Enjoy to reading 🥰
.
.
.Ruangan yang cukup luas di bawah tanah ini dipenuhi dengan gelak tawa teman-teman Pak Gio, termasuk Kak Agnes. Sedangkan pihak yang ditertawakan hanya diam sambil berdecak kesal di sebelahku. Dari semua orang terdekatnya, memang hanya Kak Agnes dan Kinara saja yang cukup kukenal baik. Sedangkan yang lainnya yaitu Bang Kevin, Bang Panji, Bang Dave dan Kak Kia baru sekarang bisa mengobrol lebih jauh. Katanya ada satu lagi temannya yang sayangnya sedang sibuk, bernama Bang Bian.
Beberapa bulan lalu waktu aku masih sibuk jadi bucin, Mas Bara memang pernah mengajakku datang ke acara fashion week yang diikuti Kak Agnes. Dari sanalah akhirnya aku dikenalkan pada teman-temannya. Saat itu aku senang, meski mulai agak curiga karena dia dilongkari oleh orang-orang yang kelihatannya dari lingkungan berada. Benar saja, bukan? Dia ternyata termasuk dalam golongan orang berada itu.
"Makanan datang!" Kak Agnes berseru, ketika seorang karyawan kafe ini turun dan mengantar beberapa jenis makanan.
Ngomong-ngomong, kafe ini milik Bang Kevin dan Bang Panji. Dinamakan Vinint karena itu gabungan nama ibu mereka. Itu menurut cerita Kak Agnes tadi. Kemudian, ruangan yang sedang kami tempati ini adalah ruang bawah tanah yang sejak dulu mereka gunakan untuk berkumpul. Semacam basecamp, menurutku. Ruangan cukup luas yang dilengkapi satu set sofa, karpet bulu, televisi dan DVD, juga dapur kecil. Sangat bagus.
"Mau apa?"
Aku mengerjap, saat Pak Gio sedikit mendekatkan mulutnya ke telingaku. "Ha?"
"Makan apa?" Dia menunjuk berbagai macam hidangan di atas meja. "Pasta aja, ya? Kamu kan belum makan sejak sarapan."
Aku mengangguk. Membiarkan Pak Gio mengambilkan beberapa sendok pasta ke piring kosong dan mengangsurkannya padaku. Aku berterima kasih dan dibalas dengan senyuman tipisnya. Dia sendiri memakan lasagna mini.
"Pak Gio ngapain bisik-bisik sama Dedek Icha? Hayoo udah mulai nakal, ya!"
"Jijik, Kev!" Pak Gio langsung melempar bantal pada temannya itu.
Bang Kevin terbahak keras. "Geli aja gue liat lo kayak pedofil gitu. Icha kok mau sih sama om-om?"
"Apanya yang mau, Bang? Icha kan pacarannya cuma pura-pura." Kak Agnes menyahut.
"Oh iya, lupa gue. Miris banget sih nasib lo, Gi." Bang Kevin yang duduk di karpet, beringsut mendekat dan berpindah ke hadapanku. "Icha mending sama Bang Kevin aja, yuk. Jangan sama 'Pak' Gio. Dia galak, tahu. Kalau sama Abang, dijamin hidup bahagia dunia akhirat."
Pak Gio mengambil bantal di belakangku dan kembali melemparnya ke Bang Kevin. Mukanya kelihatan kesal, tapi tak bisa berbuat apa-apa saat teman-temannya terus saja menertawakan. Sebenarnya, itu kesalahanku karena kecepatan memanggilnya 'Pak'.
"Kita pulang aja ya abis ini. Mereka nggak ada yang waras."
"Kak Gio ngambekan!" Kak Kia yang duduk dirangkul Bang Panji, membuka suara setelah dari tadi diam dan menonton saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Its Me; A Piece of You (REPOST)
General FictionD'Abang Seri 3 (bisa dibaca terpisah) PDF, buku, dan Karyakarsa sudah tersedia. Info lebih lanjut, baca di bab PDF Mas Bara ready dan Pre Order. Icha dulu suka Bara. Naksir berat. Icha bahkan rela menyimpan harga diri di gudang Louvre hanya untuk me...