7 : Ingatan Mitsuki

159 18 6
                                    

Mitsuki bangun dengan terengah-engah. Keringat dingin mengalir begitu derasnya membasahi tubuh. Ia merasa merinding dengan mimpinya barusan. Saat ia mencoba mengingat kembali mimpi itu, hasilnya nihil. Tidak ada sedikitpun sisa mimpi yang terekam di short term memory*¹-nya.

Mitsuki melihat jam. Masih pukul satu dini hari. Ia mengambil air wudhu dan menunaikan sholat malam kemudian. Ia memohon agar mendapat petunjuk untuk mengiterpretasikan mimpinya.

Hingga pagi hari, Mitsuki tak mencoba memejamkan mata lagi. Ia takut terseret dalam mimpi mengerikan itu. Ia pun memutuskan membuang pikiran jauh-jauh tentang mimpi dan segera bergegas menyambut hari.

"Mitsuki-nii, kenapa supnya hambar?" tanya salah seorang anak panti yang mencicipi masakannya.

"Benarkah? Oh, kalau begitu akan kuberi bumbu lagi" Mitsuki mengambil semangkuk besar sup yang telah ia hidangkan di meja makan. Ia mencoba kuah sup itu, "ah iya, benar"

"Apa ada bumbu rahasia yang terlupa? Tidak biasanya Mitsuki-nii begini" celoteh anak laki-laki berusia dua belas tahun yang selalu antusias dengan sarapan bikinan Mitsuki.

"Tidak, a-ah iya. Oh benar juga, bumbu rahasianya ada yang kurang" Mitsuki memijat dahinya.

Mungkin aku terlalu memikirkan hal itu, gumamnya.

Saat perjalanan ke kampus, Mitsuki tak fokus menyetir. Bahkan, ia hampir saja menabrak pembatas jalan hanya karena tak mampu berkonsentrasi. Meski pikirannya kacau, Mitsuki tetap berusaha menjalani hari itu.

Yosh, aku tidak akan kalah hanya karena mimpi tak jelas!, tekadnya dalam hati.

***

"Bagaimana menurutmu Mitsuki?" Sarada menepuk pundak Mitsuki yang ia coba mintai pendapat, "hei, Mitsuki?"

Mitsuki tersadar kembali setelah lama terdiam memikirkan hal kelam yang seakan-akan telah ia alami. Mungkinkah itu bagian masa lalunya?

"Fokuslah, Mitsuki-senpai. Kau ini ketua loh" ucap salah seorang juniornya. Mitsuki menghela napas berat. Ia sudah didakwa sebagai ketua kerohanian Islam kampus beberapa bulan lalu. Ia jadi teringat, dulu begitu bersemangat untuk merekrut anggota baru. Tapi sekarang, bahkan untuk fokus dengan rapat saja tak bisa.

"Gomen, mari kita lanjutkan"

Sarada memandangi Mitsuki. Ia tau ada yang tak beres dengan sahabatnya. Ia kehilangan sosok Mitsuki yang dewasa dan selalu bersikap tenang.

"Mitsuki, daijoubu?" tanya Sarada saat Mitsuki cepat-cepat meninggalkan perkumpulan.

"Daijoubu desu" jawabnya singkat.

Sarada melepas Mitsuki dengan penuh hal ganjil.

Pasti ada sesuatu, pikir Sarada.

Keesokan harinya, Mitsuki mengalami hal yang sama. Kali ini bahkan lebih menyiksa hingga membuat kepalanya pusing. Saat ia melihat jam, hampir menunjukkan pukul lima. Dirinya bangun kesiangan!

Mitsuki segera melaksanakan sholat Shubuh sebelum matahari terbit beberapa menit lagi. Setelah itu, ia langsung menuju dapur untuk segera mempersiapkan sarapan. Akan tetapi langkah kakinya semakin lambat, kepalanya begitu berat.

BRUKK! Mitsuki terjatuh sebelum langkah kakinya menjangkau dapur. Beberapa anak panti yang telah terbangun pagi berteriak panik. Anak-anak yang berusia rata-rata sepuluh tahun itu segera meminta bantuan Kakashi, yang pagi itu bertugas mengajar Shubuh.

Raut wajah semua bocah itu harap-harap cemas. Mereka takut terjadi apa-apa pada kakak mereka. Kakashi yang membopong tubuh Mitsuki lalu mengistirahatkannya di atas ranjang.

Half of My Religion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang