Let You Go

1K 218 46
                                    

Chapter 30

Bryan berkedip sedih sambil memandangi punggung belakang Sooyoung untuk beberapa detik kemudian kakinya melangkah mendekati perempuan itu. Ia berdiri disamping Sooyoung yang tengah memandangi pemandangan kota malam dari balcony rumahnya. "Sampai besok pagi, kau sudah terhitung empat hari bersembunyi dirumahku dan tidak mau mengaktifkan ponselmu." Bryan melirik wajah Sooyoung sekilas sebelum melanjutkan, "Kau masih merasa kesal pada semua orang?"

Sooyoung menghembuskan asap rokoknya yang sedari tadi ia hisap kemudian menganggukan kepalanya enteng dan menjawab seadanya, "Se-mu-a-nya! Rasanya semua orang itu bertingkah begitu menyebalkan, yah terkecuali dirimu." Sooyoung lalu menghisap kembali rokoknya yang sudah mulai memendek.

Bryan memanyunkan bibirnya kemudian menyenderkan kepalanya dibahu kiri Sooyoung, "Memangnya kau percaya pada perkataan Dong Gun saat dia bilang ibumu lah yang meninggalkannya lebih dulu karena ia miskin waktu itu? Kau memikirkan itukan? Kau mulai meragukan ibumu yah?"

Sambil menggidikan kedua bahunya hingga kepala Bryan yang tengah bersender ikut bergerak, Sooyoung menjawab setelah sebelumnya mematikan rokoknya pada asbak yang berada disamping Sooyoung berdiri, diatas pegangan pagar pembatas balcony. "Entahlah! Aku kan  tidak bisa bertanya langsung pada ibuku yang sudah meninggal untuk memastikannya. Aku tidak mungkin mati dulu hanya untuk menanyainya. Benar atau tidaknya perkataannya, aku tidak tahu. Aku tidak mau peduli!"

Bryan melirik wajah Sooyoung dan menganggukan kepalanya. Ia kan memang bodoh, makanya ia selalu setuju dengan apa yang dikatakan oleh Sooyoung yang bodoh. Masuk akal atau tidaknya. Mungkin atau tidaknya. Bryan pasti percaya dan menyetujuinya walau harus betengkar manja terlebih dahulu. Dua-duanya adalah orang bodoh yang saling cocok satu sama lainnya hingga bisa bersahabat akrab. "Lalu bagaimana dengan pak Kim? Kau masih kesal padanya karena ia tidak cemburu padamu yang sudah dicium oleh Jae Wook? Atau kau masih kesal padanya karena ia tertawa serta mengobrol dan terlihat cocok dengan adik tirimu itu?"

"Kau tahu tidak Bryan?"

"Tidak tahu! Makanya kau ceritakan padaku semuanya agar aku mengetahuinya." Bryan menjawab kemudian memainkan rambut Sooyoung yang tergerai indah.

Sooyoung mendongakan kepalanya untuk melihat langit malam yang kosong dan tak berbintang. Kemudian ia tersenyum kecut sebelum membuka percakapannya lagi, "Aku memang berkata tidak tahu sedari tadi. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah aku memikirkan semuanya. Semuanya! Tentang ibuku, ayah kandungku, ayah sambungku, adik tiriku dan pak Kim. Semuanya terlintas dipikiranku yang biasanya tidak pernah berpikir ini. Semuanya itu menggangguku. Apa sekarang tuhan sedang mengujiku karena sedari dulu aku terus saja hidup berfoya-foya yah? Apa tuhan sedang menghukumku saat ini? Otak ku yang cantik ini kan tidak pernah ku gunakan, kenapa  semua yang terjadi sekarang ini begitu rumit hingg otak cantik ku ini harus dipaksa bekerja dan berpikir terus menerus sih?" Sooyoung menundukan kepalanya dan menatap Bryan yang sekarang sedang menjauhkan kepalanya dan ikut menatapnya.

Mata Sooyoung berkaca-kaca hingga membuat Bryan bergerak lebih dulu untuk memeluknya. Padahal biasanyakan Bryan paling tidak suka dipeluki dan ditempeli Sooyoung. Tapi untuk saat ini, perempuan itu terlihat sangat berbeda dari biasanya. Tatapan anak anjingnya yang biasanya anak itu buat-buat benar-benar terlihat jujur dan menyedihkan. Bryan sampai tidak sanggup untuk menatap Sooyoung. Park Sooyoung sahabatnya ini sedang bersedih dan begitu rapuh. Sambil memeluk dan menepuk-nepuk lembut punggung Sooyoung, Bryan bergumam menahan air matanya yang sudah mulai mengalir agar tidak semakin deras (Ia memang tipe lelaki cengeng). "Jangan bersedih! Kau tidak pantas bersedih! Nanti kita cari saja otak baru yang lebih cantik dari otak mu yang sekarang untuk membantu memikirkan jalan keluar dari semua masalahmu itu yah! Jadi berhentilah bersedih begini, lebih baik kita belanja dan makan makanan enak saja, bagaiman?"

The Married ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang