Fourty Two

14.2K 2.9K 37
                                    

Ara menatap Rey yang kini tengah memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lelaki itu mengajak dirinya ke sebuah rumah yang begitu besar dan mewah. Entah apa tujuannya Ara tidak tahu. Yang pasti, dirinya merasa takut mengingat kalau ia pernah diculik oleh tiga orang preman.

Rey sengaja menyayat tangannya menggunakan cutter. Wajahnya ia perlihatkan melas ke arah Ara. Ara tidak tahu apa yang menjadi dasar lelaki itu melukai tangannya. Hal yang bodoh sekali.

"Lihat ini. Berdarah." Rey memperlihatkan tangannya kepada Ara.

"Apa maksudmu?" tanya Ara berkedip tidak paham. Ruangan yang ditempatinya ini begitu luas dan sepi. Agak menakutkan karena ia hanya berdua dengan Rey.

"Kamu pura-pura tidak tahu?" Rey tersenyum miring lalu berjalan mengitari Ara yang berdiri tegak.

Ara menepis tangan Rey saat lelaki itu menyentuh tangannya dengan tidak sopan. "KURANG AJAR!" bentak Ara merasa marah.

Bukannya merasa bersalah, Rey justru bertepuk tangan dengan tawanya yang menyebalkan. "Waw, kamu bisa marah ternyata."

"Apa maumu? Kenapa kamu mengajakku kemari?" tanya Ara.

"Ini." Rey kembali menunjuk tangannya. "Bukannya kamu bisa menyembuhkan luka dengan begitu mudah?"

Deg

Jantung Ara berdebar lebih kencang saat itu juga. Apakah lelaki itu sudah mengetahuinya? Bagaimana dengan nasibnya nanti? Ara benar-benar tidak siap. Bagaimana kalau dirinya diburu massal oleh orang-orang?

"Kamu bercanda 'kan? Aku hanya manusia biasa." Ara mencoba untuk biasa saja.

Rey kembali tertawa. "Memangnya saya bilang kalau kamu bukan manusia biasa?"

Ara merutuk dalam hati. Sial.

"Aku hanya menebak dari perkataanmu," jawabnya.

"Bukannya kamu sudah menyelamatkan Pangeran sebanyak dua kali?" tanya Rey dengan menaikkan sebelah alisnya.

Ara menggelengkan kepalanya cepat. Dari mana papanya Pangeran mengetahui itu semua? Atau jangan-jangan dia menguntit dirinya dan Pangeran selama ini. Kurang ajar.

"Mungkin kamu salah lihat."

"Saya tidak bodoh, gadis ajaib. Kamu bisa menyembuhkan luka dengan memberikan ciumanmu itu." Rey memegang bibirnya. "Kalau saya memberitahukan tentangmu kepada publik, saya akan terkenal bukan?"

Ara menggertakan rahangnya. Itulah salah satu sifat manusia. Mereka suka mementingkan diri sendiri tanpa mau tahu kalau ada pihak yang tersakiti. Keegoisan sifat yang melekat pada manusia yang membuat Ara merasa kesal. Contohnya seperti Rey.

"Kamu jangan berbicara yang tidak-tidak!" sentak Ara.

Rey mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan mulai mengutak-atiknya. "Saya punya bukti. Kamu mau apa?" ujar Rey terdengar menentang. Ia memperlihatkan video di mana Ara dan Pangeran berciuman waktu itu. Di pinggir jalan dan ketika mereka berada di rumah sakit.

Ara mengepalkan tangannya. Mengapa manusia mempunyai alat yang canggih untuk merekam aksinya? Ara benar-benar tidak terima.

"Masih mau mengelak?" Ara memalingkan wajahnya. Enggan menatap Rey sialan itu.

"Saya akan tahan kamu di sini. Sampai kamu mau mengakuinya sendiri."

****

Tepat 24 jam Pangeran, Arka, maupun teman-temannya masih tidak bisa menemukan Ara. Kedua pemuda yang menaruh rasa pada Ara tadi sempat berkelahi. Pangeran marah kepada Arka karena pemuda itu ceroboh. Seharusnya dia bisa belajar dari kejadian sebelumnya. Bukannya malah teledor dan mengulang kejadiannya.

Putri Dingin (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang