Sebuah mobil hitam tiba-tiba terparkir di depan halaman rumah Sarada. Mobil itu, meski telah lama ia tak melihatnya tapi ia selalu mengingat siapa sosok yang selalu mengendarainya. Mobil berisi seseorang yang selalu dinatinya selama setahun lebih ini.
Perlahan namun pasti, langkah sepatu yang tak asing di telinganya itu mendekat ke arah pintu. Sarada bersiap di balik pintu utama yang menghubungkan antara bagian dalam dan luar. CKLIK. Daun pintu berputar pertanda pintu akan terbuka.
"Assalamualaikum, tadaima"
Dengan senyum yang mengembang, Sarada berlari menyambut sosok lelaki jangkung berpakaian serba hitam itu, "okaerinasai, Papa!"
Sasuke pun memeluk erat putrinya yang semakin tinggi. Ia mengelus lembut rambut hitam berkilau yang mirip dengannya. Dari balik dinding ruang tamu itu, nampak pula istri yang tak sabar ia jumpai. Dengan tampilan layaknya ibu rumah tangga lengkap dengan apron masaknya, siapapun tak menyangka bahwa istrinya itu sebenarnya dokter cantik yang sangat menawan.
"Okaerinasai, Anata!" Sakura Uchiha ikut serta menyambut suaminya yang pulang setelah menjalankan misi begitu lamanya, "mengapa tak mengabari kami terlebih dahulu? Jika tau kau akan pulang aku akan memasak miso tomat kesukaanmu"
"Sudah, tak perlu dirisaukan. Aku kembali bertemu dengan kalian saja sudah begitu bahagia" ujar Sasuke menghampiri dan mengecup kening Sakura yang masih membawa adonan takoyaki.
"Mari kita ingin merayakan kepulangan Papa dengan berpesta takoyaki!" Sarada yang semula enggan membantu Sakura membuat adonan menjadi lebih bersemangat saat mengetahui papanya pulang.
"Bukankah kau tadi bilang ada janji dengan Mitsuki untuk mengajar di rumah singgah?" tanya Sakura.
"Ah, mudah saja! Nanti aku akan bilang tidak bisa datang karena Papa baru saja pulang" elak Sarada.
Sasuke menghampiri putrinya tersebut, "kau tidak boleh egois, Sarada. Janji harus ditepati, bukan? Lagipula kasihan Mitsuki dan anak-anak lain jika sudah menantimu lalu kau tak datang"
Sarada memanyunkan bibirnya. Padahal ia hanya ingin menghabiskan waktu dengan papanya selagi pulang. Ia tau bahwa papanya cepat atau lambat akan kembali bertugas. Sebagai seorang tentara negara berpangkat tinggi, papanya juga tak jarang mendapat amanah untuk tugas mata-mata. Tentu saja tenggat waktu pekerjaan itu tidak sebentar.
"Tapi aku hanya ingin memiliki waktu lebih dengan—" belum usai Sarada merajuk, Sasuke mencoba menenangkan kegundahan anak gadisnya.
"Papa akan dirumah sampai dua minggu. Tenang saja, banyak waktu yang akan kita lewati bersama" hibur Sasuke seraya merangkul Sarada. Sasuke hanya ingin Sarada menerapkan apa yang telah ia ajarkan selama ini. Dalam ajaran keluarga Uchiha, disiplin dan menepati janji adalah hal yang tak boleh diremehkan. Belum lagi Sarada juga akan mengikuti jejak Sakura menjadi dokter. Tentu Sasuke tak ingin anak tersayangnya itu dengan mudahnya tak menghargai orang lain.
"Ingat, selama ini Mitsuki selalu membantumu loh!" tambah Sakura. Ia ingat betul bahwa Sarada dan Mitsuki memiliki misi untuk 'menyelamatkan' anak-anak jalanan dengan membuat rumah singgah. Perasaan kemanusiaan tinggi Sarada serta rasa ingin selalu mengasihi milik Mitsuki melahirkan sebuah rumah singgah agar menjadi tempat mereka untuk belajar ilmu pengetahuan dan agama secara cuma-cuma.
"Hai hai"
***
"Tumben sekali kau datang terlambat. Bukankah Sasuke-san selalu mendisiplinkan siapapun yang dididiknya? Apalagi uhm.. anaknya?"
"Diam kau, Mitsuki. Jangan merusak kebahagiaanku hari ini" seloroh Sarada namun dengan wajah berseri.
"Apakah Sasuke-san pulang ke rumah hari ini?" tebak Mitsuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half of My Religion ✔
Fanfiction[COMPLETED 27/09/20] • [BORUSARA/MITSUSARA] Dalam hadits, menikah itu menyempurnakan separuh agama. Tapi jika pasangan hidup itu bukan orang baik bagaimana? Lalu teori tentang jodoh itu bagaimana, bahwa jodoh adalah cerminan diri? , Sarada Uchiha se...