"GUE BILANG BERHENTI!!!"
Dadu mulai memisah keduanya. Banu memegangi Arka sementara Mark memegangi Pangeran. Kedua pendiri Geng Handsome itu saling melemparkan tatapan sinis seolah-olah tatapan mereka dapat membunuh satu sama lain. Dada keduanya naik turun tanda bahwa mereka benar-benar emosi.
"KALIAN INI KETUA SAMA WAKIL! HARUSNYA JADI CONTOH YANG BAIK, BUKAN KAYAK GINI!" Dadu menatap kedua temannya itu dengan serius. Jika dibiarkan, entah bagaimana nasib persahabatan keduanya.
"Pertengkaran bukan jalan keluar, Bro. Cuma masalah cewek sampai kalian berantem kayak gini? Masuk akal nggak?"
"INI MASALAH PERASAAN, DU!" balas Arka terbawa emosi. Ini menyangkut perasaannya kepada Ara. Tidak bisa dianggap remeh.
"Gue tahu. Tapi kalau cara lo kayak gini, persahabatan kalian bisa hancur, Ka," balas Dadu. Tatapan cowok itu memandang sendu ke arah Arka dan Pangeran secara bergantian. "Gue harap kalian ngerti." Dadu menepuk pundak Arka dan Pangeran lantas pergi dari markas mereka.
Pangeran sontak melepaskan cekalan tangan Mark. Begitu juga dengan Arka. Keduanya masih menatap tajam satu sama lain. Mark dan Banu hanya bisa meneguk ludahnya yang mendadak terasa pahit.
"Apa lo!" sentak Pangeran.
"Apa!" balas Arka tak mau kalah.
Mark berdehem. "Gimana kalau kalian pakai cara yang sehat?" tawar Mark mengeluarkan ide-idenya yang sedang bersarang di otak minimnya.
Pangeran dan Arka menatap bingung. Mark tertawa kecil melihat kedua temannya itu. Coba saja kalau Pangeran dan Arka adalah seorang fakboi seperti Banu, masalah cewek pasti dibuat gampang saja.
"Siapa yang dapetin hati Ara, dia pemenangnya. Jangan berantem kayak gini, kita nggak suka, Bro," ujar Mark terdengar bijak.
Pangeran dan Arka saling tatap sebentar.
"DEAL!" ujar keduanya serempak.
****
Ara menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Gadis itu menatap heran ke arah Arka dan Pangeran yang saling dorong di halaman rumah Tante Riri. Saat Pangeran berhasil jalan duluan, Arka menariknya hingga berada kembali di belakangnya. Begitu pun sebaliknya. Hingga keduanya tidak sampai-sampai di depan pintu rumah Tante Riri.
Setelah selesai memakai sepatunya, Ara berjalan ke arah mereka berdua. Bahkan Arka dan Pangeran saling menjambak rambut satu sama lain seperti anak kecil.
"Sepertinya kedua pemuda ini gila," gumam Ara. Sedetik kemudian gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak-tidak. Orang gila yang sebenarnya adalah Pangeran," ralatnya.
Pangeran dan Arka masih tidak menyadari kehadirannya karena sibuk berantem sedari tadi. Ara mengedikkan bahunya lalu mulai berjalan kaki menuju SMA Arjuna. Lagi pula sekolahnya dengan Tante Riri itu lumayan dekat. Jadi, tidak akan membuat kaki Ara terasa pegal.
"Gue duluan!" Pangeran berhasil mendahului Arka. Tanpa lama-lama ia segera memencet bel rumah Tante Riri.
Tidak lama kemudian Tante Riri keluar dan menatap heran kedua pemuda tampan yang tentu saja dirinya kenali berada di hadapannya. "Cari siapa, Nak?" tanyanya kepada Pangeran dan Arka.
"Cari Orgil, Tan," balas Pangeran.
Arka yang mendengar itu lantas menampol keras kepala Pangeran. "Cari Ara, Tan," balasnya.
"Loh, Ara baru aja keluar. Kalian nggak lihat dia?" Tante Riri menatap keduanya terheran.
Pangeran mengepalkan tangannya kesal. "Gara-gara lo nih!" tudingnya kepada Arka.
"Gara-gara lo!" balas Arka tidak mau kalah.
"Coba kalau lo nggak narik-narik baju gue sampai kusut begini!" balas Pangeran sembari menunjuk seragamnya yang sudah acak-acakan.
"Ngapain lo ikut-ikutan jemput Ara?!" tanya Arka dengan mata yang menajam ke arah Pangeran.
"Terserah gue! Emang lo siapanya Ara berani ngelarang gue?!"
"Calon pacar."
Pangeran mendesis. "Baru calon 'kan? Selagi janur kuning belum melengkung, gue bakal perjuangin Ara sampai mampus."
"BODO AMAT!" Arka berlari menghampiri motornya. Setelah menaikinya, Arka berkata, "Yang kalah nggak jodoh sama Ara!"
Pangeran segera menyusul Arka. Dirinya tidak akan membiarkan pemuda itu mendapatkan pujaan hatinya.
****
Pangeran dan Arka sama-sama terbengong melihat Ara makan dengan lahap. Entahlah, menatap Ara membuat mereka ketagihan. Gadis itu seperti memiliki magnet uang mampu menarik perhatian Pangeran dan Arka.
"Dia cantik," ujar Arka tiba-tiba.
"Gue suka sama dia bukan karena cantik. Gue suka sama dia apa adanya. Buktinya, selemot apapun otaknya, nyatanya gue suka sama dia," balas Pangeran.
"Gue jatuh cinta sama dia waktu pertama kali ketemu," balas Arka mengingat tempat bersejarah yang menjadi awal bertemunya dengan Ara.
"Sayangnya gue nggak nanya, hahaha." Pangeran tertawa di akhir kalimatnya.
Arka melirik sinis. Pangeran benar-benar menyebalkan.
Ara tersedak karena terlalu semangat memakam mi ayamnya. Pangeran dan Arka pun sama-sama menyodorkan sebotol minuman untuk Ara. Tanpa melihat ke arah dua orang itu, Ara langsung mengambil salah satu minuman yang mereka berdua sodorkan untuknya.
Arka tersenyum bangga. Minuman miliknyalah yang menjadi pilihanAra. Itu membuat dirinya merasa menang atas Pangeran. "Satu kosong," ucapnya.
Pangeran hanya menatap sinis pemuda itu. Ia meletakkan sebotol minumannya ke atas meja lagi. Kali ini dirinya belum beruntung. Lihat saja nanti, Pangeran akan membuktikanya.
"Makan pelan-pelan, Gil. Untung nggak mati," ujar Pangeran. Perhatian yang dirinya berikan memang berbeda dengan cowok lainnya.
"Perhatian macam apaan," ledek Arka.
"Gue punya cara sendiri buat dapetin hati dia," ujar Pangeran dan berdiri dari duduknya lalu pergi dari kantin.
Arka mengepalkan tangannya. Sialan.
****
"Saya masih penasaran dengan video ini."
Lelaki itu menatap anak buahnya dengan tatapan bingung. Ia merasakan ada kejanggalan di video yang direkam oleh salah satu anak buahnya.
"Tidak mungkin luka Pangeran mendadak hilang seperti itu. Saya melihatnya dengan jelas," lanjutnya kemudian.
"Bagaimana rencana selanjutmu, Tuan?" tanya John.
Lelaki itu tersenyum miring lalu meminum kopinya. "Seperti yang saya bilang kemarin. Kita ulang kejadian itu lagi."
"Menjadikan Pangeran sebagai bahan uji coba?" tanya John memastikan.
Tuannya itu menjentikkan jarinya. "Tepat sekali."
****
Pangeran menguap lebar di tengah-tengah seriusnya mengendarai motornya. Sehabis latihan drama, dirinya merasa lelah juga kesal. Kesal karena Arka yang memanas-manasinya. Pangeran pusing dibuatnya.
"Arka kurang ajar," geramnya merasa kesal. Ara juga senang sekali melihat dirinya kesal. Pangeran takut kalau Ara baper dengan sikap Arka. Tapi tidak apa-apa, selagi ada dirinya, tidak ada yang boleh memiliki Ara.
Pangeran membulatkan matanya saat melihat sebuah mobil yang melaju kencang di depannya. Pangeran mengerutkan keningnya saat melihat mobil itu justru melaju ke arahnya. Pangeran mencoba untuk tetap mengendalikan motornya dengan benar.
Pemuda itu memejamkan matanya saat dugaannya benar. Mobil itu sengaja menyerempet dirinya hingga membuat Pangeran beserta motornya ambruk ke atas aspal. Samar-samar Pangeran masih bisa melihat beberapa orang mengerumuninya sebelum kegelapan menguasai dirinya.
****
_1004 kata_
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Dingin (Lengkap)
Fiction généraleNamanya Putri Dingin. Putri dari Kerajaan di negeri Dingin. Ia ditugaskan ayahnya untuk mencari permata ajaib yang hilang di bumi. Saat Raja Panas ingin mencuri permata ajaib itu, naasnya permata itu malah jatuh ke bumi dan ditemukan oleh seorang pe...