'00.27'

43 5 30
                                    

Kata rexa, setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk mencintai.

-ArshintaCantik

~~~

Hari pernikahan yang ditunggu-tunggu bagi yang lain telah datang. Ditunggu yang lain, tapi yang sebenarnya gue hindari. Semua saudara sudah datang dari pagi hari. Namun, karena gue malas, jadi datang hanya saat malam seperti sekarang. Karena inilah yang sebenarnya murni tunggu untuk mulai mencari perhatian.

Mamah menyuruh datang memakai kebaya yang disediakan. Namun, karena tidak betah menggunakan rok apalagi span seperti cabe-cabean. Jadi, gue hanya memakai celana jeans ditambah hoodie berwarna hitam.

Mamah mendekat lalu berbisik, "kan disediain kebaya, kenapa gini?"

"Ribet ah males." jawab gue santay.

"Ya tapi nggak gini juga. Pake batik ke."

"Mah ribet."

"Yauda si mah biarin aja, kalau nggak gini bukan Arshinta namanya." timpal Ananta sambil tertawa

"Betul sekali kamu adikku," sahut gue sambil menepuk-nepuk bahunya.

Gue diambilkan makan oleh mamah. Dan gue duduk di salah satu meja yang memang tidak ada siapa-siapa. Setelah selesai makan. Meja yang ditempati diisi oleh keluarga besar. Kenapasi mereka ikut-ikut gue aja heran.

"Arshinta gimana kabarnya, baik?" Tanya abangnya murni saat menghampiri.

"Baik terus saya mah. Yang jahat kan murni doang." jawab gue jujur.

"Arshinta jangan gitu," peringatan dari mamah.

Istri kakanya murni tersenyum ke gue, lalu gue senyumin balik saja biar tidak dikira sombong.

"Cepet-cepet nyusul ya" celetuknya.

"Ka, harusnya yang didoain cepet nyusul ade ipar kaka. Biar ga ngerebutin pacar orang mulu" bisik gue. Dia terdiam dan tersenyum kikuk.

Semua keluarga bercerita tentang masa lalu mereka. Tertawa bersama, ya pokonya semacam itu. Sedangkan gue, hanya memainkan handphone karena malas untuk ikut nimbrung.

"Oiya, gimana nilai ujian kamu Arshinta?" Celetuk murni. Bisa-bisanya dia menanyakan nilai ujian. So banget nilai dia tinggi.

Gue menghela nafas kasar, "bilang saja kamu ingin dipuji? Ngaku kamu anak setan!"

"Arshinta!" Bentak papah.

"Iya maaf bang jago." Ananta yang mendengarnya tertawa. Sebenarnya gue juga mau tertawa, tapi mereka semua mukanya pada serius semua kan nggak enak.

Kuping sudah mulai memanas, karena mendengar murni dipuji-puji karena kepintarannya. Padahal seharusnya mereka semua tau, bahwa ujian kemarin dia banyak remed, dan yang mengerjakannya gue pula.

"Shin ada rexa," bisik rizky yang baru saja datang dan membawa makanan di tangannya.

Memang tadi gue bilang ke rexa untuk menjemput, dan benar saja dia sekarang ada disini. Dia bersalaman ke seluruh saudara, baru bertos ria dengan gue.

"Arshinta mau main sama rexa." pamit gue ke semuanya.

"Main disini aja." sahut mamah.

"Setiap ada acara keluarga selalu saja kamu pergi, memang lebih penting pacar dibanding keluarga?" Omel nenek.

Gue menghela nafas kasar baru saja ingin menjawab. Namun sudah keduluan rexa, "Maaf ne, bukannya saya lancang. memang keluarga lebih penting dibanding pacar. Tapi jika keluarga sendiri yang membuat tidak nyaman untuk apa?"

Mereka semua terdiam mendengar tutur kata rexa, "Saya memang tidak bisa membahagiakan Arshinta, tapi setidaknya saya tidak membanding-bandingankan dengan orang yang belum tentu lebih baik dari dia." lanjut ucapannya.

Murni yang merasa tersindir menatap tidak percaya kepada rexa. Dan yang lain masih berdiam menunggu ada yang menjawab ucapan rexa.

"Jadi gimana sepuh, boleh main kan?" Tanya gue ke nenek. Ananta lagi-lagi tertawa karena pertanyaan gue.

"Jangan pulang malam." secara tidak langsung, papah memberi izin melalui ucapannya.

Gue terkekeh, "iya nggak malem, paling pagi."

"Shin," panggil papah.

"Bercanda bang jago." sahut gue sebelum papah marah.

Gue bersalaman ke nenek, "Yauda sepuh, saya pamit. jangan emosi terus, nanti darah tinggi baru tau rasa."

Setelah bersalaman ke semua keluarga, gue dan rexa langsung pergi meninggalkan mereka semua. Rexa mengajak ke salah satu taman dimana tempat itulah pertama kali kita bertemu. Setiap malam memang tempatnya ramai pengunjung. Ingat, setiap malam!. Karena letaknya yang berada di sisi jalan, dan banyak pedagang yang berjualan camilan murah meriah.

"Mau apa?" Rexa bertanya saat baru saja turun dari motor.

"Pengen itu," gue menunjuk ke salah satu pedagang yang dimana dia bejualan gulali.

"Dasar anak kecil."

Gue cemberut, "jangan panggil aku anak kecil, rexa."

"Emang nya udah besar?"

"Keliatannya?" Gue menunggu rexa menjawab pertanyaan, tapi dia hanya tertawa.

Kita membeli gulali dan dua botol minuman, lalu duduk di tempat yang disediakan.

"Pipinya kaya nutrijel," rexa mencubit pipi gue. Sulit sekali untuk melepaskan jarinya yang nakal itu.

"Sakit tau" ujar gue kesal.

Dia tertawa, "mangkannya jangan sering makan malam."

"Dih kenapa? Orang laper," elak gue.

"Gabaik. Nanti pipinya makin berkembang."

"Apa coba pipi berkembang?"

Kita berdua tertawa karena perdebatan yang baru saja kita lakukan.

"Kenapa nama kamu arshinta?" Rexa bertanya secara tiba-tiba. Lah gue sendiri saja tidak tau kenapa dinamakan itu.

"Gatau, tanya papah sana." Perintah gue.

Rexa mengeluarkan handphone dari kantong jaketnya.

"Lah mau ngapain?" Tanya gue panik

"Tadi katanya nyuruh telfon papah kamu," jawabnya santai.

"Ih bercanda kan."

Kita berdua terdiam menatap langit yang bertebaran bintang-bintang.

"Shin," panggil rexa.

"Iya kenapa?"

"Aku cemburu salah nggak?"

Gue berfikir sebentar. Lalu berucap, "Cemburu itu wajar. Tapi jangan sampai kecemburuan membutakan diri sendiri."

"Shin, aku bukan bulan yang menyinari langit dikeadaan gelap. Jadi jangan berharap banyak kepadaku ya?"

Gue mengernyitkan dahi bingung, "ko ngomongnya gitu?"

"Setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk mencintai shin." rexa mengambil telapak tangan gue dan langsung mengenggamnya.

Kita berdua saling tatap, entah mengapa gue rasa rexa sedang menutupi sesuatu. Tatapannya seakan-akan memberi tanda bahwa tidak ada yang bisa dibilang baik-baik saja.

~~~

Apa kabar? Masih baik-baik saja kan? Jangan pernah bosan dengan cerita ini. Dan jangan lupa vote dan komennya❤

ARSHINTA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang