Chapter Sixteen

9.3K 1.4K 167
                                    

Ingatkan kalau ada typo dll ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingatkan kalau ada typo dll ya.

Enjoy to reading 🥰
.
.
.

"Cantik."

Aku mendengus geli mendengar pujiannya. Sedikit tersipu juga, mengingat dia mengucapkannya dengan santai tanpa kelihatan gombalan sedikit pun. Padahal, hari ini aku memakai dress selutut floral dan dipadukan dengan jeans denim kebesaran punya Alan. Rambut kuikat separuh, karena aku sedang malas sekali mencepol.

"Yuk."

Aku mengangguk, melewatinya begitu saja yang mengulurkan tangan. Tawaku keluar saat dia berdecak, kemudian menyusulku keluar dari deretan kontrakan. Di dekat gerbang, kami berpapasan dengan Bang Tigor yang menenteng sebuah bungkusan plastik di tangan kanannya.

"Mau ke mana, Cha? Kencan, nih?"

"Eh? Bu–"

"Iya. Abang nggak kencan?"

"Nggak, nih. Jomlo gue. Boleh nggak Icha kencan sama gue aja?"

"Apa sih, Bang Tigor?"

Bang Tigor terbahak. "Bercanda, Cha. Ya udah hati-hati di jalan. Itu dijagain si Ichanya, Mas. Gitu-gitu suka bagi-bagi klepon gratis dia. Kalau ilang, berabe."

"Tentu saja, Bang." Aku menegang saat dia menggenggam telapak tanganku. "Permisi."

Setelah Bang Tigor mengacungkan jempol, kami melangkah menuju mobil Jeep warna merah miliknya. Tak lupa, kutarik tanganku darinya hingga dia menoleh heran.

"Kita nggak kencan ya," kataku masih sambil berjalan.

"Kan mau jalan."

"Tapi nggak kencan." Aku tetap mengelak. "Kan cuma pura-pura, pacarannya."

"Sama aja." Dia berniat mengambil kembali tanganku yang langsung kujauhkan.

"Sukanya pegang-pegang ih. Icha laporin Pak Polisi lho."

Sebelah alisnya terangkat. "Sana lapor."

Meliriknya, aku mengambil ponsel dari saku jaket. "Telepon Pak Radit, ah."

Secepat kilat, benda itu sudah berpindah ke tangannya. Dia menatapku kesal, yang kubalas dengan kikikan pelan.

"Anak kecil." Setelah mengacak-acak singkat poniku, dia membuka pintu mobil bagian penumpang depan. "Masuk."

Aku menurut. Dan yang membuatku diam-diam tersenyum, dia meletakkan telapak tangan di atas kepalaku agar tidak terantuk kap mobil. Setelah memastikan aku duduk dengan benar, baru dia berjalan memutar dan duduk bangku kemudi. Aku segera memasang sabuk pengaman begitu dia menyuruh dengan menggunakan isyarat mata.

"Kita mau ke mana?"

Dia menoleh sekilas dan tersenyum, sebelum kembali fokus mengemudi. "Ketemu teman-teman saya."

Its Me; A Piece of You (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang