"Mas? Mbak? Bangun."
Pangeran mengucek matanya saat ada seseorang yang mengganggu tidurnya. Pemuda itu membuka matanya yang masih berat. Samar-samar ia melihat seorang bapak-bapak berdiri di depannya. Pangeran terkejut dan refleks berdiri membuat Ara yang menyenderkan kepalanya di bahu Pangeran jatuh ke bawah dengan mengenaskan.
Ara terbangun saat tubuhnya menghantam semen lumayan keras. Gadis itu mengerjapkan matanya masih bingung dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya.
Ketiga orang itu saling tatap satu sama lain. Pangeran dan Ara baru sadar apa yang sudah terjadi. Semalam mereka berdua mendorong motor. Karena sudah kecapekan, keduanya memutuskan untuk beristirahat sebentar tapi malah berujung ketiduran sampai pagi.
"Kalian ini gembel?" tanya bapak itu dengan wajahnya yang cengo.
Pangeran memelototkan matanya. Apakah wajahnya yang tampan juga penampilannya yang keren ini patut disebut sebagai gembel?
"Enak aja. Saya ketiduran di sini, Pak. Motor saya kehabisan bensin semalam," ujar Pangeran menjelaskan.Ara yang masih di bawah lantas berdiri di samping Pangeran. Tangannya menggaruk rambutnya seperti anak kecil saja.
Bapak itu menganggukkan kepalanya. Ia memperhatikan kedua remaja di depannya dari atas sampai bawah. "Kalian tidak berbuat macam-macam 'kan?" tanya bapak itu memastikan.
Dengan cepat Pangeran menggelengkan kepalanya. "Enggaklah! Bapak jangan ngomong sembarangan, ya," jawab Pangeran sewot.
"Loh, saya 'kan cuma nanya. Kamu ini bagaimana?" jawab bapak itu.
Ara melihat Pangeran. "Sama orang yang lebih tua tidak boleh seperti itu," jawabnya terdengar bijak.
Bapak itu mengacungkan jempolnya. "Cewekmu pinter," ujarnya kepada Pangeran.
Pemuda itu bergidik ngeri. "Dia bukan cewek saya, Pak," jawabnya cepat.
"Yang sabar, Neng. Tidak dianggap memang menyakitkan," ujar bapak itu kepada Ara.
Ara hanya meringis canggung merasa tidak paham dengan arah pembicaraan bapak itu. Tanpa berpamitan atau apa, bapak itu meninggalkan mereka berdua.
"Ayo dorong motor lagi," ujar Pangeran lalu berjalan menghampiri motornya yang terparkir di pinggir jalan. Masih untung motor kesayangannya tidak hilang diambil orang.
Ara pun menurut. Mereka berdua kembali mendorong motor Pangeran. Pom bensin sudah berada di dekat mereka. Dengan semangat keduanya mendorong motor hingga sampai di pom bensin.
Tanpa lama-lama Pangeran segera mengisi motornya dengan bahan bakar. Sementara Ara berdiri di pinggir jalan menunggu Pangeran. Tangannya memijat lehernya pelan karena terasa pegal. Mungkim karena semalaman tidur dengan posisi yang salah. Apalagi kepalanya menjadi tumpuan kepala Pangeran.
Beberapa saat setelahnya, Pangeran datang menghampirinya dengan motor yang sudah menyala. Ara tersenyum senang akhirnya dia bisa pulang. Tanpa lama-lama, Ara naik ke atas motor pemuda itu.
Melihat antusias Ara, Pangeran tersenyum tipis. Semalaman bersama dengan Ara terasa begitu berkesan baginya.
****
Sesampainya di rumah Tante Riri, Ara segera turun dari atas motor Pangeran. Dengan cepat ia melepas helm dan jaket pemuda itu lalu memberikannya kepada Pangeran.
"Terima kasih," ujar Ara disertai senyuman tulus.
Pangeran mengangguk lantas memakai jaketnya sendiri dan mengenakan helm full facenya. "Habis ini langsung mandi, terus sekolah. Gue nggak mau lo telat, sarapannya nanti di kantin. Gue yang traktir sebagai permintaan maaf gue semalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Dingin (Lengkap)
General FictionNamanya Putri Dingin. Putri dari Kerajaan di negeri Dingin. Ia ditugaskan ayahnya untuk mencari permata ajaib yang hilang di bumi. Saat Raja Panas ingin mencuri permata ajaib itu, naasnya permata itu malah jatuh ke bumi dan ditemukan oleh seorang pe...