Twenty One

18.3K 3.6K 136
                                    

Ara dan Arka berada di rumah sakit hingga sore. Mereka berdua menghabiskan waktu setengah hari di ruang rawat Mala. Ara pun dengan senang hati membantu apapun yang Mala butuhkan. Mulai dari menyuapi wanita itu yang berujung dihabiskan olehnya tanpa tahu malu. Memijat Mala yang malah membuat mamanya Pangeran itu menjerit kesakitan karena Ara tak sengaja menekan lukanya.

Tingkah Ara hari ini begitu menjengkelkan. Bukan-bukan, tiap hari pun gadis itu bertingkah seenaknya saja dan suka membuat onar. Tidak ada hal yang dapat dilakukan gadis itu dengan baik.

Setiap kali Pangeran ingin memarahinya, Arka selalu melarangnya dan malah membela Ara yang jelas-jelas salah. Di sini Pangeran berperan sebagai tokoh protagonis yang tersakiti. Sementara Ara berperan sebagai tokoh antagonis yang sangat kejam itu. Dan Arka hanyalah peran pembantu yang membela tokoh antagonis.

"Jangan dimakan bego!" ujar Pangeran saat Ara ingin memakan obat Mala.

"Mengapa tidak boleh? Kamu ini pelit sekali," ujar Ara menimpali. Tanpa peduli dengan Pangeran, gadis itu memakan obat milik Mala. Saat obat pahit itu mengenai lidahnya, Ara segera memuntahkannya.

"Apa ini?" Ara mengambil kembali pil yang tadi sudah dijilatnya. "Mengapa rasanya pahit?" tanyanya.

"Namanya juga obat," jawab Pangeran sembari memutar bola matanya malas. Jujur saja, pemuda itu merasa eneg melihat Ara sejak pagi hingga sore di ruang rawat Mala. Beberapa kali Pangeran mengusir gadis itu. Namanya juga Ara, tidak akan pernah mengalah pada Pangeran.

Dengan sengaja Ara melempar pil tadi hingga mengenai pipi Pangeran. Tindakannya itu langsung dihadiahi pelototan tajam milik Pangeran. Ara hanya mampu menampilkan cengiran tak berdosanya yang membuat Pangeran ingin menyobek mulut kurang ajar milik Ara.

"Pulang sono!" usir Pangeran. Pemuda itu menatap Arka yang asyik bermain handphone di atas sofa. "Ka, bawa pulang nih orgil," ujarnya kepada Arka.

"Lo mau pulang, Ra?" tanya Arka kepada Ara.

Jelas saja Ara menggelengkan kepalanya tidak mau. Gadis itu masih ingin berlama-lama di dekat Tante Mala entah apa alasannya.

"Nanti. Kamu saja yang pulang!" perintah Ara kepada Pangeran.

"Berani ngusir gue? Emang lo siapa?" tanya Pangeran menaikkan sebelah alisnya.

"Aku?" Ara menunjuk dirinya sendiri. "Aku Ara. Gadis paling cantik di mana-mana," imbuhnya.

"Huek." Pangeran ingin muntah sekarang juga.

Ara menatap tangannya yang tiba-tiba memancarkan sebuah cahaya. Jantung gadis itu berdebar dengan sangat kencang. Tubuhnya bergetar karena panik. Dengan cepat Ara keluar dari ruang rawat Mala dan berlari sekencang mungkin. Arka yang ingin mengejar Ara ditarik oleh Pangeran. Pemuda itu berkata kalau Ara ingin membeli minum di kantin.

Ara berlari ke sembarang arah hingga membuatnya sampai di taman belakang rumah sakit yang sepi. Gadis itu memejamkan matanya. Menarik napas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Ara kembali membuka matanya dan melihat tangannya yang mengeluarkan cahaya berwarna putih kekuningan.

Ara menekan pelipisnya. Mencoba menghubungkan sinyal antara dia dan Tinker. Beberapa saat kemudian sinyal keduanya menyala.

"Putri?" panggil Tinker.

"Tinker, tolong bantu aku," ujar Ara.

"Hari ini adalah malam bulan purnama. Pergilah ke tempat yang sekiranya sepi dari orang-orang sebelum mereka melihat wujud aslimu," ujar Tinker memberi tahu. Setiap malam bulan purnama, Ara akan berubah menjadi seorang peri seperti wujudnya di Negeri Dingin. Setelah bulan purnama terlewati, ia akan kembali berwujud manusia.

Putri Dingin (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang