2.6

3.4K 491 80
                                    

♛.

Hari–hari yang Mashiho jalani terasa berbeda semenjak tinggal bersama Junkyu. Setiap pagi Mashiho memiliki rutinitas untuk membangunkan Junkyu, menyiapkan sarapan dan terus seperti itu di setiap paginya.

Terkadang ia suka membersihkan ruangan–ruangan di apartemen Junkyu tanpa sepengetahuannya. Jika ia tahu, pasti Mashiho akan dimarahi. Karena, Junkyu sangat tidak suka Mashiho kelelahan karena kegiatannya itu. Junkyu lebih suka membayar pelayan yang ia percayai untuk merapihkan apartemennya.

Junkyu sedang pergi ke kantor, meninggalkan Mashiho sendirian. Lelaki itu akan kembali pukul 7 atau 8 malam. Apa yang dilakukan Mashiho selama tidak ada Junkyu bersamanya? biasanya ia akan keluar untuk sekedar membeli cemilan lalu menonton film di televisi.

Membosankan, memang. Akhir–akhir ini Junkyu sangat sibuk dengan pekerjaannya. Terkadang lelaki itu terpaksa bermalam di kantornya karena banyaknya berkas yang harus ia urus. semua itu adalah perbuatan ayahnya—Kim Yunoh—yang sengaja membuat Junkyu menjadi sosok yang sangat sibuk.

Berkas yang tak seharusnya ia urus, kini menjadi tanggung jawabnya. Bahkan berkas kiriman perusahaan Yunoh, dikirim ke perusahaan Junkyu untuk diperiksa seluruhnya. Setiap hari, Junkyu harus mengurus kliennya yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Membuatnya teramat sangat kelelahan, sampai tak ada sedikitpun jeda dalam hari–harinya saat bekerja.

Mengenai ini, ia tidak akan menceritakannya pada Mashiho. Junkyu tahu pasti Mashiho akan semakin membenci Kim Yunoh, dan menghawatirkan dirinya. Junkyu tidak ingin membuatnya terlalu banyak memikirkan sesuatu yang berat. Terlebih, ia baru saja selesai melakukan ujian tes masuk universitas minggu kemarin.

Saat Mashiho baru saja selesai mencuci piring bekasnya tadi, tiba–tiba ia mendengar suara langkah kaki dari arah lorong menuju lift. Saat menoleh kebelakang, ia melihat sosok lelaki mengenakan setelan celana jeans dan baju lengan pendek bewarna hitam.

Membuat Mashiho mengerinyit bingung, "Kamu siapa?" tanya Mashiho seraya mendekati lelaki itu, berdiri beberapa langkah di hadapannya. "Ha Yoonbin. Kim Junkyu memintaku untuk mengantarmu menemui dirinya." Lelaki bernama Yoonbin itu melemparkan senyum.

"Kak Junkyu? dimana?" Mashiho kembali bertanya. Sebenarnya Mashiho sedikit takut kalau lelaki ini akan menculiknya, apalagi Mashiho tidak pernah mendengar nama Ha Yoonbin sebelumnya. Dari penampilannya terlihat misterius, membuat Mashiho menatapnya dengan tajam.

"Junkyu ada di suatu tempat menunggu mu. Tidak perlu takut Mashiho–ssi, aku adalah teman kakakmu. Dia ingin menunjukkan sesuatu padamu, maka dari itu dia menyuruhku untuk mengantarmu kesana."

♛.

Yoonbin sepertinya seseorang yang cukup tertutup dan hemat bicara. Selama perjalanan entah kemana, hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Mashiho hanya diam menatap jalanan melewati kaca mobil, terkadang memainkan ponselnya.

Sampai akhirnya mobil Yoonbin berhenti di sebuah ballroom yang letaknya cukup jauh dari apartemen Junkyu. Mashiho kebingungan saat kakinya menginjak di halaman depan bangunan besar dan mewah ini. Tanpa sadar, ada satu pelayan yang berdiri di hadapannya, tersenyum manis.

"Masuklah kedalam, Kim Junkyu menunggumu." ucap Yoonbin lalu lelaki itu kembali masuk kedalam mobilnya, pergi bersama mobilnya meninggalkan area halaman ballroom. Jantung Mashiho lagi–lagi berdegup cepat, Junkyu itu selalu membuatnya penasaran. Kejutan apa lagi yang akan dia dapatkan dari kekasihnya itu kali ini?

"Mari ikuti saya." pelayan tersebut melangkah mendahului Mashiho, menuntun pemuda Takata itu masuk kedalam ballroom yang terlihat sepi. Saat masuk, Mashiho tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya ketika melihat bagaimana mewahnya bangunan ini. Lampu–lampu bergantung di setiap sisi dinding membuatnya terkesan fancy.

Tak lupa karpet bewarna merah marun yang menghiasi lantai yang kini ia pijak. Lama berjalan, kakinya kini berhenti melangkah di hadapan sebuah pintu besar bercorak artistik bewarna putih. Dari sini Mashiho bisa mendengar suara lantunan piano yang semakin membuat dirinya teramat sangat gugup.

Pelayan disampingnya hanya terkekeh kecil melihat bagaimana ekspresi pemuda 18 tahun itu. Dengan perlahan ia sedikit membuka pintu besar tersebut, mempersilahkan Mashiho untuk masuk lalu kembali menutupnya.

Meninggalkan Mashiho yang berdiri mematung saat melihat Kim Junkyu sedang memainkan piano di ujung ruangan megah dan luas ini. Lelaki itu mengenakan setelan jas hitam rapih dengan tata rambut yang menampilkan dahinya. Bibirnya bergerak menyanyikan sebuah lagu yang tak dapat Mashiho dengar, tapi terlihat ia menikmati lagu yang sedang ia nyanyikan itu bersamaan dengan jari–jarinya yang bergerak menekan tuts piano.

 Bibirnya bergerak menyanyikan sebuah lagu yang tak dapat Mashiho dengar, tapi terlihat ia menikmati lagu yang sedang ia nyanyikan itu bersamaan dengan jari–jarinya yang bergerak menekan tuts piano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Junkyu menolehkan kepalanya kearah Mashiho setelah ia menyelesaikan nyanyiannya. Lelaki itu kemudian tersenyum dan berdiri menghampiri Mashiho yang hanya berdiri diam menatapnya dengan ekspresi gugup.

Berjalan beberapa langkah menuju dirinya, Junkyu pun berdiri di hadapan Mashiho. Meraih telapak tangan Mashiho, menggengam nya erat lalu mencium punggung tangan itu seraya memejamkan kedua matanya. Membuat Mashiho tersenyum haru.

"Maukah berdansa denganku?" ucap Junkyu menatap manik Mashiho dalam, memberi isyarat untuk bersedia berdansa bersamanya. Mashiho kembali tersenyum lalu menganggukkan kepalanya memberi jawaban bahwa ia bersedia.

Lantunan musik langsung terdengar ketika Junkyu menarik Mashiho menuju sisi tengah ruangan tersebut. Junkyu menyentuh pinggangnya sedangkan Mashiho meletakan kedua lengannya di dada Junkyu, berdansa mengikuti irama musik.

Keduanya saling menatap satu sama lain, tak lupa senyum yang masih terukir di bibir kedua dari mereka. Junkyu mendekatkan wajahnya hingga dahinya bersentuhan dengan dahi pemuda di rengkuhannya, merubah posisi tangan Mashiho bertengger di bahunya. Memejamkan mata menikmati suasana manis yang menyelimuti mereka.

Lelaki 25 tahun itu tak hentinya bergumam bahwa Mashiho adalah sosok yang sangat dicintainya, sosok yang berhasil membuat hidupnya bewarna serta sosok yang berhasil mengisi hatinya yang sempat kosong. Junkyu begitu mencintai Mashiho dengan tulus dari hatinya. Perbedaan usia serta status bukanlah suatu hal yang dapat menghambat hubungan mereka. 7 tahun memang perbedaan usia yang cukup jauh, tetapi mereka berdua tidak pernah mempermasalahkan tentang hal itu.

"Terima kasih, kak. Terima kasih telah selalu ada di sisiku." Gumam Mashiho di pelukan Junkyu, masih memejamkan kedua matanya. Hari–hari bersama Junkyu adalah hari yang tak akan pernah Mashiho lupakan seumur hidupnya. Hanya Junkyu yang berhasil membuatnya se—bahagia ini. Lelaki romantis yang lebih sering menunjukkan sikap romantisnya melalui sebuah kejutan sederhana dan lelaki yang sangat Mashiho cintai lebih dari apapun.

Junkyu tersenyum kecil, membelai surai itu penuh kasih sayang, lalu mengecup sekilas bibir merah muda yang sedari tadi menarik perhatiannya. Maniknya kembali menatap manik yang lebih muda, deru nafas lembut menerpa kulit pucat Mashiho, membuat pipinya memunculkan semburat merah.

Junkyu meraih sebuah benda kecil di saku celana nya. Benda berbentuk lingkaran yang terlihat bercahaya indah di mata Mashiho. Sebuah cincin perak dengan permata yang melingkari cincin tersebut. Junkyu pun memasangkan cincin itu di jari manis Mashiho,

"Kelak, menikahlah denganku Takata Mashiho.."

♛.
.
aku mau pingsan aja rasanya,
.

Opium +Junshiho ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang