3.1

3.1K 443 35
                                    

♛.

Takata Mashiho telah lulus pendidikan Sarjana satu nya di Washington university ilmu kedokteran dengan nilai sempurna. Acara kelulusannya nya dihadiri oleh keluarganya, kecuali Kim Junkyu. Dia tidak datang kesini karena masalah pekerjaan, hal tersebut membuat Mashiho marah sekaligus sedih. Ia sedih karena Junkyu lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan dirinya.

Tak terasa ia sudah menyelesaikan pendidikannya selama 3,5 tahun lamanya. Kini ia sedang mengemas pakaiannya dibantu oleh adiknya, Haruto. Pemuda berusia 20 tahun itu membantu Mashiho memasukan pakaiannya ke dalam koper, tak hanya itu. Haruto juga membantu Mashiho merapihkan apartemennya.

Walaupun tak lama baru bertemu, mereka sudah menunjukkan kedekatan mereka sebagai seorang kakak dan adik. Haruto cukup baik. Dia tinggi dan tampan, persis seperti mendiang ayahnya. Berbeda dengan Mashiho yang lebih mirip dengan mendiang ibunya. Ia tak dapat menutupi rasa bahagianya ketika bertemu dengan kakak kandungnya yang telah bertahun–tahun mereka terpisah.

"Haru, bagaimana kuliahmu?" tanya Mashiho seraya berjinjit meraih buku–buku yang ia letakan di rak paling atas. Haruto yang sedang menata baju Mashiho di dalam koper, melirik kakaknya lalu berdiri membantunya meraih buku–buku itu. "Semuanya baik."

Ucapnya. Mashiho mengangguk kecil lalu berucap terima kasih padanya karena telah membantunya meraih buku di rak–nya. Tak lama setelah itu, pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok pemuda dengan mata sipit dan wajah manis masuk membawa satu buah kotak kardus yang entah isinya apa.

"Kak Mashi, aku membawa beberapa barangmu." itu Park Jeongwoo. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam, meletakan kotak kardus itu diatas kasur lalu duduk disana. Mashiho pun menghampiri Jeongwoo, melihat isi dari kotak itu. Terdapat beberapa buku termasuk buku materi kedokteran. Padahal Jeongwoo itu mahasiswa Neurobiologi. Alasan ia meminjam buku itu, karena ingin saja meminjamnya. Aneh memang.

Tak hanya buku, di dalam kotak terdapat boneka tupai yang Junkyu kirimkan kepadanya, boneka itu tertinggal di kamar Jeongwoo saat ia dan Mashiho sedang menonton drama bersama. Bibirnya melengkung membentuk senyuman lalu mengambil boneka itu dan memasukannya ke dalam tas punggungnya.

"Terima kasih Jeongwoo–ya." pekik Mashiho. Jeongwoo hanya mengangguk dan tersenyum. Tak sengaja maniknya menatap seorang lelaki tinggi yang sedang berdiri menata rak, membelakanginya. Jeongwoo tak mengenalnya. Mashiho yang sadar pun langsung mengenalkannya pada Jeongwoo.

"Dia Haruto, adikku." ucap Mashiho berlalu kearah meja belajarnya dan memasukan barang yang menurutnya sudah tidak lagi terpakai ke dalam kotak kardus. Jeongwoo meng–oh kan ucapan Mashiho lalu berdiri dari duduknya untuk kembali ke unit kamarnya yang berada tepat di samping unit kamar Mashiho.

"Hai?" Jeongwoo yang hendak berbalik pun menoleh kearah suara itu berasal. Ia mengerjapkan mata berkali–kali saat matanya menangkap adik dari seniornya yang berdiri membelakanginya tadi. Jeongwoo yang kebingungan hanya tersenyum canggung menanggapi sapaan Haruto.

"Haruto. Kamu?" pemuda Jepang itu mengulurkan tangannya, berniat untuk berkenalan dengan Jeongwoo. Tanpa menunggu lama, ia membalas uluran tangan itu,

"Park Jeongwoo."

♛.

Haruto kembali ke Jepang pukul 6, bersamaan dengan Mashiho yang akan kembali ke Korea Selatan pukul 7. Hari penerbangan mereka sama, bedanya Haruto lebih dulu berangkat ke negara asalnya. Mashiho menitip salam untuk paman dan bibinya disana, tak lupa ia memeluk adiknya itu. Menyuruhnya untuk belajar dengan giat dan Mashiho berjanji akan berkunjung ke Jepang lain waktu.

Belasan jam berada di dalam, akhirnya pesawat yang ia tumpangi telah tiba di Incheon airport. Mempersiapkan diri, Mashiho turun dari pesawat melangkahkan kakinya.  menyeret kopernya bersama dirinya. Matanya menelisik mencari seseorang yang ia cari, dan ia menemukannya.

Segera Mashiho menghampirinya seraya berlari kecil dan memeluk sahabatnya itu. Siapa lagi kalau bukan Hamada Asahi. Ia berjanji bahwa ia yang akan menjemput Mashiho nantinya di bandara. Asahi tak sendiri, ia bersama Jaehyuk yang sedang menunggu di area parkir.

"Mashiho, aku rindu sekali denganmu. Astaga, kamu terlihat berubah. Wajahmu semakin manis, cantik sekali." Asahi membalas pelukan Mashiho, mencubit kedua pipi sahabat dekat yang sangat ia rindukan itu. Mashiho memang terlihat berubah, terakhir kali Asahi melihat wajah Mashiho adalah 3 tahun yang lalu. Mereka sering melakukan video call, namun wajah Mashiho terlihat tidak terlalu jelas di dalam panggilan.

"Sahi–kun, aku merindukanmu." Mashiho kembali memeluk tubuh ringkih Asahi dengan erat, meletakan kepalanya di bahu Asahi. Pemuda yang masih setia dengan surai blonde nya itu terkekeh kecil, lalu membantu Mashiho membawakan barang–barangnya dan menuntunnya menuju parkiran.

Mashiho melihat Jaehyuk dari kejauhan, dengan segera ia berlari kearah lelaki itu dan menubrukkan badannya di dalam pelukan Jaehyuk. Tak sadar ia telah meninggalkan Asahi yang susah payah menarik kopernya. Jaehyuk tertawa melihat tingkah Mashiho, lelaki dengan senyum cerah itu membalas pelukan Mashiho dengan hangat,

Kemudian Jaehyuk membantu Asahi membawa koper Mashiho, memasukannya kedalam bagasi. Mashiho tak menyangka bahwa Jaehyuk sudah berubah menjadi sosok yang dewasa. Asahi pun terlihat semakin menawan.

Tiba–tiba kepalanya memikirkan sesuatu, ia memikirkan Kim Junkyu. Kenapa lelaki itu tidak menjawab satupun pesannya yang ia kirimkan. Sudah di hubungi berkali–kali, tetap saja tak ada jawaban. Ada apa dengan Junkyu? apa ia sudah lupa dengan Mashiho sekarang? Junkyu tak datang ke acara kelulusannya saja sudah sangat membuat Mashiho sedih, ditambah ini. Mashiho takut. Ia takut Junkyu akan meninggalkannya.

"Sahi–kun, apa kamu tahu kabar kak Junkyu bagaimana sekarang?" tanya Mashiho yang terduduk di kursi belakang. Jaehyuk dan Asahi yang duduk di kursi depan, menatap satu sama lain lalu saling melempar senyum. Asahi pun menoleh. "Tidak, aku tidak bertemu ataupun berkontak dengannya."

Mashiho melengkungkan bibirnya kebawah, mengalihkan atensinya kearah jalanan di luar jendela, mencoba menahan air mata yang hampir keluar dari maniknya. Tak terasa ia sudah tiba di rumahnya, di depan sana ia melihat kedua orangtua sambungnya berdiri. Perlahan ia keluar, menginjakkan kakinya di halaman depan rumah yang sudah lama tak ia kunjungi semenjak memilih tinggal bersama Kim Junkyu.

Pasangan Jaehyuk dan Asahi pun pamit. Yoona merangkul bahu Mashiho, sedangkan Yunoh membawa koper Mashiho ke lantai atas. Wanita yang sudah memasuki usia kepala lima itu mendudukkan Mashiho diatas sofa lalu memberikan segelas coklat hangat. Lalu ia menyuruh Mashiho untuk masuk ke kamarnya dan membersihkan diri. Menaiki anak tangga satu persatu, Mashiho menyempatkan diri pergi ke kamar Junkyu di samping kamarnya. Ia pun membuka pintu itu, berharap mendapati kekasihnya disana.

Saat membukanya, ia tidak mendapati seseorang pun di dalam. Mashiho menghela nafasnya, mengulum bibirnya lalu masuk kedalam sana. Mendudukkan dirinya diatas kasur dengan bedcover bewarna hitam itu. Menatap foto – foto Junkyu saat masih bersekolah di dinding serta beberapa bingkai foto yang berjejer rapih diatas meja dan nakas.

Lalu matanya menangkap salah satu fotonya dengan Junkyu di taman bermain saat usianya masih 6 tahun tahun. Di foto itu, Junkyu menggendong nya di punggung seraya tersenyum kearah kamera. Mashiho pun meraih foto itu dan mengusapnya.

Tanpa sadar, air mata turun membasahi pipinya, menetes diatas foto yang ia genggam.

♛.

Opium +Junshiho ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang