Twenty

18.3K 3.5K 170
                                    

Pada akhirnya Arka mengantarkan Ara ke rumah sakit. Ara dengan sok tahunya itu berjalan terlebih dahulu ke lobi rumah sakit. Akibat dari sok tahunya itu, Ara hampir saja masuk ke kamar mayat. Arka segera menarik tangan gadis itu lalu membawanya ke ruang rawat Mala.

Sesampainya di tempat tujuan, Arka segera membuka pintu ruang rawat Mala. Saat pintu itu berhasil terbuka, keduanya dikejutkan dengan Pangeran yang sedang bertelanjang dada. Arka refleks menutup mata Ara menggunakan tangannya.

"Mengapa kamu menutup mataku?" tanya Ara mencoba untuk melepaskan tangan Arka yang menutupi matanya.

"Jangan dilihat," balas Arka.

Pangeran yang melihat kehadiran mereka berdua pun lantas mencari letak kaosnya. Dengan buru-buru pemuda itu memakainya. Padahal tubuh Pangeran itu memang nikmat untuk dilihat. Setelah Pangeran selesai menggunakan kaosnya, Arka menyingkirkan tangannya dari mata Ara.

"Tante Mala!" pekik Ara heboh lalu berlari menghampiri Mala yang tengah berbaring. Sebelum itu, Pangeran terlebih dahulu menahan jidat Ara hingga membuat gadis itu berhenti.

"Lo nggak lihat Mama gue lagi tidur?" tanya Pangeran.

Ara melihat Tante Mala. "Kenapa kalau Tante Mala tidur?" tanya Ara.

"Ya lo pikir aja sendiri!" semprot Pangeran.

Arka menarik tangan Ara dan membawa gadis itu duduk di atas sofa. Tatapan mata Pangeran masih mengintimidasi mereka berdua. Hal itu membuat Ara menundukkan kepalanya, takut terkena amarah dari manusia tidak tampan itu.

"Lo berdua bolos?" tanya Pangeran setelah menyadari keduanya yang masih memakai seragam sekolah.

Arka berdehem lalu menunjuk Ara.

"Elu biang keroknya?" tuding Pangeran kepada Ara.

"Biang kerok?" Ara memiringkan kepalanya. "Kerak telor?" tanyanya saat mengingat Tante Mala pernah memberikannya makanan enak itu.

"Pala lu kerak telor," hujat Pangeran.

Arka berbisik di telinga Ara. "Udah jangan dijawab, dia itu orang gila," ucap Arka.

"Jadi, orang gila yang sebenarnya itu Pangeran?" tanya Ara. Arka mengangguk sebagai jawaban.

"Ngomong apa lo berdua?!" Pangeran memelototkan matanya.

"Apakah kamu tuli sampai tidak bisa mendengarnya?" tanya Ara yang langsung membuat Pangeran merasa geram.

Pangeran beralih duduk di sebelah Arka. Alisnya menaut tajam tanda dia sedang kesal. Entah mengapa, setiap ada Ara, emosinya naik drastis. Ara memang makhluk yang paling menyebalkan.

"Ka," panggil Pangeran yang ditujulan kepada Arka. "Lo ngapain sih nurutin dia?" tanyanya.

"Dia tadi nekad. Hampir aja ketabrak mobil kalau gue nggak cepet nyelametin," balas Arka.

"Dia emang pembawa sial, Ka!" ujar Pangeran.

"Siapa bilang aku ini pembawa sial?" Ara menatap Pangeran sebal.

"Lo. Siapa lagi emang?" Pangeran menaikkan dagunya berniat menantang Ara.

Ditantang seperti itu membuat Ara menjambak rambut Pangeran saking kesalnya dengan pemuda itu. Arka mencoba membantu melepaskannya namun Ara malah semakin menguatkan jambakannya.

"Rambut gue rontok nih! Lepas nggak lo?!" Pangeran mencoba melepaskan jambakan Ara.

"Rasakan!" Ara menarik rambut Pangeran dengan kuat. Setelah puas, gadis itu melepaskannya begitu saja.

Putri Dingin (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang