0.8

5.7K 639 53
                                    

♛.

Setelah makan malam, Junkyu pamit pada Ryujin untuk pergi ke kamar terlebih dahulu dan Ryujin mengiyakannya. Kali ini Junkyu berlari kecil ke kamar Mashiho dan membuka pintu kamar Mashiho dengan tergesa - gesa.

Junkyu dapat melihat Mashiho sedang berada di balkon, berdiri dan menatap langit malam tanpa bintang dengan angin berhembus kencang yang dapat membuatnya sakit.
Perlahan Junkyu melangkah menghampiri Mashiho dan berdiri di sampingnya, turut menatap langit malam yang begitu gelap tanpa rembulan.

"Mashiho.. katakan padaku apa yang telah terjadi padamu." dari nada bicara Junkyu, dapat terdengar lelaki tampan berusia 25 tahun itu sedang serius berbicara dengan Mashiho.

Junkyu yang murah senyum kini berubah menjadi datar dan sedikit lebih serius dengan perkataan yang keluar dari bibirnya. Mashiho hanya diam melirik sang kakak kemudian berbalik masuk ke dalam kamarnya.
"Mashiho, kamu tidak menjawab pertanyaan ku, hm?"

"...Kemana sifat santun mu?" Seketika Mashiho menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap punggung lebar Junkyu dengan meneguk salivanya.
"ini sudah ketiga kalinya kamu tidak menjawab pertanyaan ku, Apa pertanyaan keempat juga tidak akan kamu hiraukan?" Mashiho masih diam tetap menatap Junkyu yang membelakanginya. Bibirnya terasa sulit untuk bergerak. Nada bicara sang kakak membuat apa yang ingin ia utarakan tertahan.

Ia sendiri tidak mengerti kenapa ia bisa seperti ini sejak kedatangan Junkyu bersama sekretarisnya itu. Seperti ada rasa cemburu di dalam hatinya, namun ia ragu. Kecemburuan seperti ini tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Terlebih yang ia cemburukan adalah kakaknya sendiri.

Menghela nafas sebentar, Junkyu kembali siap menanyakan pertanyaan keempat untuk Mashiho. "Kenapa kamu bersikap seperti itu kepada sekretaris ku?" Lagi-lagi Mashiho tidak menjawabnya. Dirinya semakin kalut setiap Junkyu bertanya pertanyaan yang membuatnya bingung harus menjawab apa. Ia takut.

Junkyu pun menggeram kemudian memukul pembatas balkon dan berbalik menatap Mashiho yang diam membeku di posisi tempatnya berdiri, keadaanya sekarang sungguh menyeramkan di mata Mashiho. Matanya memerah, urat urat di sekitar lehernya keluar dengan begitu jelas dan tangannya mengepal kuat.

"Apa kamu tidak memiliki sopan santun kepada orang yang lebih tua darimu? Seharusnya kamu menghormatinya, Mashiho! Dia sudah bersikap baik denganmu! Bahkan dia sudah menawarkan mu!" bentak Junkyu menatap Mashiho tajam. Air mata membanjiri pelupuk mata Mashiho, kepalanya ia tundukkan karena takut melihat Junkyu yang sedang memarahinya sekarang.

Dirinya terlalu lemah jika sudah melihat amarah sang kakak. Baru kali ini ia melihat kemarahan di mata Junkyu, ia takut. Takut sang kakak akan memukulnya dan menamparnya.

"Jawab!" kini Junkyu mendekat dan berteriak kearah Mashiho. Remaja mungil itu hanya menunduk dan menutup matanya. Bibirnya sengaja ia rapatkan, tak membiarkan dirinya membuka suara.

Junkyu gemas teramat sangat dengan Mashiho yang sedari tadi hanya membungkam mulutnya, seakan ia meluapkan amarahnya dengan sebuah tembok. Ia lelah karena pekerjaan, ditambah dengan perubahan sikap Mashiho yang tidak layak disebut sopan.

"Mashiho.. sekali lagi aku bertanya-"

"Apa alasanmu bersikap seperti ini? Jawab lah. Aku sedang tidak ingin bersikap kasar." Junkyu memelankan nada bicaranya. Telapak tangannya kini bergerak meraih dagu Mashiho untuk mendengak dan membalas tatapan matanya.

Dapat Junkyu lihat Mashiho sedang menangis dengan Air mata membanjiri pipi tirusnya. Bibirnya terkatup dan wajahnya terlihat merah berekspresi takut kepada dirinya.

Sesungguhnya Junkyu tidak ingin membentak adik kesayangannya, namun sikap tak teladan Mashiho membuat dirinya marah. Tidak ada yang pernah mengajarkan Mashiho bersikap seperti ini. Yoona dan Yunoh pun sama sekali tidak pernah, apalagi Junkyu. Junkyu selalu mendidik Mashiho dengan benar dan menjaganya dengan baik.

"Baiklah Mashiho, terpaksa aku melakukan cara ini agar kamu mau membuka mulutmu, maafkan aku." secara tiba tiba, Junkyu langsung menabrakkan bibirnya di bibir ranum Mashiho dengan kasar.

Lumatan ganas Junkyu berikan di bibir Mashiho, telapak tangannya menekan kepala Mashiho dengan kasar memaksa bibir Mashiho membalas lumatan nya lebih dalam. Bibirnya terus bergerak melumat sesekali mengigit bibir itu hingga sang pemilik mendesis kecil di sela sela ciuman.

Mashiho tak mendorong ataupun memberontak Junkyu, lelaki manis itu bersikap seolah olah ia menerima perlakuan kasar dari kakaknya ini. Mashiho membalas lumatan itu meskipun ia kesulitan bernafas karena tekanan yang Junkyu berikan di kepalanya untuk memperdalam ciumannya.

Detik selanjutnya Junkyu melepas lumatan nya. Nafas berat sama sama di hembuskan oleh kedua adik kakak tak sedarah itu. Tatapan tajam masih Junkyu lemparkan kepada Mashiho, sedangkan Mashiho hanya menunduk selagi mengambil nafas.

"Masih tidak ingin menjawab?" tanya Junkyu dengan nafas yang tersengal-sengal menatap Mashiho yang menunduk di hadapannya. Anehnya, Mashiho justru memberikan sebuah gelengan kepala sebagai jawaban, membuat Junkyu semakin dibuat bingung.

Mashiho mendengak, membalas tatapan itu kemudian manik mata indahnya beralih menatap bibir Junkyu yang sudah berubah menjadi merah. Mashiho berjinjit, kemudian kembali mencium bibir itu tanpa rasa ragu sedikitpun.

Tangannya dengan sengaja melingkar di leher Junkyu, dan menarik tubuh besar kakaknya itu ke arah tempat tidur hingga tubuh mungilnya terjatuh keatas ranjang dengan posisi sang kakak yang berada di atasnya.

Ciuman itu terlepas, kedua manik mata mereka saling bertemu dan melempar pandang sendu satu sama lain. Hembusan nafas berat kembali terdengar di kedua telinga mereka, saling berbagi nafas.

"Aku cemburu.." lirih Mashiho. Junkyu menaikkan satu alisnya,

"Apa maksudmu?" Junkyu kebingungan dengan kata yang baru saja diucapkan Mashiho.

"Aku cemburu melihat kakak
dekat dengan sekretaris kakak."

T B C

Opium +Junshiho ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang