Fourteen

19.9K 3.8K 191
                                    

Ara berjalan cepat untuk menyamakan langkahnya dengan Pangeran. Pemuda itu seolah-olah tidak mau bersanding dengan dirinya. Bu Lili, wali kelas XI IPA 1 menyuruh mereka untuk pergi ke ruang teater entah untuk apa. Apalagi gurunya itu juga menyuruh Ara. Membuat Pangeran semakin merasa malas saja. Waktu istirahatnya tersita gara-gara itu.

Sesampainya di ruang teater, Pangeran dan juga Ara terkejut saat melihat banyak orang disana. Ternyata, bukan hanya mereka berdua yang diundang kesini. Ada Lani, Arka, dan masih banyak lainnya.

"Ini dia pemeran utamanya udah dateng," ujar Bu Lili. Pangeran mengernyit bingung. Apa maksud Bu Lili?

Pangeran dan Ara duduk bersebelahan karena hanya tempat itu yang tersisa. Sebenarnya Pangeran juga ogah jika harus duduk bersebelahan dengan Ara.

"Kalian sudah tahu belum, maksud Ibu ngumpulin kalian disini?" tanya Bu Lili kepada siswa-siswi yang diundang ke ruang teater.

"Belum," balas mereka serentak.

"Oke, Ibu jelaskan dulu. Dalam rangka memperingati hari ulang tahun SMA Arjuna, kita akan mengadakan beberapa pentas, salah satunya adalah drama," ucap Bu Lili menerangkan.

Beberapa dari mereka bertepuk tangan senang dan aja juga yang tidak suka--termasuk Pangeran. Ara yang tidak paham dengan itu pun memutuskan untuk diam daripada membuat kericuhan.

"Kalian semua diutus pihak sekolah untuk memainkan drama Beauty and The Beast," lanjut Bu Lili.

"Untuk peran-peran kalian, akan Ibu bacakan. Ini tidak bisa diganggu gugat. Pihak sekolah sudah memikirkannya matang-matang."

Siswa-siswi yang hadir pun tidak sabar untuk mengetahui apa peran mereka nantinya.

"Pemeran utama dalam drama ini adalah Pangeran dan Ara," ucap Bu Lili yang membuat semuanya memelototkan matanya terkejut.

"Apa?!" Lani menggebrak mejanya, merasa tidak terima. "Nggak bisa gitu dong, Bu. Pokoknya saya yang harus jadi pemeran utamanya sama Pangeran," lanjutnya.

"Saya nggak setuju." Pangeran mengacungkan tangannya. "Saya nggak mau main drama, Bu."

"Kenapa nggak saya aja yang jadi peran utamanya, Bu?" tanya Arka ikut protes kepada Bu Lili.

"Enak aja! Pokoknya gue sama Pangeran yang jadi pemain utama," timpal Lani.

"Ogah," balas Pangeran. Mendengar itu, Lani mengerucutkan bibirnya merasa malu.

"Pangeran malu-malu kucing, ya?" Lani menaik turunkan alisnya berniat menggoda Pangeran.

"Sama lo? Idih, ogah!" ucap Pangeran.

"Sebenarnya ... apa itu drama?" pertanyaan yang keluar dari mulut Ara itu membuat beberapa orang yang berada di dalam ruangan tertawa. Apa-apaan gadis itu. Hal sekecil itu dia tidak tahu? Benar-benar mengagumkan.

"Drama sama dengan bersandiwara, Putri. Seperti yang kau lakukan saat ini. Menyamar menjadi manusia, padahal kau adalah seorang peri," ujar Tinker menjelaskan.

Ara mengangguk-anggukkan kepalanya, merasa paham sekarang. "Oh ... sandiwara," gumamnya.

"Itu tahu," ujar Pangeran.

Ara menampilkan cengirannya.

"Ibu lanjutkan lagi, oke?" ucap Bu Lili.

"Loh, nggak bisa, dong Bu. Pokoknya saya harus sama Pangeran!" kata Lani tidak mau tahu.

"Saya tekankan sekali lagi. Keputusan ini tidak bisa diganggu gugat, atau nilai kalian yang jadi ancamannya," ujar Bu Lili.

Mereka yang semula berdebat tidak setuju pun hanya bisa pasrah. Daripada nilai yang menjadi ancaman, lebih baik mereka menurut.

Putri Dingin (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang