°*°
"Sekarang bertahan adalah satu-satunya jalan yang bisa ku tempuh, selagi menunggu waktu ku tiba. Aku akan tetap bertahan disisinya tak peduli apapun yang akan terjadi."
°*°
Setelah seminggu berada di rumah sakit Yuno pun akhirnya bisa masuk sekolah seperti biasanya, dia sudah memberitahu ketiga temannya hanya saja dia tetap ingin menyembunyikan kenyataan itu dari Rista maupun orang lain selain ketiga temannya. Seperti biasanya Yuno berangkat bersama dengan Rista, hanya saja sekarang dia diantar supir kemanapun. Karena Melinda tidak ingin terjadi apa-apa pada putranya itu.
"Pulang sekolah bantuin gue ngerjain tugas ya? Tugas gue banyak banget" kata Yuno memelas. Rista yang melihatnya hanya memutar bola matanya malas.
"Imbalannya?"
"Everything you want, oke?"
"Everything i want? Really?" tanya Rista meyakinkan tawaran Yuno.
"Yes, lu mau apa?" tanya Yuno sambil menggigit Sandwichnya, dia tidak sempat sarapan karena bangun kesiangan.
"Beri gue waktu buat mikirin itu"
"Oke gue tunggu, tapi jangan lama-lama mikirnya keburu tawaran gue hangus"
"Bilang aja nggak ikhlas" kata Rista kesal.
Yuno melongo tidak percaya. Oh ayolah, siapa yang meminta imbalan lebih dulu? Bukan Yuno, tapi kenapa juga dia yang kena? Aah, cewek memang selalu benar. Diam-diam Rista tersenyum, tidak buruk juga berteman dengan Yuno. Toh, Yuno juga udah tau sebagian sisi tersembunyinya, jadi apakah Rista harus membuka gerbangnya saat bersama Yuno? Mungkin saja, siapa yang tau.
"Boleh gabung nggak?" tanya Rendra yang datang dengan membawa makanannya.
Saat ini mereka sedang ada di kantin, kenapa Rista berakhir berdua dengan Yuno? Karena Bianca sedang berkencan dengan Gerald di pinggir lapangan. Lebih tepatnya Bianca sedang melihat Gerald bermain bola bersama teman-temannya termasuk Erik dan Bayu. Jadilah terpaksa Rista makan bersama Yuno, dan sekarang Rendra datang bergabung bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathless ✔
Ficção AdolescenteKetika hidup terasa seperti diujung kematian, itu yang selalu dirasakan oleh Abyan Yuno Wirasetya, cowok manis dengan segala kelembutannya itu harus terus hidup bersamaan dengan rasa sesak yang terus menghimpitnya, setiap detiknya terasa seperti diu...