lipat. Melihat itu Ara pun membalikkan tubuhnya ke depan. Merasa takut dengan tatapan maut itu.
"Ara, maju ke depan," perintah Bu Lili. Guru matematika minat itu ingin melihat kemampuan anak didik barunya.
Tanpa banyak pikir Ara pun maju ke depan. Entah akan diapakan dirinya ini. Gadis itu melihat Bu Lili memberikan sebuah benda yang sedari tadi dipakai Bu Lili untuk menulis di benda persegi panjang berwarna putih yang menggantung di dinding.
"Ini apa?" tanya Ara sambil mengamati benda panjang itu.
"Itu spidol, Ara," jawab Bu Lili. Entah anak didiknya itu sedang membuat lelucon atau bukan, dirinya tidak tahu.
"Spidol? Untuk menulis?" tanya Ara.
"Benar Ara. Sekarang jawab soal yang saya tulis di papan tulis." Bu Lili menunjuk tulisannya di papan tulis yang berisi rentetan angka yang sama sekali Ara tidak tahu. Di negeri Dingin mana ada pelajaran matematika minat.
"Tenang saja. Masih ada aku, Putri."
Ara tersenyum lega. Ia masih memiliki Tinker yang akan menjadi otaknya di bumi. Ia pun mulai menuliskan sesuatu apa yang Tinker katakan. Otaknya yang tidak mengerti soal-soal di papan tulis, tiba-tiba bisa mengerjakan. Bukan-bukan. Tangannya-lah yang mengerjakan, bergerak sendiri akibat sihir dari Tinker.
Tidak lama setelah itu Ara berhasil menyelesaikan dua soal matematika di papan tulis. Semua siswa-siswi yang melihat itu terkejut. Pasalnya, soal yang tadi diberikan Bu Lili sangat susah sekali. Tidak ada satupun anak yang dapat mengerjakan di XI IPA 1, termasuk Pangeran.
"Wah! Kamu anak yang pandai!" kagum Bu Lili.
"Aku sudah biasa mendengar pujian itu di negeriku. Boleh aku duduk di kursi jelek itu lagi?" Ara berujar frontal. Banyak tatapan siswi yang tak suka terhadapnya.
Bu Lili mengangguk. "Tentu saja."
Ara pun berjalan kembali ke arah bangkunya. Ia sedikit menaikkan dagunya saat melihat Pangeran yang tengah menatapnya. Seolah-olah mengatakan bahwa dirinya lebih baik dari pemuda itu.
🐚🐚🐚
Bel pulang sekolah berbunyi. Membuat seluruh murid SMA Arjuna berbondong-bondong keluar gerbang untuk segera pulang ke rumah. Jika mereka cepat-cepat ingin pulang, lain halnya dengan Ara. Dia ini harus bagaimana? Kemana ia akan pergi? Apalagi bumi begitu luas. Bisa-bisa dirinya tersesat.
Daripada ia seperti makhluk asing yang terlantar di bumi, lebih baik ia mengikuti Pangeran yang sudah keluar dari gerbang sekolah. Ara berlari mengejar pemuda itu. Sedikit mengerutkan kening saat Pangeran keluar tanpa kendaraan seperti murid lain.
Ara melihat pemuda itu berhenti di sebuah rumah kecil menurut Ara. Di depannya ada tulisan yang sangat besar yakni WARUNG BU LIK. Itumah bukan rumah, tapi warung.
"Tempat apa itu?" gumam Ara bertanya-tanya. Akibat rasa penasarannya yang tinggi, Ara memutuskan untuk menghampiri Pangeran yang sudah masuk ke dalam.
Saat Ara berhasil ikut masuk ke dalam, ia melihat manusia-manusia seumurannya berjenis kelamin laki-laki tengah berkumpul disana. Mereka menatap dirinya seolah Ara ini adalah berlian. Walaupun menurut Ara sendiri dirinya memang berlian.
"Widih ada cewek cantik," sapa salah satu cowok dengan genit kepadanya.
"Maaf, aku bukan cewek. Tetapi aku seorang Putri," jawab Ara sembari menundukkan sedikit kepalanya.
"Sama aja kali Neng," balas teman cowok itu.
"Aku juga bukan Neng, namaku Ara," jawab Ara.
"Oh namanya Ara." Cowok yang menyapanya tadi mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bos! Ada cewek cantik nih!"
Bos? Apa lagi itu? -Batin Ara bertanya-tanya.
Seseorang yang dipanggil bos tadi datang. Yang tak lain dan tak bukan adalah Pangeran. Ara mengangguk-anggukkan kepalanya. Selain bernama Pangeran, pemuda yang menyimpan permata ajaib itu juga bernama Bos.
"Ngapain lo?" tanya Pangeran terkejut melihat kehadiran Ara si gadis aneh ke markas Geng Handsome yang diketuai dirinya.
"Aku? Aku kesini untuk mengikutimu. Karena tidak tahu mau pulang kemana, aku memutuskan untuk mengikutimu saja," jawab Ara.
Dengan segera Pangeran menarik gadis itu keluar dari warung Bu Lik. "Pulang sana!" perintah Pangeran galak kepada Ara.
"Aku sudah bilang tadi, aku tidak tahu harus pulang kemana," jawab Ara lagi.
"Terus urusannya sama gue apa?" tanya Pangeran sinis.
"Bolehkah aku ikut denganmu?" tanya Ara memohon.
"Lo gila?! Kita aja nggak kenal, nggak usah ngaco, deh!" tolak Pangeran mentah-mentah.
"Kamu sudah tau namaku bukan? Itu artinya kita sudah kenal, Pangeran," timpal Ara.
"Gue cuma tau nama lo doang!" jawab Pangeran.
"Tidak apa-apa. Nanti kita akan kenal lebih jauh," ujar Ara yang membuat Pangeran ingin menampol bibir kurang ajarnya itu.
"Ogah!" tolak Pangeran. "Gue mau pulang. Jangan ngikutin gue!" ujar Pangeran tak mau diganggu gugat. Ia segera menaiki motornya lalu menjalankannya tanpa mau peduli kepada Ara.
🐚🐚🐚
Sampai jumpaaa
_1080 kata_
![](https://img.wattpad.com/cover/231661292-288-k105689.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Dingin (Lengkap)
General FictionNamanya Putri Dingin. Putri dari Kerajaan di negeri Dingin. Ia ditugaskan ayahnya untuk mencari permata ajaib yang hilang di bumi. Saat Raja Panas ingin mencuri permata ajaib itu, naasnya permata itu malah jatuh ke bumi dan ditemukan oleh seorang pe...