°*°
"Tak selamanya yang indah akan terlihat indah, dan tak selamanya yang buruk terlihat buruk. Luar dan dalam belum tentu sama, ada banyak rahasia didalamnya."
°*°
[Abyan Yuno Wirasetya]
Gue menatap bangunan rumah sakit dengan tatapan bosan, lagi-lagi gue harus mengunjungi tempat yang memuakkan ini. Dengan malas gue turun dari mobil dan mengekor dibelakang bunda yang berjalan didepan gue. Beberapa perawat yang mengenal gue mereka pun menyapa. Rutinitas yang benar-benar membosankan, kalau saja bukan karena bunda menyeret gue untuk mengambil hasil check up gue minggu lalu, mungkin gue masih menikmati indahnya alam mimpi yang begitu menenangkan.
"Mau ikut bunda apa nunggu di lobi?"
Tanya bunda."Tunggu di lobi aja" tolak gue, bukannya gue nggak mau tau soal perkembangan kondisi gue. Tapi karena gue tau hasilnya bakal seperti apa, jadi gue nggak berniat untuk ikut menemui dokter Stelar.
"Ya udah, bunda ke ruangan dokter Stelar dulu"
"Iya" gue segera mencari tempat duduk yang nyaman. Kebetulan hari ini rumah sakit tidak terlalu ramai, tidak seperti biasanya saat gue check up. Untungnya bunda selalu buat janji lebih dulu dengan dokter Stelar jadi gue nggak perlu mengantri cukup lama.
Gue melirik seorang cowok yang mungkin seusia bang Dava, dia sedang asyik memainkan game di hpnya, sesekali dia berbincang mungkin dengan temannya. Istilahnya dia sedang mabar dengan temannya. Dilihat-lihat tubuhnya bagus, terbukti dari lengannya yang sudah terbentuk.
"Bangke!" umpatnya membuat gue mengernyit. oh ayolah, ini rumah sakit bagaimana bisa dia mengumpat dengan begitu mulus. Gue yakin dia tipikal anak pembuat onar di sekolah atau di rumah.
"Gue di Jakarta..." terlihat dia melepas earpodnya, dan lagi-lagi dia mengumpat.
"Lu mau bikin gue mati hah?" teriaknya pada orang disebrang sana. Gue merasa dia orang yang lebay, bagaimana mungkin teriakan temannya itu membuatnya mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathless ✔
Ficção AdolescenteKetika hidup terasa seperti diujung kematian, itu yang selalu dirasakan oleh Abyan Yuno Wirasetya, cowok manis dengan segala kelembutannya itu harus terus hidup bersamaan dengan rasa sesak yang terus menghimpitnya, setiap detiknya terasa seperti diu...