Fourty One

15.3K 2.8K 138
                                    

Ara menatap sedih ke arah es krimnya yang tumpah. Gadis itu mengelus lututnya yang terasa sakit akibat terbentur lantai dengan kerasnya. Beruntung luka sebelumnya sudah mengering. Ini semua gara-gara Lani. Entah apa maksud gadis itu menjegal kaki Ara dengan kakinya.

Bahkan sekarang Lani tertawa mengejek ke arah Ara yang kesakitan.

"Rasain lo! Emang enak!" Lani menginjak tangan Ara menggunakan sepatunya. Bukan hanya itu, ia justru menekannya dengan keras hingga membuat Ara berteriak kesakitan. Ia menarik tangannya agar terlepas dari injakan Lani.

"Jahat," ujarnya lalu mulai menangis. Tangannya sampai berdarah dan kotor. Ara meniupinya berharap dapat mengurangi rasa sakitnya.

"Itu balesannya karena lo udah ngerebut peran gue!" sentak Lani. "Jangan sombong jadi cewek! Giliran nggak ada Arka sama Pangeran aja lo mewek." Lani tertawa di akhir kalimatnya.

Ara berdiri lalu menepuk roknya yang kotor. "Aku tidak punya salah denganmu, gadis kurang cantik yang memalukan!" ujar Ara menantang.

Karena geram, Lani menampar pipi gadis itu dengan kencang. Rasa panas dan perih menjalar di pipi kiri Ara. Bisa saja dirinya membunuh Lani saat ini juga. Namun keputusan itu bukanlah hal yang baik. Biarlah Ara bersikap seperti manusia lainnya.

Ara mengibaskan rambutnya. "Aku cantik dan kamu kurang cantik. Pantas saja kamu iri denganku. Benar begitu, bukan?" Ara menunjukkan senyuman miringnya.

"Kurang ajar!" Lani melayangkan kembali tamparannya.

Sebelum benar-benar mengenai pipi Ara, seseorang menahannya terlebih dahulu. Lani menatap siapa pelakunya. Matanya membulat saat melihat Pangeran yang melakukannya.

"Berani sentuh dia, urusan lo sama gue," ujar Pangeran terdengar tajam dan menusuk. Ia memandang Ara yang menunduk ke bawah sembari melihat tangannya yang berdarah.

"Lo yang lukain dia?" tanya Pangeran kepada Lani.

Lani meneguk ludahnya susah payah. Pangeran mendadak ber-aura mencekam saat ini. Gadis itu menggigit bibir bawahnya keras-keras dengan kaki yang bergetar ketakutan.

"GUE NANYA!" sentak Pangeran yang membuat Lani berjingkrak kaget.

Walaupun takut, Lani menganggukkan kepalanya pelan.

"Kali ini gue maafin. Kalau lo ngulangin, jangan harap bisa lolos dari gue," ujar Pangeran tajam lalu menarik Ara dari kerumunan siswa-siswi yang menyaksikan itu semua.

****

Ara memandang Pangeran yang tengah serius mengobati luka di tangannya. Dari dekat wajah Pangeran memang jauh lebih tampan. Itu membuat jantung Ara berdetak tidak karuan. Bahkan tangannya sampai terasa dingin saking groginya. Ara tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya.

"Sakit?" tanya Pangeran.

Ara menggelengkan kepalanya. Melihat wajah tampan milik Pangeran sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit di tangannya. Senyum Ara mengembang senang. Perasaannya terasa begitu menyenangkan.

"Kenapa kamu berubah menjadi baik?" tanya Ara.

"Manusia itu kayak power rangers. Bisa berubah kapan aja," balas Pangeran. Selesai membalut luka Ara, ia beralih duduk di samping gadis itu. Keduanya berada di UKS sekolah.

"Power rangers?" bingung Ara yang tentunya tidak paham.

Pangeran tertawa kecil dibuatnya. Gadis yang disukainya benar-benar orang yang polos. "Tapi kalau buat lo, jangan berubah, ya. Gue suka lo yang kayak gini. Spesial." Pangeran tersenyum. Manis sekali. Bahkan Ara tidak pernah melihat senyuman Pangeran yang begitu tulus itu sebelumnya.

Putri Dingin (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang