1.9

3.6K 510 19
                                    

♛.

Mashiho memutuskan untuk pulang terlebih dahulu kerumahnya. Dengan keadaan seperti ini, tidak mungkin ia akan kembali ke meja. Mashiho mengirim pesan pada Yoona bahwa ia pulang terlebih dahulu dengan alasan tidak enak badan.

Awalnya Yoona ingin menawarkan Junkyu untuk mengantarnya pulang. namun sebelum menjawab, Mashiho sudah lebih dulu mematikan daya ponselnya dan pulang kerumah menggunakan transportasi umum.

Kini remaja manis itu sedang terduduk diatas kasurnya. Memeluk bantal dan menangis disana. Tanpa sadar, ia sudah menangis puluhan menit. Melupakan diri untuk mengganti pakaian. Suara isakan nya terdengar memenuhi kamar, tubuhnya bergetar hebat serta nafas yang tidak beraturan.

Yoona dan Yunoh sudah tiba di rumah. Saat Yoona berjalan melewati kamar Mashiho, wanita paruh baya itu mendengar dengan jelas suara tangisan putranya di dalam sana.

Yoona sangat khawatir, dengan gesit wanita itu masuk kedalam kamar Mashiho. Menemukan putranya menangis diatas kasur seraya memeluk bantalnya. Perlahan, Yoona melangkahkan kakinya,

Menghampiri Mashiho dan duduk di hadapan pemuda manis itu. Jari - jari cantiknya bergerak membelai surai hitam pekat Mashiho, membelai penuh kasih sayang untuk menenangkannya.

Yoona mengubah posisi duduknya, menjadi duduk di samping Mashiho dan merangkulnya. Mengusap bahunya dengan lembut. "Junkyu marah padamu? apa kamu melakukan sesuatu yang membuatnya marah?"

Yoona melempar pertanyaan, tangannya masih setia mengusap bahu si bungsu. Mashiho pun mendengakkan kepalanya, menatap Yoona dengan air mata yang membanjiri pelupuknya.

Mashiho sedikit was-was ketika Yoona melontarkan pertanyaan seperti itu padanya. Apa ibu sambungnya ini sudah mengetahui yang sebenarnya? atau mungkin hanya menebak?

Mashiho mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan pertama yang dilontarkan Yoona. Nyatanya memang kini Mashiho tidak berbohong dari Yoona mengenai kemarahan Junkyu pada dirinya.

Lagipula Yoona pernah memergoki dirinya dan Junkyu sedang bertengkar sore itu di depan pintu rumah. Mau ia berbohong seperti apapun, Yoona pasti sudah mengetahui pertengkaran diantara dirinya dan Junkyu.

"A-aku membuatnya marah. dia k-kecewa padaku, ma." Mashiho berbisik kecil dan Yoona dapat mendengarnya. Bibir Yoona terangkat membentuk senyuman, telapak tangannya berpindah mengusap pucuk rambut Mashiho.

Yoona tahu bahwa tak hanya kali ini Junkyu dan Mashiho bertengkar. Dulu saat Junkyu masih sekolah, Mashiho pernah tak sengaja menumpahkan susu coklatnya di seragam Junkyu. Hal itu membuat Junkyu marah dan terpaksa mengenakan seragam hari lain, hingga dirinya menjadi bahan tertawaan teman-teman sekelasnya.

Mashiho yang tak sengaja, meminta maaf pada Junkyu, tetap saja Junkyu masih marah padanya. Pada saat itu Junkyu sempat mengacuhkan Mashiho yang membuat Mashiho sedih.

Tak hanya Mashiho yang membuat Junkyu marah. Junkyu sendiri pernah membuat Mashiho marah karena ia pernah menyenggol lego milik Mashiho yang sudah dibuat susah payah bersama Asahi saat itu. Menyebalkan nya Junkyu karena ia tidak meminta maaf atas kesalahannya yang membuat Mashiho marah.

Beberapa minggu setelah kejadian itu, Mereka berempat pindah rumah. Awalnya Yoona hendak menyatukan Mashiho dan Junkyu dalam satu kamar. Namun Mashiho tidak mau. Ia memohon pada Yoona untuk memisahkan kamar dengan Junkyu.

Begitulah alasan mengapa Mashiho menolak berada di satu kamar dengan Junkyu. Karena pada saat itu, mereka berdua belum saling berbaikan dan Junkyu belum juga meminta maaf pada Mashiho.

"Jika kamu merasa bersalah karena membuatnya marah, sebaiknya kamu meminta maaf padanya. Siapa tahu, kakakmu akan memaafkan mu setelah kamu meminta maaf padanya."

Yoona meraih dagu Mashiho, menatap mata si bungsu dengan berbinar. "minggu depan kita ke apartemen kak Junkyu, ya? kita makan malam disana." Mashiho sedikit menjauh dari Yoona, kemudian kepalanya menggeleng menolak ajakan Yoona.

Yoona menyatukan alisnya, menatap bingung kearah Mashiho. "Loh, kenapa Mashi? Kamu tidak mau meminta maaf pada kakak mu?" Mashiho menggeleng lalu berucap,

"Aku t—takut." lirih Mashiho. Remaja itu langsung memeluk tubuh ibunya. Yoona yang kebingungan hanya terkekeh melihat kelucuan Mashiho. Sebenarnya Yoona ingin sekali menanyakan masalah apa yang terjadi diantara keduanya, tetapi Yoona yakin bahwa masalah keduanya bukanlah masalah yang perlu ia ketahui dan itu privasi. Lagipula mereka sudah besar.

"Kenapa harus takut? Kan ada mama. Sudah jangan menangis lagi. Mandilah dan ganti baju mu, nanti kamu bisa sakit kalau mandi malam-malam." Yoona pun mengecup kening Mashiho, kemudian wanita itu bangkit dari ranjang dan keluar dari kamar seraya melempar senyum kearah putra bungsunya itu.

Mashiho tersenyum kecil kemudian meneguk salivanya. Dia berharap senyuman itu akan terus ditujukan kepadanya dalam keadaan apapun. Mashiho berharap wanita yang berstatus sebagai ibu sambungnya itu akan selalu memperlakukannya dengan lembut seperti tadi.

Menyayanginya sampai kapanpun. Karena, Yoona lah yang telah memberikan kasih sayang seorang ibu kepadanya. Menggantikan posisi ibu kandungnya yang dengan teganya menelantarkan dirinya 14 tahun yang lalu bersama ayah kandungnya.

♛.

"Mashi—kun? Kok melamun?" Asahi sedikit menyenggol lengan Mashiho yang sedang terduduk melamun di sampingnya. Mashiho pun langsung tersadar dari lamunannya dan terkekeh canggung kearah Asahi. Sedangkan Asahi menatapnya bingung, tidak biasanya sahabatnya itu melamun seperti ini.

Hari ini Asahi mengajak Mashiho pergi ke mall untuk mencuci mata sekali kali. Lagipula, mereka berdua memang jarang sekali pergi ke tempat seperti ini. Biasanya Mashiho dan Asahi lebih suka pergi ke taman untuk sekedar mengobrol dan bermain disana.

Asahi merasa ada yang aneh dengan Mashiho. Sahabatnya itu terlihat lebih tertutup akhir-akhir ini. Mashiho juga mulai jarang bercerita mengenai kegiatannya selama berada dirumah ataupun mengenai kakaknya itu. Wajar saja Asahi merasa kebingungan dengan tingkah Mashiho.

"Kalau ada sesuatu, ceritakan padaku. Kamu itu suka sekali curhat dengan ku kan? kenapa sekarang kamu seperti menutupi sesuatu dariku?" Asahi mengusap surai hitam sahabatnya itu. Mashiho menoleh, ia menatap pilu kearah Asahi yang juga menatapnya dengan tatapan yang sama dengannya. "Maaf." Lirih Mashiho.

Asahi kini tersenyum, menunjukan lesung di pipinya yang membuat wajah cantiknya terlihat manis. Lelaki Hamada itu kini mendekatkan dirinya kearah Mashiho dan berucap,

"Aku tahu pasti sangat berat untuk menceritakan masalah-masalah disekitar mu. Tapi Mashi, aku berjanji akan berusaha memberikan solusi untuk menyelesaikan semua masalah mu. Jangan ragu menceritakan apapun padaku.. kamu sahabatku, aku pasti akan selalu di sisimu dan membantu mu setiap saat."

Mashiho mengangguk, kemudian tersenyum. Memeluk tubuh Asahi dari samping, memeluknya dengan erat. Beruntungnya ia dapat memiliki sahabat sebaik dan se-peduli Asahi. Sungguh Mashiho bersyukur tuhan mempertemukannya dengan sosok malaikat seperti sahabatnya ini.

"Jadi, sebenarnya apa yang membuatmu seperti ini? apa karena kakakmu, Kim Junkyu?" Asahi menjeda sebentar ucapannya kemudian melanjutkan kata-katanya, "Aku perhatikan sejak acara perpisahan beberapa hari yang lalu, kamu terlihat sedang bertengkar dengan kakakmu. Apa benar?"

Lagi-lagi Mashiho mengangguk. menghela nafas, lelaki Takata itu berucap, "aku berbohong mengenai perasaan ku pada kak Junkyu. Aku membuatnya marah.."

♛.

TBC

Opium +Junshiho ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang