Chapter Nineteen

9.6K 1.6K 188
                                    

Enjoy to reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Enjoy to reading
.
.
.

Anak pemilik hotel Antariksa? Direktur non eksekutif? Itu apa? Aku memang sudah menebak kalau dia termasuk golongan orang berada, tapi sama sekali tidak menyangka akan se-berada ini.

"Kamu bohong?"

Budhe sudah berdiri, menatapku dengan marah. Di sebelah Ibu, aku masih sangat kaget. Apalagi, kini Ayah, Ibu dan Mbak Dita juga ikut menatapku penuh tuntutan. Aku bingung. Dan juga kaget.

"Kamu bilang dia satpam!" Nada suara Budhe meninggi. "Berani kamu membohongi semua orang?!"

Dan aku gelagapan karenanya. "B-budhe, Icha ... Icha-"

"Maaf, Budhe." Pak Gio memotong ucapanku. Dia menatap semua orang satu per satu. "Icha nggak bohong. Saya yang dari awal nggak pernah menceritakan tentang diri saya secara detail sama Icha. Kami saling kenal karena saya waktu itu sedang menyamar sebagai satpam, untuk kepentingan tugas. Saya minta maaf, sekali lagi."

Rasanya ... kepalaku sangat pusing. Apalagi, ketika melihat Gina menatapku penuh permusuhan. Dia kenapa sih? Kalau kaget karena pekerjaan dan status Pak Gio, ya sama. Aku juga kaget. Tidak perlu terlihat seolah mau membunuhku begitu, kan?

"Bisa tunda obrolannya?" Ucapan Ayah yang tiba-tiba, membuatku menoleh terkejut.

"Iya, benar." Ibu menimpali. "Kita makan dulu saja. Obrolannya dilanjut nanti. Ayo kita makan malam, Gio."

"Terima kasih, Tante." Pak Gio berdiri setelah semua orang bangkit dari duduk.

Mereka semua berjalan pindah ke ruang makan. Saat melewatiku, Reno melirik lama. Bersamaan dengan Gina yang kelihatan berkali-kali lipat lebih sinis dari sebelumnya. Aku menghela napas, dan memilih berjalan paling belakang. Tapi tiba-tiba, Pak Gio yang di depanku menyejajarkan langkah. Aku mengerutkan kening.

"Maaf."

Aku hanya diam dan tak menjawab sama sekali bisikannya, bahkan sampai kami duduk di kursi ruang makan. Ibu mulai menawarkan berbagai macam masakannya pada Pak Gio, yang ditanggapi dengan sopan. Entah kenapa hanya mereka yang banyak bersuara, sedang Budhe yang biasanya bawel, kini diam sambil memasang wajah tidak bersahabat. Dan itu bertahan sampai kami selesai makan dan kembali duduk di ruang tamu, dengan disuguhi potongan buah-buahan sebagai kudapan.

"Jadi, kalian kenal saat kamu bertugas di sekolah seberang Louvre?" Ibu yang kembali membuka suara, setelah beberapa detik diisi keheningan.

"Iya, Tante." Pak Gio tersenyum tipis. Menatapku beberapa detik sebelum kembali membalas tatapan Ibu. "Dan saya juga jadi tetangga kontrakan Icha selama sebulan."

"Memangnya sekarang sudah nggak tugas jadi satpam lagi?"

"Enggak, Tante. Kebetulan, tugasnya sudah selesai."

"Dan Icha sama sekali nggak tahu kalau kamu polisi?"

Pak Gio tersenyum. "Ini salah saya, Tante. Icha memanggil saya Mas Bara karena dulu pertama kali saya memperkenalkan diri juga sebagai Bara. Nama asli saya Sergio Barachandra."

Its Me; A Piece of You (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang