°*°
"Tuhan jika semua ini hanyalah sebuah mimpi, maka biarkan aku bangun dari mimpi buruk ini dan berikan pada ku mimpi yang indah untuk terakhir kalinya."
°*°
Sudah dua minggu lebih, tapi Yuno masih belum ada tanda-tanda untuk sekedar membuka matanya. Netranya masih terpejam dengan damai, seolah-olah dia kini tengah berada didalam mimpi yang sangat indah.
Dava menatap miris pada adiknya yang terlihat enggan sekali membuka matanya.
"Dek, mimpinya seru banget ya? Mau sampai kapan kamu kaya gini? Kamu nggak pengen liat abang lagi? Nggak mau liat bunda sama ayah? Kamu udah nggak sayang kita? Nggak bosen tidur terus?" Dava terus berbicara, walaupun tak ada jawaban selain dari suara mesin yang menopang hidup Yuno.
Setiap hari Dava selalu seperti itu berbicara sendiri, meracau sampai dia menangis. Tak hanya Dava tapi teman-teman Yuno pun melakukan hal yang sama. Meski mereka belum lama mengenal Yuno tapi tetap saja Yuno sudah sangat berharga dalam hidup mereka. Bagaimana pun juga Yuno orang yang baik, tapi kenapa Tuhan selalu memberinya rasa sakit yang bertubi-tubi.
Dava menghapus air matanya, dia beranjak dari tempat duduknya dan menatap Yuno sebentar sampai akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari sana, karena harus pergi ke sekolah sebelum gerbang sekolah ditutup.
"Bunda Dava berangkat dulu ya!" pamit Dava pada Melinda yang baru datang dari kantin.
"Iya, hati-hati ya!" Dava mencium tangan Melinda dan tak lupa mengecup pipi bundanya sebelum pergi.
Dava menatap ke ruangan Yuno sekali lagi, entah kenapa dia berat sekali untuk pergi dari sana. Dava tersenyum pada Melinda dan melambaikan tangannya. Melinda pun membalas lambaian tangan putra sulungnya sebelum akhirnya tubuh Dava menghilang dibalik tikungan koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathless ✔
Novela JuvenilKetika hidup terasa seperti diujung kematian, itu yang selalu dirasakan oleh Abyan Yuno Wirasetya, cowok manis dengan segala kelembutannya itu harus terus hidup bersamaan dengan rasa sesak yang terus menghimpitnya, setiap detiknya terasa seperti diu...