Chapter Thirteen

9.7K 1.4K 76
                                    

Enjoy to reading 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy to reading 🥰
.
.
.

"Lho, Cha, balik ke sini?"

"Iya, Bang."

"Lah? Dunia luar nggak asyik?"

"Hati aku ternyata udah terpikat di sini, Bang. Jadi daripada beban, mending balik aja."

"Bahasamu, Cha, garing amat. Tapi ... ini Mas Bara, kan?"

"Iya. Apa kabar, Bang Tigor?"

"Baik, Mas, sehat wal 'afiyat. Mau balik ke sini juga?"

"Cuma antar Icha."

"Kalian pacaran?"

"Eng–'

"Begitulah."

"Oh, oke-oke. Gue ke warung dulu kalau gitu. Cha, kalau ada yang mau dibantu, bisa calling gue atau yang lain. Jangan sungkan."

"Sip. Makasih, Bang."

"Yoo!"

Sepeninggal Bang Tigor, aku segera membuka pintu bekas kontrakanku yang saat ini kembali kusewa. Ya, akhirnya aku kembali tinggal di sini. Jujur sih, keputusan pindah dulu benar-benar gegabah. Kehilangan Nenek yang jadi satu-satunya pendukung terbesar dalam pilihan hidupku tidak lanjut kuliah dan memilih jadi tukang roti, membuatku tidak bisa banyak berpikir. Sandaranku hanya Alan, jadi waktu itu aku langsung memutuskan tinggal di kontrakannya. Apalagi, di saat yang sama, aku sedang kecewa berat pada Mas Bara.

Padahal dari awal aku sudah menduga Ibu tidak akan setuju aku tinggal selamanya bersama Alan. Ibu memang tidak pernah suka aku bergantung pada siapa pun, atau tidak mau Alan kurepoti? Entahlah. Jadi aku langsung menghubungi pemilik kontrakan. Apalagi kalau dipikir-pikir, hanya lokasi ini yang dekat dengan Louvre. Cukup berjalan tidak lebih dari lima ratus meter, dan sampai. Untungnya, bekas tempatku tinggal ini belum dihuni penyewa baru.

"Harus seramah itu, ya?"

Aku yang baru berhasil membuka pintu, seketika menoleh. Pak Gio masih menatapku dengan tatapan yang tidak beda jauh sejak di Louvre. "Apa?"

Dia mengembuskan napas keras-keras, lalu membawa masuk tas-tasku. Dia letakkan itu di depan lemari plastik, yang memang sebelumnya tak kubawa pindah. Begitu pun dengan ranjang kecil dan beberapa perabot dapur yang kutinggalkan begitu saja. Bukannya ingin kubuang, tapi aku belum sempat mengambilnya dengan pick up. Ternyata ada gunanya juga, jadi aku hanya perlu membersihkan dan menata pakaian saja.

"Tigor dulu suka kamu."

Ha? "Oh ya? Kok Pak Gio tahu?"

"Dia cerita sama Mas Bara." Pak Gio mulai menyapu lantai, yang membuatku langsung merebut benda itu.

"Biar Icha aja."

Pak Gio mengedikkan bahu, dan beralih memeriksa kabel, jendela dan semua yang perlu diperiksa keamanannya.

Its Me; A Piece of You (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang