2.3

3.7K 505 83
                                    

♛.

Junkyu dengan senang hati membawa Mashiho ke sebuah tempat yang kekasihnya itu ingin kunjungi. Laut. Junkyu memarkirkan mobilnya berhadapan dengan laut bewarna biru, tepat waktu senja. Waktu dimana matahari akan segera tenggelam.

Mashiho sangat menyukai senja, langit akan terlihat jauh lebih indah pada waktu tersebut. Pemuda itu sesekali memotret keadaan, dan secara diam–diam ia memotret Junkyu yang sedang terduduk di kap mobil seraya menutup kedua matanya, menikmati angin laut yang berhembus mengenai kulitnya.

Mashiho pun menghampiri Junkyu, duduk di sebelah lelaki itu perlahan–perlahan agar tidak menganggu kenyamanan—nya. Mashiho memajukan wajahnya, mengecup sekilas pipi itu.

Pada saat itu juga Junkyu membuka kedua matanya, bibirnya terangkat membentuk senyuman lalu menoleh kearah Mashiho. Anak 18 tahun itu terkekeh kecil, lalu kembali mencium pipi Junkyu. Kali ini Mashiho mencium pipinya berkali–kali.

Junkyu yang gemas pun menarik Mashiho, merubah posisinya menjadi terduduk diatas kap mobil sedangkan Junkyu berdiri di hadapannya, mendekatkan wajahnya dan melumat bibir semanis permen itu.

Mashiho tak menolak, dengan senang hati ia membalas ciuman lelaki yang sudah resmi menjadi kekasihnya. Mashiho memperdalam tautan itu, melingkarkan kedua lengan mungilnya di leher Junkyu, memberikan akses masuk, saling berbagi kehangatan.

Benar–benar kencan yang indah. Mashiho sangat mencintai Junkyu, begitupun dengan Junkyu. Ia tidak pernah menyesal jatuh cinta kepada anak ini. Justru ia bersyukur karena hatinya hanya terisi oleh sosok Takata Mashiho. Cinta pertamanya,

Ya, Mashiho adalah cinta pertamanya. Junkyu sangat berharap pemuda di hadapannya ini akan menjadi cinta pertama dan terakhirnya. Sungguh Junkyu sangat mencintai Mashiho. Sangat tidak mungkin ia membenci anak semanis Mashiho.

Di sela–sela ciuman mereka, Junkyu tersenyum. Telapak tangannya menekan tengkuk Mashiho, menghisap bibir itu dengan lembut. Tangan kirinya bergerak menyentuh pinggang yang lebih muda, menarik tubuhnya untuk mendekat.

Wajah Mashiho sudah berubah menjadi sangat merah. Bagian ujung matanya sudah berair dan mengeluarkan air mata, membuat Junkyu melepas tautan ciumannya. Menatap Mashiho dengan sendu,

"Kenapa menangis? apa aku menyakitimu?" tanya Junkyu khawatir, mengusap pipi merona yang sudah basah oleh air mata itu. Kemudian jari–jarinya bergerak merapihkan surai Mashiho yang menutupi sebagian matanya.

Mashiho tak dapat menahan rasa bahagianya hingga ia menangis seperti ini. Ia terlalu bahagia. Ia ingin terus seperti ini bersama lelaki di hadapannya ini. Kakaknya, pujaan hatinya, kekasihnya, seseorang yang selalu merawat dan menjaganya.

Junkyu sangat berharga di hidup Mashiho. Mashiho mencintainya, sangat mencintai Kim Junkyu seumur hidupnya. "J—jangan pernah tinggalkan aku. Aku, takut. Jangan pernah melakukan itu. Aku mencintaimu, Kim Junkyu. S—sangat sekali." Mashiho terisak,

Junkyu mengangguk kemudian memeluknya dengan erat. Memberikan usapan lembut untuk menenangkannya. Berkali–kali mengecup puncak rambutnya penuh kasih sayang.

"Tidak akan pernah. Aku akan selalu berada di sampingmu, Mashiho. Jangan takut, aku disini bersamamu. Aku selalu bersamamu, aku tidak akan pernah meninggalkan—mu lagi seperti dulu."

Mashiho memejamkan kedua matanya di dalam rengkuhan Junkyu, sesekali mendengus—kan hidungnya yang memerah. Menyembunyikan wajahnya pada dada bidang lelaki bermarga Kim itu. Menghirup aroma maskulin yang sangat Mashiho sukai.

Junkyu mengusap kepala Mashiho, turut memejamkan matanya. Bergumam kecil, tanpa diketahui Mashiho. Pemuda itu sibuk mencari posisi kenyamanan di pelukan Junkyu, memeluknya dengan sangat erat.

Tunggu sebentar lagi. Aku akan mengatakan semuanya pada kedua orangtua—kita. Aku akan membuktikan pada mereka bahwa aku serius mencintaimu..

♛.

Ponsel di tangan Junkyu tiba–tiba bergetar, tanpa menunggu lama, Junkyu mengangkat panggilan dari mamanya itu—Kim Yoona—

Junkyu? Kamu dimana? ──tanya wanita itu diseberang telepon.

"Aku di apartemen—bersama Mashi." Balasnya di dalam panggilan, matanya melirik Mashiho yang sedang terduduk diatas karpet seraya menonton film di televisi.

Sepertinya kalian sudah berbaikan. Kalau begitu, antar kan Mashiho pulang sekarang. Sebentar lagi mama akan tiba di rumah.

Junkyu menghela nafasnya, kali ini Mashiho akan kembali kerumahnya. Kenapa harus secepat ini? Mereka baru saja menghabiskan waktu mereka untuk berkencan 2 hari berturut-turut. Dan baru saja tadi mereka tiba setelah menghabiskan waktu untuk makan malam diluar.

Junkyu mengangguk samar, lalu berucap pada Yoona diseberang sana, "Ya—aku akan mengantarnya sekarang." Junkyu pun mematikan sambungan teleponnya. Kembali menatap Mashiho, mengharapkan kemudahan untuk hubungan mereka berdua.

Sesuai permintaan Yoona untuk mengantarkan Mashiho pulang. Kini Junkyu dan Mashiho sudah berdiri di rumah yang sudah menjadi tempat tinggalnya bertahun–tahun sejak ia masih kuliah, saat usia Mashiho masih 13 tahun—kelas 1 sekolah menengah pertama—saat dimana ia bertengkar dengan anak itu.

Lampu menyala, menandakan sudah ada orang di dalam. Segera Junkyu membuka pintu coklat itu, masuk ke dalam. Membantu Mashiho melepas sepatu dan mantel yang dikenakannya.

Kembali masuk kedalam, Junkyu dan Mashiho tak dapat menahan rasa terkejut mereka saat melihat Yunoh terduduk di ruang tengah seraya menatap mereka berdua. Membuat tubuh Mashiho menegang. Takut dengan ekspresi wajah ayah sambungnya itu.

Mashiho berjalan kearahnya, menghampirinya dan mencium pipi ayahnya. Kebiasaan yang sering Mashiho lakukan setiap pulang dari sekolahnya. Kemudian Mashiho melangkah menuju tangga untuk naik ke lantai atas setelah melempar senyum pada Junkyu.

"Tunggu." ucapan Yunho berhasil mengehentikan langkah Mashiho, serta membuat Junkyu mengalihkan seluruh atensinya pada ayahnya.

Lelaki paruh baya itu bangkit dari posisi duduknya, menatap Junkyu dan Mashiho bergantian. Kacamata baca yang ia kenakan tadi kini ia kantongi. Menatap manik Junkyu dengan serius. Lelaki itu membuka suara beratnya yang terdengar seram. Kakinya terus melangkah kearah Junkyu. Berdiri di hadapan putra sulungnya itu,

"Ada sesuatu yang ingin ayah bicarakan pada kalian berdua."

♛.

TO BE CONTINUED

TO BE CONTINUED

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Opium +Junshiho ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang