Langit petang itu masih belum sepenuhnya gelap. Meski begitu, waktu Maghrib telah datang. Sekelompok kawanan mahasiswa laki-laki itu berhenti sejenak untuk menunaikan ibadah wajib mereka, kemudian melanjutkan agenda bersamanya.
Mitsuki adalah satu-satunya yang paling gelisah saat langit mulai temaram. Ia memikirkan adik-adik pantinya. Selama ini, sebisa mungkin ia selalu pulang sebelum Maghrib. Namun berkat kebaikan hati Kakashi-sensei yang sering menginap membuat dirinya lebih bebas. Kini dirinya telah mampu berbaur dengan orang lain. Ia menemukan teman-teman sebayanya. Ia merasa nyaman berada di lingkungan yang seharusnya ia berada.
"Yosh, aku pesan paket deluxe ekstra pedas seperti biasa-ttebasa!" Boruto mendapat tugas untuk memesankan yang lain setelah kalah dalam hompimpa sebelumnya, "bagaimana yang lain?"
"Aku regular, perutku cukup kenyang" timpal Denki.
"Aku double cheese"
Satu demi satu mahasiswa tingkat akhir itu menentukan pesanan mereka. Hari ini mereka akan bersenang-senang, kalau perlu sampai larut. Karena malam ini berharga bagi mereka. Belum tentu ada waktu luang seperti ini lagi.
"Hei hei kalian tadi dengar tidak, anak-anak perempuan membicarakan tentang kekasih mereka masing-masing" bisik Iwabe memulai percakapan.
"Wah benarkah? Apa yang kau dengar?" Boruto yang baru saja datang membawa pesanan ke mejanya langsung ikut bergabung.
"Sedikit banyak mereka membicarakan Sarada. Kau tau kan, dia itu seperti tuan putri. Siapapun ingin mendapatkan hatinya" lanjut Iwabe.
"Benar, aku tadi juga mendengar mereka membicarakanmu, Boruto! Oh, Shikadai juga sempat disinggung" Metal Lee mencoba menimpali.
"Kurasa jika menarik garis penghubung antara Sarada dan Boruto sedikit tersambung" ujar Denki, "oh ya Boruto, bukannya kau akhir-akhir ini menjadi sangat dekat dengan Sarada? Beberapa gosip yang kudengar seperti itu"
Mitsuki yang sedang enak meminum cola seketika menggigit gelasnya hingga sobek.
"Ahaha itu tidak benar-ttebasa! Kalau dekat, kan kami memang sudah dekat dari dulu. Coba tanyakan Shikadai, sejak SD sampai sekarang selalu belajar di sekolah yang sama. Benar kan?" Boruto yang salah tingkah mencoba melempar pertanyaan ke Shikadai.
"Ah, uhm" respon Shikadai singkat yang masih mengunyah burger pesanannya.
"Yosh, kau terlihat malu-malu, Boruto" goda Iwabe, "hei kau harus segera menyatakannya! Kau lupa, banyak mahasiswa yang naksir dengan tuan putri?"
Inojin pun terbahak. Ia teringat beberapa bulan lalu Boruto pernah membeli bunga untuk Sarada, "Iwabe benar, Boruto. Bahkan Shikadai sendiri juga sepertinya menyukai Sarada. Sedari tadi dia hanya diam hahaha"
Shikadai berusaha mengelak. Perlakuan 'masa bodoh'nya barusan karena ia sedang sibuk menikmati burger, "mendokusai. Burger tidak enak dinikmati jika tidak dalam kondisi hangat tau"
"Bagaimana denganmu, Mitsuki? Kudengar tadi mereka sempat membicarakanmu juga" Metal berusaha mengulik informasi sepopuler apa Mitsuki sampai menjadi pembicaraan para gadis.
"Benar juga. Jika dilihat-lihat kau punya wajah yang tampan" puji Denki, "bagaimana dengan kau dan Chocho? Kukira wajahnya selalu muram saat kau bersama Sarada. Apa dia cemburu ya?"
"Ah, itu tidak mungkin. Yang dipikirkan si gendut itu hanya makanan saja. Aku yakin tidak sedikitpun terbersit bayangan seorang lelaki" sangkal Inojin.
"Benar-ttebasa. Bisa saja justru Chocho cemburu karena tak ingin Sarada pergi dengan orang lain. Yah kau tau kan, Sarada dan Chocho sahabat karib sejak SD. Aku juga sedikit memahami karena selalu bersekolah bersama terus"
KAMU SEDANG MEMBACA
Half of My Religion ✔
Fanfiction[COMPLETED 27/09/20] • [BORUSARA/MITSUSARA] Dalam hadits, menikah itu menyempurnakan separuh agama. Tapi jika pasangan hidup itu bukan orang baik bagaimana? Lalu teori tentang jodoh itu bagaimana, bahwa jodoh adalah cerminan diri? , Sarada Uchiha se...