3.0

3.2K 442 40
                                    

♛.

Hujan turun dengan derasnya membasahi jalanan diluar sana, seorang pemuda 22 tahun memilih berteduh di dalam sebuah kedai kopi seraya menunggu hujan reda. Derasnya hujan membuat suasana terlihat semakin gelap di luar sana. Hembusan angin dingin pun masih terasa di dalam kedai.

Jari-jarinya bergerak mengetik di laptop nya. Membalas email yang dikirimkan kekasihnya. Pesan manis itu selalu dikirimkan padanya setiap hari, membuatnya semakin rindu tak bertemu 3 tahun lamanya.

Takata Mashiho. Pemuda manis itu melanjutkan pendidikan kedokterannya di Washington. Ia mendapat penawaran berkuliah di luar negeri dari universitas nya karena prestasinya. Awalnya ia sempat ragu karena tidak ingin meninggalkan orang terdekatnya.

Namun, Kim Junkyu lah yang berhasil meyakinkan nya. Ia berkata, kesempatan seperti ini tidak boleh di sia-siakan. Meski berat, Lelaki yang kini sudah berusia 29 tahun itu berjanji akan menunggunya sampai pendidikannya selesai.

Selain itu, Mashiho juga berjanji akan mengabarinya setiap waktu. Begitupun dengan Junkyu, ia selalu menyempatkan diri untuk mengirim surat, email atau pesan padanya. Tahun ini adalah tahun terakhir pendidikannya. Ia sangat tidak sabar untuk kembali ke Korea, bertemu semua orang yang sangat ia rindukan termasuk kedua orangtuanya.

Maniknya melirik cincin yang melingkar di jari manisnya, bibirnya terangkat membentuk senyuman. Mashiho sangat bahagia ketika mengingat hari dimana Junkyu menyematkan cincin ini di jarinya, hari dimana ia mengatakan bahwa ia akan meresmikannya sebagai istrinya suatu saat nanti.

Hal lain yang paling membuatnya bahagia adalah ketika Kim Yunoh mengatakan secara langsung bahwa ia merestui hubungan ini. Dan ia juga meminta maaf atas perlakuan kasarnya. Mashiho mengerti, Yunoh pasti kecewa. Bagaimanapun dia adalah seorang ayah, dan ia sudah Mashiho anggap sebagai ayah kandungnya sendiri.

Selain itu Mashiho bertemu dengan adik kandungnya. Haruto. Mashiho tak menyangka bahwa ia memiliki seorang adik kandung yang selalu mencarinya kemana-mana semenjak kedua orangtua kandungnya tiada. Selama ini Haruto besar bersama paman dan bibinya, sungguh Mashiho merasa amat bersalah pada adiknya itu.

Sedih memang ketika Mashiho mengira dirinya sengaja di lantarkan kedua orangtuanya. Perkiraannya salah. Ia merasa bersalah sebagai seorang anak, sedih ketika tak dapat melihat wajah kedua orangtuanya yang sudah lebih dulu meninggalkan dunia.

From Mashiho to Kim Junkyu :
Kakak jangan lupa jaga kesehatan, tunggu aku sedikit lagi. Aku akan segera menyelesaikan pendidikan ku •//ε//•
17:02

Menekan tombol send, Mashiho terkekeh kecil. Ia menyeruput secangkir kopi susu hangat, menatap layar laptopnya menunggu balasan dari kekasihnya. Kedai ini sangat sepi, mungkin karena lokasinya yang tidak strategis. Tetapi Mashiho sangat menyukai suasananya. Nyaman. Pelayan disini juga sangat ramah pada Mashiho, bahkan mereka memberikannya sebuah handuk untuk mengeringkan rambutnya yang basah terkena hujan tadi.

Ting. Mashiho pun segera membuka balasan email-nya itu. Lagi-lagi Mashiho dibuat tersenyum dengan balasannya.

From Kim Junkyu to Mashiho :
Aku sangat merindukanmu shiho, belajarlah dengan giat ♡ aku akan memberikan kejutan untukmu
setelah kamu kembali, nanti.

Mashiho, hwaiting.
17:04

Jari - jarinya kembali bergerak mengetik satu persatu kata, mengirimkannya kepada Kim Junkyu lalu mematikan daya laptopnya dan memasukkannya kedalam tas punggung di sampingnya. Tak terasa hujan sudah sedikit reda di luar sana.

Mashiho pun memasang earphone di telinga kanannya, memakai jaket hoodie-nya tak lupa memasang kupluk untuk melindungi kepalanya dari rintikan gerimis air hujan. Seraya menggendong tas punggungnya, Mashiho melangkah keluar dari kedai. Berjalan diatas trotoar menuju apartemennya yang tidak jauh dari kedai tersebut.

Ketika Mashiho hampir tiba di apartemennya, ia melihat junior sekaligus tetangganya itu sedang mampir di sebuah toko, lantas Mashiho memanggilnya dan menghampirinya. "Park Jeongwoo!" yang merasa namanya terpanggil pun menoleh dan melempar senyum pada Mashiho.

"Kak Mashi, aku mencari mu di gedung fakultas mu, tadi. Teman-temanmu mengatakan mereka tidak melihatmu sejak kelas berakhir, kamu kemana saja?" Jeongwoo meraih roti baguette yang ia beli, memakannya dan berjalan bersama dengan Mashiho.

"Maaf Jeongwoo-ya, ada beberapa buku yang harus aku beli tadi di toko buku. Kelasku juga sudah selesai lebih awal, aku sampai lupa mengabari mu. Maaf ya." ucap Mashiho menunjukkan puppy eyes nya, membuat Jeongwoo tak dapat menahan rasa gemasnya pada seniornya itu.

"Tak apa, sungguh. Jadi, apakah kita jadi maraton series malam ini?" tanya Jeongwoo, kini mereka sudah memasuki lorong apartemen tempat mereka tinggal bertetangga. Mashiho melengkungkan bibirnya kebawah lalu menggeleng. "Ada beberapa tugas yang harus ku selesaikan malam ini. Maaf." Mashiho menundukkan kepalanya merasa bersalah pada Jeongwoo.

Jeongwoo hanya tersenyum menanggapi. "Baiklah, tidak apa-apa. Sepertinya malam ini aku akan menonton bersama kak Yedam saja. Kakak lebih baik selesaikan tugas kakak, jangan lupa makan. Nanti pacar kakak itu bisa marah kalau melihat kak Mashi kurus saat pulang."

Pemuda Park itu terkekeh, kemudian membuka kunci pintu kamarnya. "Aku masuk dulu ya kak, hwaiting." Mashiho menganggukkan kepalanya, lalu masuk ke dalam unit apartemennya. Sebelum masuk, Mashiho menyempatkan diri bercermin di kaca, memperhatikan bayangan tubuhnya disana.

Bibirnya mengerucut seraya menaikan satu alisnya. "Sepertinya aku harus makan banyak, aku terlihat kurus. Pasti kak Junkyu tidak suka melihat penampilan ku sekarang." Ia pun beralih masuk ke dalam kamarnya dan mandi untuk membersihkan diri.

Setelah itu Mashiho mengambil beberapa snack di kulkas lalu membawanya ke kamar. Menyalakan pendingin ruangan, kemudian menubrukkan tubuhnya diatas kasur. Ia membuka tasnya, mengambil laptop dan menyalakannya.

Mashiho membuka file berisi tugas-tugas yang diberikan dosennya, memeriksa setiap paragraf yang tertulis disana. Pemuda manis itu mengacak-acak surai nya kesal, pasalnya dosennya itu selalu memberinya tugas yang sangat banyak dan menyusahkan. Bagaimanapun itu Mashiho harus menyelesaikannya, jika tidak pasti nilainya akan turun.

Mashiho pun mencatat poin penting dari tugas itu dengan bolpoin bewarna biru di atas kertas kosong. Tanpa sengaja ia teringat dengan email yang dikirimkan kekasihnya tadi, seketika moodnya kembali. Mashiho merasa seperti Junkyu sedang menyemangatinya sekarang.

Ia pun beralih ke galeri di laptopnya. Menatap lamat-lamat satu persatu foto yang berjajar dalam satu album disana. Fotonya dengan Kim Junkyu. Mashiho memang menyimpan foto itu di laptopnya. Jika Mashiho merasa rindu, maka ia akan menatap satu persatu foto itu.

Tanpa sadar pipinya bersemu merah, menggulingkan badannya kesana kemari merasa malu sekaligus tak sabar bertemu dengan Junkyu. Mashiho tak pernah sebahagia ini sebelumnya. Ia hanya merasakan kebahagiaan seperti ini dengan Junkyu nya. Calon suaminya.

From Mashiho to Kim Junkyu :
Kak Junkyu, hwaiting! ⊂((・▽・))⊃
17:04

♛.
.
🐨 : mashiho hwaiting!
🐹 : hwaiting!
.

Opium +Junshiho ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang