Sore ini latihan drama Beauty and The Beast diadakan. Seluruh calon pemain drama berkumpul di ruang teater. Termasuk juga Ara, Arka, dan juga Pangeran. Ketiganya memang cocok dengan peran yang akan mereka mainkan nantinya. Meskipun berat hati, Pangeran tetap melakukannya. Bu Lili mengancam nilai dan Pangeran tidak ingin hal buruk itu terjadi kepadanya.
Pangeran yang mengingat kejadian kemarin pun hanya bisa diam di samping Ara. Mengapa gadis itu terlihat biasa saja? Tidak seperti dirinya yang sudah berkeringat dingin. Pangeran merutuk dalam hati. Dasar gadis tidak tahu diuntung. Sudah ditolong kemarin tapi dia belum berterima kasih kepadanya.
Tapi tunggu dulu, mengapa Ara terlihat baik-baik saja? Bukannya kemarin dia terluka parah?
"Bukannya kemarin lo luka?" tanya Pangeran berbisik di telinga Ara.
Ara yang sedang berbicara dengan Arka pun menoleh ke arah Pangeran. "Nanti kuceritakan. Kamu jangan membicarakan soal ini. Kalau sampai kamu menanyakan hal ini lagi, aku tidak akan segan-segan membunuhmu," ujar Ara untuk menakut-nakuti Pangeran.
"Lo pikir gue takut?" tantang Pangeran.
"Aku bisa saja membunuh tanpa menyentuhmu." Ara menyipitkan matanya.
"Ternyata lo seorang dukun?" tanya Pangeran. "Lo bisa nyantet orang?" tanya Pangeran curiga.
Ara yang tak paham pun hanya melongo. Pangeran itu berbicara apa? Otak pintarnya tidak bisa merespon dengan baik. "Dukun itu apa? Nyantet juga apa? Kamu ini tidak jelas sekali," bingung Ara sembari menggaruk kepalanya.
"Lo dukun tapi nggak tahu?" Pangeran tertawa. "Dasar abal-abal!" imbuhnya meledek Ara.
Gadis itu kembali menatap ke arah Arka. "Dasar manusia tidak jelas," gumamnya yang ditujukan untuk Pangeran.
Arka yang mendengar itu pun tertawa lalu menatap Ara. "Ada apa lagi?" tanyanya. Pangeran dan Ara memang makhluk yang tidak bisa akur.
"Temanmu itu." Ara melirik ke arah Pangeran. "Dia benar-benar bodoh, gila, dan tidak jelas," lanjutnya yang membuat Arka tertawa. Selama ini belum pernah ada yang berani mengatai Pangeran seperti itu selain Arka.
"Kebalik. Itu harusnya buat lo, dodol!" jawab Pangeran yang merasa kesal. Ara benar-benar makhluk yang tidak sadar diri.
"Dodol? Makanan?" tanya Ara. Kemarin Tante Riri memberinya dodol yang sangat lezat.
Pangeran menepuk kepalanya. "Sekarang terbukti. Siapa yang bodoh, gila, dan nggak jelas. Itu lo, bego!" Pangeran berujar dengan penuh kemenangan.
"Pokoknya kamu yang bodoh, gila, dan tidak waras," tuding Ara tidak mau kalah.
"Lo!" jawab Pangeran.
"Kamu!"
"Lo!"
"Kamu!"
"Lo!"
"Ara!"
"Pangeran!"
"Stop!" ujar Arka di tengah-tengah keributan yang mereka berdua ciptakan. "Kalian diem. Kuping gue panas banget, asli," ujarnya.
Ara yang mendengar itu pun lantas menatap Arka dengan raut khawatir. "Kenapa dengan telingamu? Apa ada masalah?" Ara mengecek kedua telinga Arka. Takut-takut jika ada masalah dengan pendengaran pemuda itu. Ara bahkan meniup-niup telinga Arka yang katanya panas.
"Apakah masih panas?" tanya Ara sembari terus meniup telinga Arka.
Arka tertawa cekikikan karena merasa geli. "Udah Ra, udah," ujarnya yang merasa tergelitik dengan apa yang Ara lakukan kepadanya.
Pangeran yang melihat itu pun memutar bola matanya malas. "Dasar makhluk edan," ujarnya jengah melihat tingkah laku Ara.
"Baik anak-anak kita mulai latihanya sekarang. Kalian sudah menghafalkan naskahnya 'kan?" seru Bu Lili di depan calon pemain drama.
"Sudah Bu!" jawab siswa-siswi serempak, termasuk Ara. Sebenarnya gadis itu tidak menghafalkan naskahnya. Toh, nanti Tinker pasti akan membantunya.
"Pangeran dan Ara maju ke depan," perintah Bu Lili.
Pangeran dengan ogah-ogahan menuruti perintah guru itu. Lagi-lagi ia harus berdekatan dengan Ara. Itu membuat Pangeran merasa sangat kesal.
"Berdiri bersebelahan." Bu Lili mendempetkan keduanya. "Kalian ini cocok sekali," ujar Bu Lili senang.
"Cocok dari mananya sih, Bu? Cocokan juga sama saya," celetuk Lani menolak perkataan Bu Lili.
Bu Lili memperhatikan Lani dari atas sampai bawah. Cantik. Namun tidak memiliki aura menawan seperti Ara. Menurut Bu Lili, Ara memiliki aura yang berbeda seperti gadis lainnya. Siapapun yang melihatnya, pasti akan menengok lagi.
Bu Lili menggelengkan kepalanya. "Sangat tidak cocok," ujarnya yang membuat Lani menutup mukanya karena malu. Ia melemparkan tatapan sinis kepada mereka yang menertawakannya.
"Dasar kurang cantik," gumam Ara yang ditujukan kepada Lani.
Pangeran yang mendengar itu pun lantas menimpali, "emangnya lo cantik?" tanyanya yang merasa kalau Ara terlalu percaya diri.
Ara menyibak rambutnya ke belakang. "Kamu lihat saja sendiri." Ara memegang kedua pipinya menggunakan telapak tangannya. "Diantara gadis yang ada di sini, apakah ada yang lebih cantik dariku?" tanya Ara dengan menaikkan dagunya.
Pangeran mengakui dalam hati kalau Ara memang memiliki paras yang cantik dan menawan. Bahkan selama ini, Pangeran belum pernah melihat gadis secantik Ara. Sama seperti pemikiran Bu Lili, Pangeran juga merasa kalau Ara memiliki aura yang berbeda.
"Hm," gumam Pangeran.
Ara tersenyum miring. "Akhirnya kamu mengakui juga. Sekarang, jangan sungkan untuk memujiku," ujarnya.
"Heh!" Pangeran menunjuk Ara tepat di depan wajahnya.
Ara hanya tertawa melihatnya. Menggoda Pangeran kini mejadi salah satu hobinya.
"Ibu mau tes kalian. Coba kalian saling tatap selama dua menit," ujar Bu Lili yang membuat Pangeran tersedak ludahnya sendiri.
"Buat apa sih, Bu?" tanya Pangeran.
"Buat ngetes kalian doang. Dua menit sebentar kok. Nanti kalian juga banyak adegan romantisnya. Berlatihlah mulai sekarang," ujar Bu Lili.
Pangeran meraup wajahnya. Dirinya benar-benar tidak sanggup. Lain halnya dengan Pangeran, Ara justru terlihat biasa-biasa saja. Dia bahkan sudah memposisikan badan mengahadap ke arah Pangeran.
"Siap?" tanya Bu Lili memastikan. Keduanya pun mengangguk.
"Mulai!" celetuk Bu Lili.
Ara dan Pangeran pun saling menatap satu sama lain. Pandangan mereka saling menembus. Pangeran menatap Ara tepat di manik mata gadis itu. Mata yang benar-benar indah.
Pandangan Pangeran turun ke arah bibir Ara. Tepat kemarin sore, ia telah mencium gadis itu. Mendadak jantung Pangeran berdetak lebih kencang dari detik sebelumnya. Tangannya berkeringat dingin karena merasa grogi.
Para calon pemain drama pun menghentikan latihannya untuk melihat mereka berdua.
Ara meneguk ludahnya. Dari dekat, wajah Pangeran semakin terlihat tampan. Nafasnya yang berbau mint itu terasa segar di hidung Ara. Ara menggigit bibir bawahnya. Tidak tahan berada dalam posisi seperti ini. Dirinya bisa mati muda kalau harus menatap Pangeran dalam waktu yang lama.
Cantik-batin Pangeran.
Pangeran mengenyahkan pikiran-pikiran tentang Ara. Sebentar lagi waktu akan selesai.
Sepuluh detik sebelum waktu selesai, guyuran air mengenai wajah Ara. Sebagian tubuh gadis itu basah karena air. Mereka berdua memutuskan pandangan dan melihat siapa pelakunya.
"LANI! APA YANG KAMU LAKUKAN?! IBU SEDANG MENONTON DRAMA LIVE TAPI KAMU MENGHANCURKAN SEMUANYA!" teriak Bu Lili yang membuat seluruh telinga siswa-siswi yang berada di ruangan itu ingin lepas dari tempatnya.
****
_1037 kata_
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Dingin (Lengkap)
General FictionNamanya Putri Dingin. Putri dari Kerajaan di negeri Dingin. Ia ditugaskan ayahnya untuk mencari permata ajaib yang hilang di bumi. Saat Raja Panas ingin mencuri permata ajaib itu, naasnya permata itu malah jatuh ke bumi dan ditemukan oleh seorang pe...