3 : Pendekatan

201 22 5
                                    

Kedekatan Boruto dengan Mitsuki rupanya membawa keberkahan tersendiri bagi Boruto. Sebelum Sasuke berangkat bertugas beberapa hari lalu, ia sempat memberikan syarat pada Boruto untuk menjadi muridnya. Sederhana saja, cukup menguasai dasar-dasar gerakan bela diri.

"Tidak biasanya kau sedang senang, Boruto" celetuk Sarada sore itu ketika mereka berdua menuju masjid universitas untuk melaksanakan rapat rutin.

"Sebentar lagi aku akan diakui papamu sebagai muridnya" cuap Boruto sumringah.

"Kau ini aneh ya. Kenapa begitu bangga diakui papa dan bukan ayahmu sendiri?"

"Sudah kubilang ayahku tidak bergu-" Boruto menahan ucapannya. Ia teringat kembali dengan ucapan Mitsuki, "ah yang terpenting cepatlah, yang lain menunggu di masjid"

Satu minggu belakangan ini merupakan hari yang cukup sibuk bagi seluruh anggota kerohanian Islam Universitas Konoha. Tahun ajaran untuk mahasiswa baru akan segera dimulai, yang berarti mereka juga harus merekrut anggota baru sebagai penerus.

Shikadai teringat akan survei yang ia lakukan minggu lalu pada mahasiswa yang sering beraktivitas di masjid. Jumlah total peminat yang ingin bergabung menjadi kerohanian Islam masjid tak sampai lima orang, padahal mereka butuh sedikitnya sepuluh orang.

"Hei Boruto! Kau kan anak hits di kampus, apa tak bisa menarik minat mereka untuk bergabung?" sindir Inojin sembari melirik ke arah yang lain.

"Kau ini selalu-" Boruto meluapkan amarah sembari menggebrak meja.

"Yamero, aku tak suka perdebatan hal kecil seperti ini" Sarada bertindak tegas. Ketika memasuki mode serius, Boruto sekalipun akan bergidik menghadapi Sarada.

"Bagaimana jika kita menarik minat mereka dengan mengadakan kajian rutin setiap berapa hari sekali?" usul Chocho.

"Apa kau yakin dengan itu?" tanya Shikadai sedikit ragu.

"Kita tak tau jika tidak mencoba dahulu" kata Chocho enteng.

"Baiklah, saranmu akan kuterima sementara. Bagaimana dengan yang lain?" Sarada mencoba memastikan persetujuan anggota lain. Semuanya mengangguk setuju. Merekapun segera menyusun strategi dan membuat jadwal pengisi kajian sore di hari Jum'at, sesuai kesepakatan final.

"Kali ini kau mau atau tidak untuk menjadi pengisi, Boruto?" tandas Denki sebagai sekretaris yang akan membuat jadwal.

"Uhm yaa, uji coba ini kan berlangsung selama dua bulan. Berarti hanya delapan kali karena satu minggu hanya sekali. Hmm.. kita punya Sarada, Shikadai, Inojin, dan Sumire yang jago berceramah, bukan? Kurasa aku tak perlu dimasukkan jadwal, bukankah jadwalnya bisa diulang lagi?"

"Mendokusai, bilang saja kau tak mau sejak awal"

"Bo-ru-to!" Sarada melotot ke arah Boruto.

"Ah, hai hai. Taruh aku di minggu terakhir ya" Boruto pasrah mengiyakan paksaan Sarada. Jika tidak demi mendekatinya, Boruto tak akan bertindak sejauh ini.

Seusainya rapat, semua anggota memisahkan diri masing-masing. Beberapa masih memiliki jam kuliah dan juga ada yang berniat menghabiskan waktu luang untuk refreshing, ada pula yang langsung pulang. Mulanya Chocho mengajak Sarada untuk keluar mencicipi dango di sebuah kedai yang baru dibuka tak jauh dari kampus. Boruto pun berusaha untuk ikut selalu. Ia memang sudah bertekad untuk mendekati Sarada terus-menerus agar membuka jalan antara dirinya dengan Sasuke.

"Aku tak mau ikut jika kau mengajak Boruto. Ini adalah pembicaraan sesama wanita, tau!"

"Gomenne, Chocho" Sarada terpaksa menolak ajakan itu sebab selama ini memang ia berjanji untuk pulang bersama dengan Boruto terus.

Half of My Religion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang