Bagian 07

5.1K 371 21
                                    

Happy reading...
Colab with indyana123

Jevan sedang memandangi sosok manis di sampingnya ini tanpa berkedip. Jilbab birunya yang panjang membuat penampilannya tampak anggun dan terhormat, sesekali ia tersenyum memandang lautan, menampakkan gigi putihnya yang membuat wajahnya semakin cantik.

" mas, jevan.. Kita pulang yuk? Udah sore nih, " zania melambaikan tangannya di depan wajah jevan tatkala penggilannya yang tidak kunjung dijawab oleh jevan.

" mas, " panggilnya lagi.

" eh, iya. Ada apa? " jevan gugup mendengar panggilan dari istrinya, zania. Wajahnya seketika berubah menjadi merona menahan malu.

Tertangkap basah sedang termakan pesona dari istrinya itu. Zania tertawa kecil, wajahnya mrnunduk serta telapak tangannya yang menutupi mulut. Dia sudah tahu semenjak mereka mulai menduduki sebuah bangku yang terletak di tepian pantai itu.

Jevan yang terus-terusan memperhatikannya secara diam-diam, jika ia membalas tatapan dari jevan maka jevan pasti memalingkan wajahnya.

" yuk, " jevan segera berdiri serta menggenggam tangan zania membawanya berjalan ke arah mobil mereka yang kini sedang terparkir di pinggir jalan tak jauh dari tempat itu.

******

Jevan memasuki kamarnya dengan raut wajah yang gelisah. Diatas sebuah sajadah ia melihat zania yang meringkuk ketiduran, dengan lembut ia mengangkatnya ke atas kasur.

Memandangi wajah putih dan bersih, tampak memerah seperti baru menangis. Jevan mengusap wajahnya dengan kasar, zania menangis seperti ini dan ia tidak tahu.

" ibuu.. "

Tengah malam jevan terbangun ketika mendengar zania yang mengigau. Jevan menempatkan telapak tangannya di kening zania, dan itu terasa panas!!

Membuat jevan semakin gelisah saat mengetahui bahwa zania sedang demam, dengan langkah yang terburu-buru ia menuruni anak tangga untuk mengambil air di baskom beserta saputakan. Beberapa kali jevan mengompresnya zania, panasnya semakin tinggi.

" zania? " jevan menepuk-nepuk pipi zania dengan pelan. Zania hanya berdeham sebentar dan kembali mengigau.

Jevan segera membawa zania ke garasi, membaringkanya di kursi belakang mobil. Lalu menyalakan mobil dan melaju kencang membelah jalan raya kota jakarta. Jevan melirik jam tangannya, tepat pada pukul satu dini hari. Mungkinkah ada klinik dua puluh empat jam yang masih buka?

Dia melihat ke arah zania dan sesekali menggenggam tangganya, zania yang sudah tampak semakin gelisah.

" zania, bertahanlah... Sayang.. " tanpa sadar jevan mengucapkan kata sayang.

Rasa takut kehilangan kini telah menggerogoti dadanya, nafasnya mulai tersenggal. Tidak terasa sebutir air jernih yang telah jatuh membasahi pipinya.

" alhamdulillah.. Masih ada yang buka. " ucap jevan seraya melihat ke arah zania.

Maaf typo.
#makasih 😊

Imamku Bad Boy ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang