Chapter Twenty

10.2K 1.4K 116
                                    

Enjoy to reading 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy to reading 🥰
.
.
.

"Wah, tajir juga ya si satpam gadungan. Beruntung lo, dibucinin cowok macem dia. Walaupun om-om, sih."

Aku hanya tersenyum tipis mendengar komentar Zeva. Sudah kuduga, tanggapannya pasti begitu. Jiwa matrealistisnya pasti langsung akan tergugah untuk menghitung kekayaan Pak Gio. Seperti yang dia lakukan beberapa hari lalu saat berkenalan dan mengetahui pekerjaan Om Daniel. Dia langsung mencari tahu gaji rata-rata seorang eksekutif head chef di sebuah restoran internasional di Jakarta.

Ya, kami memang sudah mulai cukup akrab dengan ahjussi itu. Bahkan Santi dan Riska pun. Karena memang Om Daniel itu adalah pria yang begitu ramah dan mudah bersosialisasi. Jadi saat dia mengajak kami mengobrol tiap datang, kami sama sekali tidak keberatan. Apalagi, dia belum menikah. Zeva dan Riska tambah gencar mengidolakannya. Padahal seingatku Zeva masih menyukai Arya. Aneh.

"Diem mulu. Lo nggak malah makin insecure kan gara-gara tahu dia duitnya banyak?"

Masih tersenyum tipis, aku menoleh padanya. "Menurut kamu?"

Zeva berdecak. Dia bangkit dari duduknya di sofa dan mendekatiku yang baru saja mengeluarkan kue coklat dari kukusan. Tatapannya kelihatan kesal.

"Cemen lo."

Aku hanya tertawa mendengarnya. "Kamu tahu nggak Zev, kenapa Cinderella bisa nikah sama pangeran?"

"Ya karena kakinya dia pas sama sepatu kaca itu." Dia menjawab malas sambil memutar bola mata.

"Salah." Aku mulai memasukkan gula pasir, tepung terigu dan coklat bubuk di dalam wadah dan terakhir, susu cair. Sambil mengaduknya dengan spatula, aku berkata, "Karena Cinderella adalah keturunan bangsawan. Mereka bisa bersama karena sebenarnya berasal dari kasta yang hampir sama."

Zeva tertawa singkat mendengar kalimatku. "Kalau gitu kenapa lo nggak pacaran sama tikus yang jadi kusirnya? Atau labunya aja sekalian lo kawinin!"

Tidak ada yang bisa kulakukan selain tersenyum kecil. Aku melanjutkan menyaring adonan chocholate ganache agar tidak ada butiran-butiran menggumpal di dalamnya, kemudian memanaskannya dengan panci. Sambil mencampurnya, aku membiarkan Zeva melampiaskan kekesalan dengan memakan cheese stick yang kusediakan di dalam toples.

Aku tahu bahwa pikiranku terlalu lemah karena berpikir seperti itu. Tapi tiga hari ini memikirkan kenyataan tentang siapa Pak Gio sebenarnya, sungguh membuatku terbebani. Aku tidak bisa untuk tidak menghiraukannya. Rasanya jarak kami makin membentang jauh. Bahkan kalimatnya yang terdengar sangat yakin saat membantah segala pernyataan Budhe, tidak lantas membuatku melupakan perbedaan itu. Aku sangat kesulitan untuk menghilangkan kekhawatiran tentang keluarganya yang mungkin nanti akan sulit menerimaku.

"Sebenarnya lo juga nggak cocok jadi Cinderella, sih."

Aku kembali menoleh saat Zeva membuka suaranya lagi. Tanganku sembari berganti membagi kue coklat menjadi dua bagian atas bawah, lalu melumuri permukaan salah satunya dengan chocholate ganache.

Its Me; A Piece of You (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang