Chapter 18

480 66 0
                                    

Yoongi duduk di meja belajar di kamarnya. Di depannya terdapat sebuah layar hologram yang memancar dari sebuah pin.

" Begitu. Mereka mendapatkan dua orang lagi," lirih Yoongi.

" Maafkan aku, Hyung. Aku tidak bisa melakukan apa-apa," kata seseorang dari seberang telepon.

" Kau tidak salah apa-apa. Aku yang seharusnya minta maaf karena hanya bisa menunggu kabar," kata Yoongi.

" Tapi setidaknya, aku ingin melakukan sesuatu. Tidak hanya dengan mengintai mereka," kata orang di seberang telepon.

" Aku yang tidak mengizinkanmu. Terlalu berbahaya. Setidaknya, aku bisa mengawasi salah satu dari mereka dan memberi segel padanya. Kau hanya perlu menjaga diri dan memberiku informasi," kata Yoongi.

" Hh.... Baiklah, Hyung. Maafkan aku yang tidak bisa melakukan hal lain," kata orang di seberang.

" Sudah kubilang tidak perlu meminta maaf. Aku tutup sekarang. Jaga dirimu baik-baik, ya," ucap Yoongi, lalu memencet tombol dan layar hologram itu menghilang. Dia lalu menghela napas.

" Kuharap semuanya baik-baik saja."

*****

Soonyoung dan Wonwoo berjalan ke arah meja makan yang diduduki teman-temannya.

" Tumben kau juga sedikit telat, Wonwoo ya," kata Junhui.

" Salahkan Soonyoung yang kehilangan buku astronominya. Untungnya aku berbaik hati membantu mencarinya," kata Wonwoo.

" Maaf, Wonwoo ya. Aku khawatir kalau Prof.Shindong nanti marah. Kau tahu sendiri kan kalau beliau itu marah seperti apa," kata Soonyoung.

" Aaah.... Ya. Kau akan disetrum habis-habisan olehnya," kata Seokmin.

" Kusarankan kau langsung meletakkannya di atas meja belajarmu, Soonyoung ah. Supaya tidak hilang lagi," kata Jeonghan.

" Itu percuma, Hyung. Pasti akan hilang lagi. Atau mungkin suatu saat akan dibakar olehnya," kata Wonwoo.

" Tutup mulutmu, Jeon Wonwoo," gerutu Soonyoung. Lalu dia menoleh-noleh. "Di mana Jihoon?"

" Dia bilang ingin beristirahat dulu. Sepertinya trauma lagi karena mimpi buruk itu. Tadi malam saat aku ke kamarnya, dia mematikan lampu kamarnya dan wajahnya seperti kelelahan," kata Jeonghan.

" Apa Jihoon Hyung baik-baik saja, ya?" gumam Seungkwan.

" Kalau dia tidak masuk sekolah berarti tidak baik-baik saja, kan," kata Mingyu.

" Hyung, kau menyebalkan," gerutu Seungkwan.

" Ng? Seungcheol Hyung, kau mau ke mana?" tanya Chan saat Seungcheol bangkit dari bangku dan membawa nampan berisi sarapan pagi ini.

" Prof.Siwon memintaku membawakan makanan untuk Jihoon," kata Seungcheol.

" Prof.Siwon?" tanya Chan. Seungcheol menolehkan kepalanya ke arah Prof.Siwon yang tersenyum ke arahnya di kursi dewan guru.

" Begitu," gumam Chan.

" Kalau begitu, sampai nanti," Seungcheol berjalan membawa nampan itu menuju kamar Jihoon.

" Jeonghan Hyung, tadi malam kau pergi ke kamar Jihoon Hyung, kan? Apa dia cerita sesuatu padamu?" tanya Seungkwan.

Jeonghan menghela napas. "Dia mendengar detak jantung Penyihir Bayangan."

" Apa?!" pekik Seokmin dan dia langsung menutup mulutnya karena suara kerasnya.

" Dia bilang begitu padamu?" tanya Jisoo yang sepertinya juga baru dengar. Jeonghan mengangguk.

FF SEVENTEEN ROGHART ACADEMY #FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang