Chapter 17

464 67 3
                                    

Jihoon duduk di depan kasurnya sambil memeluk kedua kakinya. Sudah waktunya makan malam tapi dia belum juga keluar dari kamarnya. Suara detak jantung yang dia dengar tadi siang tidak bisa hilang dari pikirannya. Detak jantung Prof.Yesung memang normal. Tapi meski samar-samar, Jihoon bisa mendengar ada detak jantung yang lain di dalam diri Prof.Yesung. Dan itu sangat tidak nyaman didengar oleh telinganya.

Jihoon menelungkupkan kepalanya dan meremas-remas kepalanya. "Aku harus apa?"

Tok tok tok!

Pintu kamar Jihoon diketuk dari luar. Jihoon mengangkat sedikit kepalanya. Detak jantung yang dia kenal terdengar mengalun membuatnya sedikit tenang.

" Jihoon ah, aku tahu kau di dalam. Bisa kau buka pintunya?" suara Jeonghan terdengar lembut dari luar. Jeonghan menempelkan telinganya pada daun pintu.

" Jihoon ah," Jeonghan mengetuk pintu lagi. Tak ada jawaban dari dalam. Jeonghan memutar gagang pintu. Terkunci.

" Jihoon ah, makan malam sudah dimulai," Jeonghan terus mengetuk pintu. Lalu terdengar kunci pintu dibuka dan Jihoon membuka pintu. Jeonghan sedikit terkejut melihat keadaan kamar Jihoon yang gelap.

" Jihoon ah, ada masalah apa?" tanya Jeonghan. Jihoon menggeleng. "Jangan bohong, Lee Jihoon. Kau ada masalah apa?"

" Bukan masalah besar, Hyung," kata Jihoon.

" Jihoon ah, kalau bukan masalah besar, kau tidak akan sampai tidak turun untuk makan malam. Kau bisa cerita padaku. Boleh aku masuk?" tanya Jeonghan.

Jihoon diam. Detak jantung Jeonghan yang lembut membuatnya sedikit tenang. Dia akhirnya mengangguk dan membuka pintunya lebih lebar supaya Jeonghan dapat masuk. Setelahnya dia kembali menutup pintu. Jeonghan menyalakan lampu kamar Jihoon.

" Kau ternyata kamar sendiri, ya? Aku baru tahu," kata Jeonghan. Jihoon hanya mengangguk. Jeonghan duduk di sofa di samping Jihoon. "Jihoon ah, cerita padaku. Ada apa?"

Jihoon masih diam.

" Jihoon ah, Soonyoung bilang kau mimpi buruk kemarin malam. Apa itu terus menghantuimu?" tanya Jeonghan.

Jihoon menggeleng. "Bukan itu, Hyung."

" Lalu kenapa? Cerita saja," kata Jeonghan.

Jihoon meremat celananya. "Aku takut, Hyung."

" Takut kenapa?" tanya Jeonghan.

" Aku...mendengar detak jantung...Penyihir Bayangan..." kata Jihoon dengan suara bergetar. Jeonghan terkejut.

" Kapan kau mendengarnya?" tanya Jeonghan.

" Tadi siang. Di sekolah," jawab Jihoon.

" Bagaimana kau tahu yang kau dengar itu Penyihir Bayangan?" tanya Jeonghan.

" Detak jantung dengan melodi yang tidak enak didengar dan menyakitkan, Hyung. Hanya mereka yang detak jantungnya seperti itu. Aku takut mereka menemukanku, Hyung. Jika itu terjadi, kalian semua bisa dalam bahaya. Aku takut, Hyung," kata Jihoon dengan suara bergetar. Jeonghan diam sebentar. Lalu dia merangkul tubuh Jihoon dan menyenderkan kepala Jihoon pada tubuhnya. Dia mengelus-elus punggung Jihoon.

" Tidak ada yang perlu kau takutkan, Jihoon ah. Aku dan yang lainnya ada bersamamu," kata Jeonghan mencoba menenangkan Jihoon. Dan irama jantung Jeonghan yang lembut sudah cukup membuat Jihoon tenang.

" Kau sangat baik, Hyung," ucap Jihoon pelan. Jeonghan tersenyum mendengarnya.

*****

Chan tengah mengerjakan tugas di meja belajarnya. Sementara Seungcheol tengah berbaring di kasur sambil membaca layar hologram di atasnya. Dia sedang membaca tentang Penyihir Bayangan.

FF SEVENTEEN ROGHART ACADEMY #FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang