New Project

4.5K 308 55
                                    

Chapter 1

KTH 

Aku sudah menunggu teman lamaku yang sebelumnya sudah berjanji denganku dan seharusnya datang sekitar setengah jam yang lalu. Tapi batang hidungnya pun belum muncul dari pandanganku. Aku benci keterlambatan! Dan otomatis membenci setiap orang yang tidak tepat waktu. Apa sih keuntungan dari terlambat itu? Kenapa ada saja orang yang suka sekali tidak tepat waktu begini? Kalau sampai orang berpikir kalau datang terlambat itu bisa menjadikanmu keren karena menjadi pusat perhatian, maka percayalah! Mereka bodoh! Dan satu lagi, aku juga benci orang bodoh.

Sekarang aku memicingkan kedua mataku melihat sosok teman lamaku yang berlari sambil menyengir melambaikan satu tangannya padaku. Dia terus berlari dan berhenti tepat disebrang meja duduk ku lalu menyetabilkan nafasnya yang tidak beraturan, menggambarkan kehidupnya sepertinya. Sangat berantakan!

"Maafkan aku, tiba-tiba ban mobilku kempes ditengah jalan. Jadi aku harus mengatasi masalah itu baru kemudian berlarian menuju ke sini." Jimin mengatakan itu disudahi dengan seringai menyebalkannya. Seringai rasa bersalah kalau ku tebak. Alasannya sungguh klise! Cih...

"Ayolah, maafkan aku. Apa kau masih membenci orang yang tidak tepat waktu?" Jimin bertanya padaku dengan nada yang manja dibuat-buat, sungguh membuatku muak.

"Jika tahu aku tidak suka, kenapa masih saja terlambat?" Aku bertanya dengan nada sinis dan ekspresi sedatar perutku yang selalu kuberi makanan bergizi dan ku jaga agar tetap terbentuk. Wajah dan perut, bukankah aku memiliki kedua bentuk yang indah?

Oh tentu saja!

Jimin kembali menyeringai ataukah meringis atau tersenyum? Sudahlah! Aku tidak bisa membedakan diantaranya. Dia memang orang yang seperti itu, terlihat bodoh dan konyol secara bersamaan. "Jadi apa akhirnya kau akan menetap di Seoul?" Dia bertanya padaku dan sepertinya sudah lupa kalau aku belum berkata kalau aku akan telah memaafkannya.

Aku hanya menaikan sebelah alisku kemudian ia kembali berkata dengan nada ceria miliknya. "Jadi seorang Kim Taehyung akhirnya akan menetap ditanah kelahirannya ini? Lalu apa artinya kau juga sudah mengajar disini? Menerima tawaran yang beberapa bulan lalu kau ceritakan padaku itu yah? Jadi kita akan sering-sering bertemu?"

Cukup Park Jimin! Cukup dan tutup mulutmu itu! Kenapa sih ia terdengar sangat senang dan seolah-olah kami sangat akrab hingga dia mengetahui segalanya tentangku? Memang, hanya dia satu-satunya teman yang aku miliki. Yah setidaknya yang masih berhubungan saat aku mengambil kuliah S2 ku  dan menetap di New York hingga aku magang serta menyelesaikan semuanya disana. "Berhentilah bersikap seperti seorang kekasih yang merindukan pacar LDR nya!"

Jimin tertawa dan membuatku gemas ingin memukulnya. Aku kan menyuruhnya berhenti dan sengaja berkata sarkas padanya, tapi kenapa dia malah tersenyum bahkan tertawa begitu? Apa salah satu kabel dari saraf diotaknya masih saja mengendur yah?

Aku meminum minumanku yang rupanya sudah dingin. FYI, aku tidak suka minuman dingin dan lebih memilih meminum seuatu yang panas atau setidaknya hangat. "Kau membuat minumanku mendingin."

Jimin menyapu sedikit sudut matanya. Mungkin ia tertawa sampai mengeluarkan air mata. Diakan agak berlebihan dan kurang secara bersamaan dibagian otak.

"Ya ampun, kau masih juga menyukai minuman hangat?" Jimin kembali bertanya. Aku bahkan merasa kalau aku mulai diwawancarai olehnya saat ini. Seperti sedang menghadiri acara variety show. "Jangan bilang kalau kau juga belum pernah dekat-dekat dengan perempuan? Setahu ku kau sudah begitu sejak kita kenal saat masa sekolah menengah pertama dulu." Sekarang Park Jimin sudah mulai masuk ke dalam pertanyaan yang lebih pribadi dan membuatku semakin merasa terganggu.

The Married ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang