1.3

4.7K 549 50
                                    

♛.

Seperti yang sudah di janjikan Junkyu kemarin malam, kini pria berusia 25 tahun itu menepati janjinya untuk mengajak Mashiho ke sebuah apartemen mewah yang akan menjadi tempat tinggal barunya.

Saat masuk, Mashiho tak bisa menutupi rasa takjubnya melihat bagaimana mewah dan luasnya apartemen Junkyu. Di apartemen sebesar ini apa akan hanya dihuni olehnya?

“K—kak, bukankah ini terlalu besar?” Maniknya masih menelisik setiap sisi dari apartemen ini. Terdiri atas 2 lantai, dapur, ruang keluarga, 1 kamar di lantai bawah dan 2 kamar di lantai atas tak lupa dengan kamar mandi di masing–masing kamar. Apartemen Junkyu berkonsep klasik dan minimalis. Cat tembok di padukan dengan warna putih dan abu abu menambah kesan simpel dan tidak menyakitkan mata.

“Tidak. Ini cukup untuk kita berdua.” ucap Junkyu seraya mendudukkan dirinya di sofa, melempar jas dan dasi hitamnya kearah sofa di sampingnya.

“Kita berdua?” Mashiho mengulang kata–kata Junkyu. Kakinya melangkah mendekat kearah sang kakak dan mendudukkan dirinya tepat di sampingnya tanpa jarak yang membatasi keduanya.

Junkyu tersenyum kecil kemudian ia merangkul Mashiho dan mencium singkat puncak kepala Mashiho.

“Suatu saat nanti, kamu dan kakak akan tinggal disini. Hanya kita berdua.” ucapnya. Mashiho paham dengan apa yang dimaksud Junkyu. Bibirnya terangkat membentuk senyuman, menatap manik Junkyu dengan perasaan bahagia yang tak dapat ia tutupi.

Tak berselang lama, senyumannya memudar kala pikirannya tertuju pada sesuatu,  “A—aku takut mama dan papa marah kalau mereka tahu ini semua. Aku tidak mau kakak pergi lebih jauh dari aku. Kakak jangan tinggalin aku, ya?” Mashiho merebahkan kepalanya di bahu Junkyu. Tangan mungilnya bergerak membuat pola acak di telapak tangan Junkyu yang sedang merangkulnya.

Junkyu hanya diam mendengarkan apa yang sedang Mashiho bicarakan. Ia membayangkan bagaimana nanti ketika ia berkata jujur mengenai semuanya kepada kedua orangtuanya dan apa reaksi dari mereka nantinya.

Ia membayangkan pukulan Yunoh dan air mata Yoona yang akan ia dapatkan nantinya. Ungkapan kecewa dan cercaan mungkin akan Junkyu dapatkan dari mereka.

Junkyu pernah merasakan pukulan dari Yunoh dulu saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Yunoh memukulnya dan menamparnya karena ia dan teman–temannya mengerjai seorang siswi hingga siswi itu menangis dan mengadu ke guru dan orangtuanya.

Semua itu adalah ide dari Junkyu kecil yang amat sangat nakal. Dia melakukan itu bukanlah tanpa alasan. Junkyu mengerjainya karena siswi tersebut sering sekali mengejeknya dan menyembunyikan PRnya hingga berakhir dihukum oleh sang guru.

Pukulan dan tamparan itu rasanya teramat sakit meski tidak terlalu keras. Lalu, apa sekarang rasanya akan lebih sakit? Ya. Rasanya akan sangat menyakitkan hingga menusuk hatinya. Menusuknya dalam.

Tetapi, Seorang Junkyu memiliki prinsip. Ia tidak akan menyerah begitu saja meski kedua orangtuanya menentang keras hubungannya dengan Mashiho. Ia mencintai anak ini dan ia menyayangi anak ini. Sebesar apapun tantangannya, Junkyu akan melakukannya dengan ringan hati untuk belahan hidupnya, Takata Mashiho.

if our parents fiercely oppose our relationship, I will try to make you mine at all costs, as I love your body and your soul completely, mashiho.

♛.

where’s our son, Yunoh ?” Yoona dan Yunoh baru saja tiba dirumah mereka setelah perjalanan panjang mereka menuju Korea. Saat pulang, mereka berdua kebingungan dengan suasana rumah yang gelap dan sepi. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun Yoona tidak menemukan tanda–tanda kedua putranya dirumah.

Yunoh sendiri sudah masuk ke dalam kamar untuk beristirahat karena lelah. Pertanyaan Yoona diabaikan begitu saja membuat perempuan paruh baya itu merasa sangat khawatir, seharusnya Junkyu sudah pulang dari kantor dan Mashiho sudah tiba kerumah sesudah sekolah. Dan, Yoona mulai teringat sesuatu.

Ia lupa bahwa sang putra sulung akan segera pindah dari rumah ini. Kemungkinan, sekarang putranya itu mengajak Mashiho ke tempat tinggalnya yang baru. Lagipula, Mashiho adalah anak yang penakut. Maka dari itu Junkyu tidak bisa membiarkannya tidur sendirian disini.

Yoona meraih ponselnya di dalam tasnya yang diletakan diatas meja. Kemudian jari–jari cantiknya bergerak mencari kontak ponsel Junkyu lalu menekan tombol hijau untuk menelpon.

Berdering. Namun, sama sekali tidak ada jawaban dari teleponnya.
Kali ini Yoona kembali menelpon ponsel Junkyu, dan tetap saja hasilnya sama. Teleponnya tidak diangkat oleh Junkyu.

Sudah hampir 3 kali Yoona menghubungi Junkyu dan tetap tidak diangkat. Sebagai seorang ibu, Yoona pastinya sangat khawatir. Terlebih Junkyu sedang bersama Mashiho. Menelpon Mashiho? Putra bungsunya itu lupa membawa ponselnya, dan dibiarkan tergeletak diatas sofa.

Kembali menekan nomor Junkyu dan menghubunginya untuk kesekian kalinya, akhirnya Junkyu mengangkat teleponnya.

Tetapi,

Junkyu, apa kamu baik–baik saja?

♛.

Opium +Junshiho ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang