Twenty Nine

16.1K 3.2K 122
                                    

Arka menepuk pundak Pangeran secara tiba-tiba hingga membuat pemuda itu terkejut. Pangeran melayangkan tinjuan ringan di lengan cowok itu. Arka pun hanya tertawa menanggapi sahabatnya. Ia ikut duduk di sebelah Pangeran dan menatap Ara yang masih asyik bermain bola.

"Dia lucu, ya," ujar Arka tiba-tiba.

Pangeran melihatnya dengan tatapan bingung. Tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh sahabat dari kecilnya itu. "Siapa maksud lo?" tanyanya.

Arka menunjuk ke arah Ara. Pangeran pun mengikutinya lantas berdehem pelan dan berkata, "Ngeselin iya," jawabnya.

Arka tertawa kecil lalu memainkan dua kerikil kecil di tangannya. Tatapannya sangat sulit diartikan. Sebelum bertemu dengan Ara, Arka adalah seorang pemuda yang sulit tertawa. Bukan berarti dirinya bersifat dingin seperti kebanyakan cowok di wattpad. Ia hanya tidak peduli dengan sekitarnya.

Setelah mengenal Ara, baik Pangeran maupun teman-temannya yang lain merasakan perbedaan yang begitu kentara. Pemuda itu menjadi lebih sering tertawa dan bahagia. Mungkin Pangeran perlu berterima kasih kepada gadis itu karena telah sedikit mengubah sifat kaku sahabatnya itu.

"Gue beruntung bisa ketemu sama dia." Arka menjeda ucapannya. "Semenjak ketemu Ara, gue selalu ngerasa perlu ngelindungin dia." Arka mengakhiri kalimatnya dengan senyuman tipis.

Pemuda itu tertawa kecil saat Ara hampir saja terjungkal kalau Lisa tidak segera menariknya. "Nggak akan gue biarin siapun ngerebut dia dari gue." Setelah mengatakan itu, Arka pergi meninggalkan Pangeran.

Sementara itu, Pangeran memandang Arka dengan kening berkerut. Apa maksud dari ucapan sahabatnya itu?

****

Arka berjalan masuk ke dalam rumahnya. Tangannya menenteng tas sekolah miliknya. Pemuda itu menyugar rambutnya ke belakang. Dengan langkah panjangnya ia berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Hari ini ia merasa begitu lelah padahal Arka tidak melakukan banyak hal hari ini.

Sesampainya di kamar, tanpa melepas seragamnya terlebih dahulu, Arka langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Matanya memandang langit-langit kamarnya.

Akhir-akhir ini Ara selalu memenuhi pikirannya. Itu membuat Arka semakin yakin kalau dirinya menyimpan perasaan kepada gadis polos itu. Dadanya menghangat kala mengingat Ara yang pernah berkata kalau dirinya selalu membuat gadis itu merasa bahagia.

Arka tersenyum lalu bangkit dari tidurnya. Ia berjalan menuju balkon setelah mengambil sebuah gitar kesayangannya. Setelah itu ia mendaratkan bokongnya di atas sofa yang berada di balkon kamarnya.

Arka mulai memetik gitar. Bernyanyi sembari menikmati semilir angin sore yang menerpanya. Pemuda itu menghabiskan waktu sorenya dengan bermain gitar.

"Ara ... tunggu sebentar lagi," ujarnya penuh arti.

****

Setelah dirinya mandi dan bersiap-siap, Ara pergi menuju rumah Pangeran. Gadis itu merasa rindu dengan Tante Mala. Ara memang sudah menghapal jalan menuju rumah pemuda itu. Tante Riri ingin mengantarnya tetapi Ara menolaknya. Gadis itu berjalan kaki menuju rumah Pangeran.

Ara melihat ke kanan dan ke kiri. Kemampuan menyeberangnya memang belum seberapa. Setidaknya dirinya tidak seperti dulu yang sama sekali tidak bisa menyeberangi jalan. Setelah dirasa tidak ada kendaraan yang lewat lagi, Ara segera berlari. Akhirnya dia sampai di depan rumah Pangeran.

Tanpa lama-lama Ara segera masuk ke dalam rumah Pangeran tanpa permisi. Gadis itu terkikik saat melihat Pangeran yang tidur di atas sofa. Dengan langkah pelan Ara mendekatinya.

"BAAAA!!!" kejutnya tidak kira-kira. Pangeran yang kaget pun jatuh ke lantai membuat Ara yang melihatnya tidak kuasa menahan tawa.

Ara menepuk perutnya yang sakit akibat tertawa. Gadis itu menatap geli Pangeran yang tengah menatap dirinya tajam.

Putri Dingin (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang