Bagian 33

3.2K 214 9
                                    

Happy reading.....
indyana123

Mas jevan keluar dari kamar mandi dengan wajah yang segar, sepertinya dia baru saja selesai mandi. Kemudian ia membuka lemari pakaian, lalu memakai salah satu baju kerjanya. Sekilas ia mencium keningku dan menghilang dibalik pintu kamar. Aku segera berlari untuk menyusulnya.

" mas jevan, mau pergi kemana pagi-pagi begini? Sarapan dulu yuk, "

Ia terkejut lalu beralih memelukku. " hari ini gue ada kerjaan banyak, lembur lagi deh. Gini aja, nanti tolong lo antarin gue makanan ya, nanti biar supir dari kantor aja yang jemput elo nya. " senyumannya masih terlihat di paksakan.

" gue pergi dulu ya, jangan sampai kecapean lo! "

Aku hanya menganggukkan kepala dan membalas senyumannya semanis mungkin, saat deru mobil yang terdengar semakin jauh. Aku langsung mandi dan sholat subuh, seperti biasanya aku selalu membaca al-waqi'ah setiap paginya, dan berdoa supaya dikasih rezeki yang berkah oleh allah swt.

Aku memasak dengan tergesa-gesa, biasanya mas jevan berangkat jam tujuh pagi dan sudah sarapan dirumah. Aku sangat bersyukur punya suami seperti mas jevan, dia itu orangnya tidak pemilih. Masakan yang aku buat selalu ia makan dengan lahap, jadi aku tidak perlu bingung untuk mikir setiap harinya.

" kamu masak apa zania? " suara berat nan serak dari mario telah mengagetkanku. Kini, mario telah berdiri disampingku dengan pakaian yang sudah rapi juga.

Senyuman mario selalu terlihat tulus, ramah, humoris tapi sedikit bar-bar. Mas jevan memang lebih tampan, apalagi saat ia memakai pakaian formal. Tapi mario sepupunya sedikit lebih manis dengan kumis yang tipis.

" mau masak ayam rica-rica nih, sama sayur asam. Mario mau dimasakain juga gak nih, biar sekalian? " tawarku.

Mari menggeleng kepalanya sambil tersenyum manis kepadaku lagi.

" makasih ya zania, masakan kamu selalu enak kok. Aku selalu suka kok masakan yang kamu buat, hehe.. "

" kamu bisa aja, mario kamu mau pergi ke kampus ya? " tanyaku pelan, lebih tepatnya mengalihkan pembicaraan. Aku juga sedikit sungkan bicara sama dia, karena jarak umur kami juga bisa dibilang jauh. Yaitu dia lebih tua satu tahun dariku, dia seumuran dengan mas jevan, tetapi ia masih kuliah.

" hehehe iya nih, aku mau bawa bekal juga ah. Soalnya makanan dikantin kampus pada gak enak, banyak penyedapnya. Dan setelah aku lihat, masakan yang kamu buat gak pakai banyak penyedap dan micin kan? "

Aduh! Ini orang malah bahas micin segala nih!! 

" iya, kan papa juga ada riwayat penyakit asam uratnya. Kata mas jevan sih gitu, " mario tersenyum lagi, kali ini lebih manis. Tangannya mengambil sebuah tupperware berwarna hijau muda di dalam lemari.

" mario, kamu tau gak mas jevan kenapa? "

" kemarin sih aku lihat dia ketemu sama ibu-ibu gitu, kayak cekcok gitu deh mereka. Aku juga bingung, jevan mah diam-diam bae kalau ditanyain. Dia gak mau kasih tau, " jelas mario.

Mas jevan kamu kenapa lagi sih!? Apa dia menyesal telah menikahiku?? 

Obrolan kami terhenti saat masakanku sudah tertata rapi di meja makan.

" loh, non zania kok gak makan? " tanya bi minah saat aku melangkah keluar ruang tamu, setelah menyendok nasi ke piring mario tentunya. Aku selalu merasa bahagia bisa mengurus mereka, kadang terbesit ras kasihan setelah bi minah bercerita tentang mas jevan dan masalah keluarganya.

" aku makan sama mas jevan aja bi, tadinya mas jevan berangkat kerja pagi banget. "

Maaf typo!

#makasih 😊

Imamku Bad Boy ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang