0.3

6.6K 794 24
                                    

"Mashiho!" Lantas yang dipanggil langsung menoleh. Mashiho mendapati sahabat dekatnya itu berlari kearahnya.

"Asahi kun, kamu mengangetkan ku." Mashiho tersenyum kemudian merangkul pundak sahabatnya sejak duduk di bangku menengah pertama itu. "Apa kamu sudah menemukan kelompok mu untuk presentasi minggu depan?" tanya Asahi.

"Presentasi? Yang benar saja! Baru masuk, sudah dikasih tugas seperti ini." Mashiho berdecak sebal. Ia memang anak yang pintar, namun dalam hal seperti ini ia terlalu malas. Apalagi sang guru memberikan tugasnya secara mendadak.

"kau tidak membaca pesan di grup?" tanya Asahi lagi dan diberi gelengan kepala sebagai jawaban. "Tenanglah! aku akan menjadi anggota kelompok mu. Kita hanya perlu mencari anggota—"

"Aku bersedia menjadi anggota kelompok mu." ucapan Asahi terpotong oleh seseorang siswa lain yang berjalan di belakang dirinya dan Mashiho. Siswa tadi langsung mempercepat langkahnya. Menyamakan langkahnya dengan langkah Mashiho dan Asahi.

Mashiho menoleh, menatap lelaki tinggi di sampingnya itu yang kini tengah tersenyum cerah kearahnya.

"Jaehyuk?"

"Selamat pagi Mashiho." Jaehyuk menyapa mashiho masih dengan senyuman yang terhias di wajah tampannya. Lelaki bermarga Yoon itu adalah salah satu siswa terpopuler di sekolah ini. Jaehyuk populer karena ketampanan dan sifat ramahnya kepada orang - orang. Oh ya, Jaehyuk juga sangat pandai berpresentasi.

Tahun lalu mashiho masih sangat ingat dimana Jaehyuk menyatakan perasaanya pada Mashiho di taman belakang sekolah. Namun mashiho hanya menganggap itu semua candaan dari Jaehyuk. Anehnya Jaehyuk tertawa saat Mashiho berkata bahwa dirinya sedang bercanda.

Dan berakhirlah seperti ini. Ia dan Jaehyuk hanya berteman dekat. Tidak ada hubungan spesial di antara mereka.

"Eh iya, pagi juga." Sapa mashiho balik pada Jaehyuk.

"Dan.. pagi, cantik." kali ini Jaehyuk tidak menyapa pada Mashiho. Namun pada Asahi yang hanya berjalan menunduk di samping mashiho. Mendengar sapaan itu, Asahi langsung mengangkat kepalanya dan menatap Jaehyuk dengan tatapan bingung.

"kau menyapa—padaku?"

Jaehyuk terkekeh kecil, "Ya. Memangnya pada siapa lagi aku menyapa?"

"Cantik? Tadi kau menyebut cantik!?" Asahi bertanya dan Jaehyuk menganggukan kepalanya, tersenyum mengejek pada Asahi. "Aku ini laki-laki, Yoon Jaehyuk! dan aku tampan!" wajah Asahi memerah.

"Menurutku kau terlalu cantik untuk disebut tampan." Jaehyuk terkekeh lagi melihat bagaimana ekspresi Asahi sekarang. Lelaki manis itu sedang menahan emosi mendengar Jaehyuk yang mengejeknya.

"Kau?! YOON JAEHYUK!"

Asahi berlari mengejar Jaehyuk yang sudah terlebih dahulu kabur masuk ke dalam gedung sekolah meninggalkan Mashiho berjalan sendirian. Mashiho tertawa melihat interaksi Jaehyuk dan Asahi. Menurutnya, Jaehyuk dan Asahi terlihat sangat cocok. Asahi juga pernah berkata pada Mashiho kalau dirinya mengaku menyukai Jaehyuk.

Jaehyuk? Mashiho tidak tahu apakah lelaki Yoon itu menyukai Asahi atau tidak. Yang jelas, mereka berdua itu sangat dekat.

♛.

"Terima kasih telah mempercayakan bisnis ini kepada Perusahaan kami, tuan Lee." Junkyu bangkit dari duduknya kemudian menjabat tangan seorang laki-laki paruh baya berjas hitam di hadapannya dengan sopan.

Hari ini ia baru saja menyelesaikan kurang lebih 5 meeting dengan para kliennya. Jumlah uang yang perusahaannya hasilkan pun akan sangat banyak jika bisnis ini berjalan dengan lancar.

Sayangnya, Junkyu akan dibuat semakin sibuk dengan bisnis ini karena ia berbisnis tidak hanya dengan satu orang, tapi 'lima'. Dan Junkyu sangat berharap bisnisnya bersama kelima kliennya akan sukses.

Sang klien pun keluar dari ruangan Junkyu. Lelaki bermarga Kim itu langsung merebahkan tubuhnya di sofa merasa lelah untuk hari ini. Jas hitam yang ia kenakan kini sudah terlepas dari tubuhnya. Dasi yang awalnya tertata rapih dikendurkan dengan dua kancing kemeja putih yang dibiarkan terbuka.

Helaan nafas terus keluar dari bibir Junkyu. Sungguh ia merasa lelah hari ini. Tangannya terangkat, melirik Rolex-nya yang terhias indah di pergelangan tangannya. "Jam 6? mashiho pasti sudah pulang." Gumam Junkyu kemudian menurunkan pergelangan tangannya kembali memejamkan kedua mata sipitnya.

Disisi lain, mashiho sedang berjongkok di depan sekolah menunggu jemputan sang kakak. Sudah hampir belasan kali ia menelpon nomor Junkyu, namun lelaki berusia 7 tahun lebih tua darinya itu tidak mengangkatnya.

Menghubungi Yoona dan Yunoh? eum tidak. Kedua orangtua sambungnya itu sedang berdinas di luar negeri sampai dua minggu ke depan. Pulang naik bus? Tidak. Mashiho tidak memiliki kartu untuk naik bus. teman-temannya yang lain termasuk Asahi juga sudah pulang sejak tadi. Hanya ada dirinya sendirian di depan gerbang sekolah.

Saat sedang sibuk memainkan jaket yang ia kenakan, tiba-tiba ia merasakan tetesan air yang mengenai rambut hitam pekatnya. Mendengakkan kepala, seluruh wajahnya langsung terkena tetesan air hujan yang turun cepat dengan deras.

Dengan panik mashiho berlari kearah halte bus di dekat sekolahnya. Sedikit jauh namun, mashiho dapat menjangkaunya.

Seluruh tubuhnya basah kuyup, begitupun dengan jaketnya. Seketika tubuhnya terasa menggigil. Tangan mungilnya mengusap seragam yang basah itu, sedangkan jaketnya sudah ia lepas dan dimasukan ke dalam tas punggungnya.

Mashiho meraih ponsel di sakunya, berniat untuk menghubungi Junkyu sekali lagi. Namun sial, daya ponselnya mati dan sekarang ia tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu hujan reda dan berjalan kaki pulang kerumahnya yang cukup jauh dari sekolah.

Raut wajah mashiho berubah menjadi sedih merutuk nasibnya hari ini. Hendak menangis namun ia menahannya. Bukan tanpa alasan, di jam segini sudah jarang bus arah ke rumahnya lewat.

Junkyu sering membuat Mashiho menangis dulu. Kakaknya itu sangat suka menjahilinya dan menakutinya. Jangan heran mungkin bisa hampir setiap hari Mashiho menangis karena dijahili sang kakak.

"Kakak──dingin." Mashiho bergumam lirih.

T B C

Opium +Junshiho ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang