Chapter 16

547 68 1
                                    

Jihoon kecil yang berumur 11 tahun memeluk ibunya dengan erat. Aula istana menjadi gelap gulita setelah terdengar ledakan besar dari luar dan istana mulai berguncang.

" Eomma, apa yang terjadi?" tanya Jihoon ketakutan. Ibunya berlutut lalu memeluk Jihoon dengan erat.

" Tenanglah, Jihoon ah. Semua akan baik-baik saja," ibunya mengelus lembut kepala Jihoon. Tiba-tiba, langit-langit ruangan yang terbuat dari kaca pecah dan orang-orang berjubah hitam masuk.

" Penyihir Bayangan!" seru seseorang. Semua orang langsung panik dan para prajurit istana langsung menahan serangan yang diluncurkan oleh para Penyihir Bayangan itu. Termasuk ayah Jihoon.

" Appa!" Jihoon ingin berlari ke arah ayahnya tetapi ibunya langsung menahan.

" Cepat bawa Jihoon menjauh!" seru ayah Jihoon. Ibu Jihoon langsung menggandeng tangan Jihoon dan menariknya menuju pintu keluar. Tiba-tiba, pintu keluar terbuka dan Penyihir Bayangan lainnya masuk. Jihoon bersembunyi di belakang ibunya. Ibu Jihoon juga melangkah mundur mencoba menyembunyikan anaknya. Lalu terdengar suara pintu yang lain terbuka. Orang-orang langsung berlari ke arah pintu itu.

" Ayo cepat!" kata seseorang. Ibu Jihoon langsung menarik tangan anaknya. Sang ayah yang masih membantu menahan serangan para Penyihir Bayangan pun berlari mengikuti anak dan istrinya. Beberapa Penyihir Bayangan mengejar mereka.

Dan saat seorang Penyihir Bayangan meluncurkan serangan beruntun, ayah Jihoon langsung berhenti dan menahan serangannya seorang diri.

" Cepat lari!" seru ayah Jihoon. Orang-orang langsung berlari menuju keluar istana.

" Appa!" seru Jihoon.

" Cepat bawa Jihoon pergi!" seru ayah Jihoon pada istrinya. Tapi sang istri masih diam di tempat.

" Ahjumma, apa yang kau lakukan?" seru seorang remaja laki-laki yang baru saja ingin menyusul orang-orang.

Ibu Jihoon menghela napas. Lalu dia tersenyum menatap Jihoon. Sementara Jihoon yang mendengar irama jantung ibunya menatap cemas. "Jihoon, kau harus jadi anak yang kuat, ya."

" Kenapa ibu bilang begitu?" tanya Jihoon. Sang ibu mengeluarkan sesuatu menggunakan sihirnya dan memberikannya kepada Jihoon. Sebuah kotak musik berwarna perak. Ia tersenyum.

" Beomju ya, tolong jaga Jihoon untuk kami," kata ibu Jihoon. Remaja bernama Beomju itu menatap tidak percaya. Tapi pada akhirnya, dia mengangguk. Ibu Jihoon lembut mengelus kepala anaknya. Lalu berdiri dan berlari ke arah suaminya.

" Tidak...! Eomma!" Jihoon ingin mengejar. Tapi Beomju dengan cepat membawa tubuh Jihoon dan berlari menuju pintu keluar istana. "Eomma! Appa! Tidak! Hyung, turunkan aku!"

Beomju tidak mendengarkan. Dia tetap berlari menyusul orang-orang yang juga melarikan diri. Dan dari kejauhan, Jihoon bisa melihat ledakan yang besar. Dan air matanya mulai mengalir.

*****

Jihoon membuka matanya. Dirinya masih berbaring di kasur kamar asramanya. Dia lalu duduk dan memegangi kepalanya.

" Kenapa harus mimpi itu yang muncul?" gumam Jihoon. Lalu dia melihat jam dinding di kamarnya. Pukul 06.15. Sebaiknya dia bersiap ke sekolah daripada tidur kembali. Ia pun turun dari kasurnya.

*****

Bulan ketiga di Roghart Academy. Para siswa sudah terbiasa dengan lingkungan akademi yang luas itu.

Jihoon menuruni tangga sambil membawa tasnya.

" Jihoon ah, selamat pagi," saat menoleh, Soonyoung juga menuruni tangga dan menyamakan langkahnya dengan Jihoon.

FF SEVENTEEN ROGHART ACADEMY #FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang