'00.32'

43 5 24
                                    

Setiap manusia kan mempunyai kesalahan, apa susahnya untuk memaafkan? Jika terus dipendam, nanti jadi dendam.

-ArshintaCantik

~~~

Sudah dua minggu saja kegiatan belajar mengajar dilakukan. Seperti biasa gue tetap datang terlambat, tidak ikut belajar karena ke kantin, ke uks untuk menumpang tidur. Biasanya ada bu Diah yang selalu menjadikan ini sebuah masalah, dan berakhir gue di ruang bk. Tetapi kali ini beda, bu Diah sudah mulai cuti karena hitungan lahirannya sudah dekat.

Setelah istirahat kedua adalah waktu dimana rasa kantuk menyerang. Sudah tidak ada lagi kefokusan untuk belajar, yang ada di fikiran hanya ingin cepat-cepat pulang.

"Guys sekarang freeclass semua guru rapat!" Teriak bunga dari depan pintu.

Semua anak murid besorak ria, karena waktu yang diimpikan terwujud.

"Shin kantin yu?" Ajak fanny. Gue menggelengkan kepala tanda tidak mau dengan ajakannya.

"Kesambet apa si lu? Kebiasaan banget kalau diajak kita nggak pernah mau," gerutu ria kesal.

Gue tertawa mendengar gerutuan ria, "duluan aja sana, gue ngantuk," jawab gue di sela tawa.

Baru saja memejamkan mata, suara lelaki sudah memanggil-manggil nama gue, ya siapa lagi kalau bukan si rizky.

"Arshinta anindira maheswari!" Teriaknya, karena dari tadi panggilan dia hanya gue jawab dengan deheman.

"Apaan si gue nggak budek!" Bentak gue. Ternyata di belakang Rizky ada pak Fajar-guru matematika yang dikagumi kaum hawa di sekolah ini karena ketampanannya.

"Eh bapak ganteng," sapa gue ke pak Fajar.

"Saya tau kamu pintar matematika, bisa minta tolong untuk ngajarin kelas 10 IPA 1?" Tanyanya to the point.

"Lah emang bapak mau kemana?" Gue malah berbalik tanya.

"Samping rumah bu Diah kebakaran akibat konslet listrik, sebagian rumah bu Diah kena. Kita mau mastiin bu Diah nggak kenapa-kenapa," pak fajar mencoba menjelaskan.

"Mau ikut pak," gue merengek layaknya anak kecil.

"Kamu nanti aja sama osis." jawabnya.

"Yauda deh," gue berucap pasrah.

Setelah pak fajar berterimakasih, rizky mengantarkan gue ke kelas 10 ipa 1 untuk memastikan.

Saat memasuki kelasnya, suasana kelas ini hening sekali padahal ada manusia di dalamnya. "Hallo anak-anak, pak Fajar sudah ngasih tugas kan ke kalian?"

"Sudah ka." jawab mereka kompak.

"Yauda kerjakan ya anak-anak cerdas, nanti kalau ada yang bingung silahkan bertanya," Rizky yang mendengar ucapan gue tertawa, entah apa yang lucu.

"Shin ini maksudnya apa?" Tanya seorang lelaki, dan ternyata itu Nicko.

"Hey panggil saya mamah muda... eh maksudnya guru muda," murid yang tadinya fokus mengerjakan malah tertawa mendengar ucapan gue.

Gue menjelaskan ke Nicko dan beberapa murid yang lain. Karena sudah mulai gabut, akhirnya gue mempunyai ide, "anak-anak kita sudahkan saja, mending kita nyanyi dari pada pusing"

"Setuju ka." jawab seorang lelaki yang berada di pojok belakang.

Tiba-tiba terlintas lagi ide cemerlang mennggalang dana untuk musibah yang dialami bu Diah.

"Kalian tunggu disini ya? Nanti kalau ada pemberitahuan keluar, ya keluar. Kita nyanyi bareng-bareng," setelah berucap seperti itu, gue langsung lari sekencang mungkin menuju kelas Kevin.

Kevin dan teman-temannya seperti biasa ada di depan kelas. Semua mata tertuju ke arah gue. Dan kevin, ya dia sangat terkejut melihat kedatangan yang secara tiba-tiba ini.

"Vin gue butuh bantuan lu sama temen-temen yang lain," ucap gue to the point.

"Bantuan apa?" Tanyanya sedikit gugup

"Lu sama yang lain bisa main alat musik kan?, kita galang dana untuk bu Diah lewat itu," gue mencoba menjelaskan. Teman kevin sudah berdiri tanda setuju.

"Yang nyanyi?"

"Ada gue sama Fanny"

"Kalian semua ke ruang musik ambil alatnya, kuncinya ada di lobby!" perintah kevin ke teman-temannya. Mereka sangat antusias dan berlari menuju lobby.

Baru saja ingin menyusul ke lobby, kevin mencekal pergelangan tangan gue, "shin lu nggak marah sama kejadian kemarin?" Tanyanya.

"Nggak ada gunanya gue marah, yang lalu biarin berlalu," jawab gue santay.

"Gue salah ya, shin?"

"Semua orang pasti punya salah, jadiin sebuah kesalahan sebagai pelajaran aja, vin."

"Shin, terimakasih."

"Segala terimakasih, dah yu susul yang lain."

Setelah mengucapkan itu gue dan kevin berjalan menuju lobby, untuk memberitahukan pengunguman melalui mic yang terhubung ke seluruh toa yang ada di sekolah ini.

"Arshinta cantik cek," ucap gue memastikan micnya nyala.

"Nyala shin," jawab kevin.

"Assalamualaikum selamat siang semuanya,"-gue menarik nafas sebentar-"di siang hari ini kita mendengar kabar yang dialami bu Diah. Dengan ini saya dan beberapa teman saya ingin mengadakan penggalangan dana, semoga kalian mengerti, kita tunggu kalian di lapangan."

Setelah mengucapkan itu, gue dan kevin ke lapangan. Seluruh alat musik sudah ada gitar dan alat musik yang lainnya.

Konser dadakan dimulai dan kita semua berhasil membuat lapangan ramai. Yang bernyanyi saat ini fanny dan teman seangkatan yang lain. Gue ikut osis lama untuk menerima uang yang diberikan dari mereka dan memasukannya ke kardus.

Acara ini berjalan lancar hingga bel pulang berbunyi, semuanya antusias dan beberapa guru disini ikut menikmati acara dan menyumbang.

Kini uang sumbangannya dihitung di ruangan osis, di ruangan ini terdapat osis lama, osis baru dan gue tentunya.

"Delapan juta tiga ratus tiga puluh," ucap cantika setelah menghitung semua uangnya.

"Serius? banyak juga ya." Ucap ketua osis baru.

"Ternyata fikiran lu bermanfaat juga, shin." sindir rizky.

"Nggak usah memuji gitu deh," gue menyahut yang membuat semua orang tertawa.

"Yang mau wakilin ke rumah bu diah siapa?" Tanya cantika ke semuanya.

"Emang pada tau rumahnya bu diah?" Bukannya menjawab, Rizky malah bertanya balik.

Semua terdiam karena sepertinya tidak ada satupun yang tau. Nicko mengangkat tangannya, "saya tau" jawabnya.

"Perwakilan dari osis baru Nicko sama siapa lagi?" Semua menjawab tidak bisa karena alasan yang bermacam-macam.

"Yauda gue nemenin nicko." timpal gue, bukan mau modus. Emang pada dasarnya gue mau menengok ibu guru tercinta.

"Oke, dari osis lama ada yang mau ikut?" Rizky bertanya lagi.

"Ayo can ikut?" ajak gue kepada cantika. Tetapi dia hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Yauda kalau nggak ada. Berarti gue, Nicko, sama Arshinta yang kesana." Rizky berucap tegas.

Entah dari kapan, tiba-tiba Akika sudah ada di depan pintu ruang osis, "Akika ikut," rengeknya.

Setelah itu kita berempat pergi ke rumah bu Diah. Karena gue dan Nicko tidak membawa kendaraan, jadi Nicko bersama Rizky dan gue bersama Akika.

~~~

Jangan lupa untuk memafkan kesalahan yang telat dibuat orang lain ya? Oke sekian, jangan lupa vote dan komennya❤

ARSHINTA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang