TOK TOK TOK. Pintu rumah kediaman Uchiha terketuk berulang kali. Dalam beberapa waktu lamanya, pintu itu tak terbuka jua. Bahkan tak ada sahutan dari orang di dalam. Wanita yang berdiri di depan rumah itu berusaha terus mengetuk hingga ada yang menyambutnya.
"Okaa-san?" panggil Boruto dari belakang wanita bernama Hinata Uzumaki tersebut.
"Boruto— ah, Sarada-chan! Untung kau ada di sini. Ini ada undangan piknik di akhir pekan nanti. Sampaikan pada mamamu" saat Hinata berbalik, ia menyadari kehadiran Sarada yang berada di samping Boruto. Cepat-cepat ia serahkan undangan yang dimaksud.
"Wah, piknik lagi! Pasti papa akan senang bisa menghabiskan waktu bersama lagi" seru Sarada menerima undangan Hinata.
"Jadi Sasuke-kun sudah pulang ya? Pantas saja raut wajahmu bahagia sekali" ucap Hinata menyeringai.
"Oh ya aku baru ingat, setiap sore rumah akan selalu kosong karena bulan ini Mama mendapat shift pagi sampai sore dan Papa akan menjemput Mama saat jam lima" jelas Sarada yang membaca situasi bahwa Hinata sedang mencari orang rumahnya.
"Begitu ya? Hai, arigatou Sarada-chan. Jangan lupa sampaikan ke mereka ya" Hinata berlalu sambil mengajak Boruto pamit.
"Jaa nee, Sarada!" Boruto melambaikan tangan pada Sarada tanda perpisahan hari ini. Selama ini pun memang selalu begitu. Entah mengapa Boruto hanya mampu menghabiskan waktu bersama dengan Sarada saat pagi sampai sore sebelum petang. Ia bahkan tak pernah melihat Sarada keluar rumah saat malam kecuali bersama orangtuanya.
"Okaa-san, ada apa?" tanya Boruto yang melihat tatapan kosong ibunya, "jangan-jangan memikirkan ayah tidak berguna itu lagi?"
"Tidak tidak, Ibu hanya berpikir sejenak menu apa yang akan kita hadirkan saat piknik besok lusa" elak Hinata. Sebenarnya kegalauannya sangat mudah terbaca, apalagi oleh Boruto, putra sulungnya yang begitu peka. Ia tak mau menunjukkan perasaan rindu berlebih pada Naruto atau Boruto akan lebih membenci sosok ayahnya itu lagi.
Piknik keluarga yang dipelopori Hinata Uzumaki telah berlangsung sejak lama setiap empat bulan sekali. Kegiatan keluarga itu ada bahkan sejak Boruto dalam kandungan. Piknik keluarga di akhir pekan itu beranggotakan keluarga Uzumaki, Uchiha, dan Nara. Namun empat tahun lalu, keluarga Nara yang tinggal di samping kiri keluarga Uchiha harus pindah ke pusat kota karena Shikamaru Nara, ayah Shikadai, bekerja sebagai juru bicara walikota. Walhasil, Hinata hanya bisa mengajak keluarga Uchiha saja sebagai kerabat terdekatnya.
"Wah undangan piknik. Rasanya lama sekali kita tidak menghabiskan waktu bersama, iya kan, Anata?" cuap Sakura senang karena kali ini Sasuke pulang ke rumah dan mereka akan piknik bersama.
"Aku tak ikut" tolak Sasuke.
"Mengapa? Papa selalu bertindak egois begini" Sarada merajuk, "mentang-mentang paman Naruto tidak ada"
"Sarada, dengar. Tidak enak jika papa harus pergi sebagai laki-laki sendiri sedangkan yang lainnya perempuan"
"Ada Boruto!" tangkis Sarada menghalau alibi papanya.
"Tidak bisa—"
"Kalau begitu ajak Mitsuki. Papa pasti senang kan jika mengajaknya yaah meskipun hanya menjadi teman bicara" Sarada tak kehabisan akal untuk mengajak papanya keluar bersama. Walau ia tau papanya terkadang bertugas sebagai mata-mata yang tidak boleh sembarangan terlihat orang, namun kali ini perasaan quality time bersama membuncah dalam hatinya.
"Bagaimana, Anata? Jika iya, maka akan kutelpon Mitsuki" Sakura mencoba memastikan.
"Hn" Sasuke mengangguk. Ia memang selalu kalah jika berdebat dengan putrinya yang tak pernah kehabisan ide.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half of My Religion ✔
Fanfiction[COMPLETED 27/09/20] • [BORUSARA/MITSUSARA] Dalam hadits, menikah itu menyempurnakan separuh agama. Tapi jika pasangan hidup itu bukan orang baik bagaimana? Lalu teori tentang jodoh itu bagaimana, bahwa jodoh adalah cerminan diri? , Sarada Uchiha se...