Thirteen

19.9K 3.9K 211
                                    

Selama perjalanan pulang menuju rumah Tante Riri, Ara mengoceh ria membuat telinga Pangeran terasa sakit ketika mendengarnya. Arka yang ingin bertanggung jawab untuk mengantarkan Ara pulang, mendadak punya urusan. Buah hasil dari perbuatannya itu membuat Pangeran sengsara. Pemuda itu tak henti-hentinya mengumpat di sepanjang jalan karena Ara yang terus menanyakan hal-hal yang tidak sepatutnya dipertanyakan.

Pangeran benar-benar mengutuk Arka yang seenak jidatnya menyuruh dirinya mengantarkan Ara. Seumur hidup, ini kali pertamanya Pangeran membonceng seorang cewek di motor kesayangannya. Apalagi orang itu adalah Ara--Si gadis gila.

"Kenapa kamu berhenti?" tanya Ara saat menyadari Pangeran yang memberhentikan motornya.

"Lo nggak lihat? Lampu merah tuh." Pangeran menunjuk lampu lalu lintas yang menunjukkan warna merah.

"Kenapa?" tanya Ara bingung.

"Lo tamat SD nggak sih?" tanya Pangeran balik. Merasa tidak percaya bahwa Ara sudah masuk SMA.

"SD? Apa itu?" Ara menggaruk rambutnya yang tidak tertutup oleh helm. Berputus sinyal dengan Tinker, membuatnya tidak mengetahui apa-apa tentang keadaan di bumi.

"Lo pura-pura nggak tahu?"

"Aku memang tidak tahu. Coba jelaskan padaku secara runtut supaya aku bisa memahami," balas Ara.

"Ogah! Daripada mulut gue berbusa, mending diem aja." Pangeran melanjutkan perjalanan lagi setelah lampu lalu lintas berwarna hijau.

"Mengapa berbusa?" Ara semakin bingung dibuatnya.

"Banyak tanya lo! Kuping gue pedes nih!" sentak Pangeran merasa jengkel.

"Itu karena kamu membuatku merasa bingung. Berada di bumi, membuatku seperti makhluk yang bodoh saja," ujar Ara.

"Emang selama ini lo kemana? Pluto?" tanya Pangeran.

"Pluto? Apalagi itu? Apakah salah satu bagian dari bumi? Ataukah dimensi yang berbeda?"

"Lo-"

"Jangan marah. Meskipun kamu tampan, tetap saja marah dapat membuatmu terlihat jelek. Aku tidak suka," serobot Ara..

Pangeran memutar bola matanya malas. "Gue juga nggak berharap disukai sama orgil kayak lo."

"Orgil? Apa itu?" tanya Ara lagi, lagi, dan lagi.

"Anj-"

Braakkkkk

Malang sudah nasib Pangeran hari ini. Sudah jatuh, tertimpa motor pula. Akibat meladeni Ara yang memiliki tingkat kepintaran yang sebesar 0,0000000000001 persen itu, lagi-lagi Pangeran tertimpa sial. Pemuda itu menabrak trotoar.

Lebih sialnya lagi, jalan yang mereka lewati ini sangat sepi. Mungkin karena hari yang hampir larut. Ara yang terhempas di atas aspal pun dengan segera bangkit dari jatuh tidak estetiknya. Peri macam dirinya jauh lebih kebal terhadap luka daripada manusia.

Ara mengangkat motor Pangeran terlebih dahulu. Melihat kelakuan Ara yang mirip dengan Superman, tentu membuat Pangeran terkejut. Gadis seperti Ara bisa mengangkat motor besarnya. Selesai dengan urusan motor, Ara segera mengecek kaki Pangeran yang berdarah-darah.

Ara memukulnya yang membuat Pangeran menjerit kesakitan.

"Kenapa lo mukul kaki gue?!" Pangeran menatap malang kakinya yang sepertinya patah.

"Apakah ini sakit?" tanya Ara. Gadis itu menyentuh darah yang menetes dari luka Pangeran.

"Ya sakit lah, bego!" Pangeran menjitak kepala Ara lumayan keras.

Putri Dingin (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang