Chapter 19

449 64 1
                                    

Jihoon tengah duduk di atas kasurnya sambil memangku kotak musiknya. Dia menggenggam kotak musik itu. Lalu dia menoleh saat mendengar suara pintu diketuk. Jihoon memperfokus pendengarannya. Detak jantung yang dia kenal. Pintu pun dibuka dengan pelan dan Chan menyembulkan kepalanya.

" Jihoon Hyung, apa kau sedang tidur?" tanya Chan.

Jihoon tersenyum. "Tidak. Masuklah, Chan ah," kata Jihoon. Chan pun masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan berisi makanan.

" Aku membawakanmu makan siang, Hyung," kata Chan menghampiri Jihoon.

" Terima kasih. Tidak perlu repot-repot padahal," Jihoon meletakkan kotak musiknya di sampingnya dan menerima nampan yang disodorkan Chan. Chan lalu duduk di pinggir kasur Jihoon dan menoleh ke arah kotak musik Jihoon.

" Itu kotak apa, Hyung?" tanya Chan.

" Kotak musik. Ibuku memberikannya padaku saat terakhir kali aku melihatnya," tatapan Jihoon menjadi sendu. Chan pun menyadarinya.

" Maaf, Hyung," kata Chan dengan nada menyesal.

" Tidak apa-apa," kata Jihoon.

" Bagaimana kondisimu, Hyung? Tadi pagi Seungcheol Hyung ke sini, kan?" tanya Chan.

" Sudah lumayan baikan. Kekuatan Seungcheol Hyung juga membantu," kata Jihoon lalu mulai memakan makan siangnya.

Chan diam menatap Jihoon dan Jihoon menyadarinya.

" Kenapa? Kau tidak percaya aku sudah lumayan baikan?" tanya Jihoon.

" Bukan itu. Hyung, entah kenapa anginmu aneh," kata Chan.

" Aneh kenapa?" tanya Jihoon.

" Ini berarti...kau sedang takut, sedih, bingung, dan...seperti apa aku harus menjelaskan ini?" gumam Chan.

Jihoon menunduk. Dia mendengar detak jantung Chan.

" Jeonghan Hyung sudah cerita, ya?" tanya Jihoon. Chan diam sebentar lalu mengangguk. Jihoon menghela napas. "Aku takut mereka ada di sini, Chan ah. Aku takut mereka menemukanku."

" Hyung, kau jangan berpikir dulu mereka akan menemukanmu," kata Chan.

" Tidak, Chan ah. Cepat atau lambat, mereka pasti akan menemukanku. Energi dari pecahan berlian musik sangatlah pekat bagi mereka. Dan lagi, kemarin aku mendengar detak jantung mereka sangat dekat dengan kita," kata Jihoon.

" Hyung, berpikir positiflah dulu. Aku tidak bisa merasakan angin mereka. Jadi kemungkinan, kalau pun mereka ada di planet ini, mereka pasti sudah kembali ke Black Circullum. Karena ada Prof.Siwon di sini, mungkin mereka kabur karena takut dikalahkan oleh beliau," Chan mencoba menghibur Jihoon, tapi Jihoon tetap menunduk. Chan merasakan angin di sekitar Jihoon. "Hyung, kau jangan takut."

" Aku takut jika mereka menemukanku, kalian akan terlibat, Chan ah. Sudah cukup aku kehilangan orang yang kusayang saat aku kecil," kata Jihoon.

" Hyung, kau jangan berkata seakan kami akan dimusnahkan oleh para Penyihir Bayangan dalam waktu dekat. Kami tidak lemah, Hyung," kata Chan.

" Aku tidak berpikir begitu, Chan ah. Aku hanya takut," kata Jihoon.

" Kau tidak perlu takut, Hyung. Percayalah semua akan baik-baik saja," kata Chan. Lalu dia menoleh ke arah jam. "Oh, aku harus kembali ke sekolah. Hyung, tidak apa-apa kan kutinggal sendirian?"

Jihoon tersenyum. "Tidak apa-apa. Pergilah. Aku hanya akan beristirahatkan hari ini. Besok aku akan bersekolah lagi."

" Baiklah," Chan bangkit dari duduknya. "Habiskan makananmu ya, Hyung. Karena aku sudah membawakannya untukmu."

FF SEVENTEEN ROGHART ACADEMY #FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang