Mitsuki geram pagi ini. Dari kemarin, Sarada seolah bertingkah egois. Mulai dari membatalkan janji bersama sampai ponselnya yang tak bisa dihubungi. Gadis itu tak ada kabar sama sekali bak ditelan bumi.
Di tengah emosi yang membumbung, Mitsuki memutuskan untuk mengecek rumah Sarada secara langsung, namun nihil. Tidak ada seorang pun di rumahnya. Ia kemudian mendatangi rumah Boruto untuk meminta keterangan terkait Sarada. Sayangnya hanya Hinata yang mampu ditemui. Rupanya Boruto telah berangkat pagi-pagi sekali menggunakan mobil.
Tidak biasanya, pikir Mitsuki. Tak lama kemudian Mitsuki buru-buru memacu mobilnya. Kemungkinan Sarada sudah berangkat dan segera sampai kampus. Ia juga ingin memastikan apakah Boruto sedang bersamanya.
Begitu sampai di kampus, Mitsuki tak lekas menuju gedung fakultasnya. Ia menunggu kedatangan Sarada terlebih dahulu. Dan ternyata, tepat seperti dugaannya! Sarada datang dengan mobil yang dibawa Boruto. Mitsuki segera menghampiri keduanya. Dengan bermuka masam Mitsuki sempat marah pada Sarada karena menghilang seharian penuh.
"Darimana saja kau, pergi tak ada kabar" Mitsuki menghentikan langkah Sarada sebelum memasuki gedung.
"Kau tak berhak mwngaturku. Kau juga bukan siapa-siapaku, kan?" Sarada balik membentak Mitsuki. Mood pagi harinya sedang tidak baik, ditambah perilaku tiba-tiba Mitsuki membuat Sarada semakin naik pitam.
Mitsuki yang menyadari kesalahannya hanya dapat meminta maaf, "gomen, Sarada"
"Kau yang tidak tau apa-apa diam saja!" seru Sarada terakhir kali sebelum ia benar-benar meninggalkan Mitsuki sendiri.
Tak tau apa-apa ya? gumam Mitsuki. Dari belakang, Boruto menepuk pundak Mitsuki agar dirinya membebaskan Sarada terlebih dahulu. Mitsuki hanya menatap sinis ke arah Boruto yang seolah paling mengerti Sarada. Ia melepaskan tangan Boruto dan berlalu pergi dengan mobilnya. Pikirannya menjadi kacau begitu mendapati Sarada bisa bersama Boruto naik mobil berdua.
***
"Mitsuki! Oi Mitsuki, tunggu!" Boruto berusaha mengejar Mitsuki begitu kelas usai. Ia merasa hubungannya dengan Mitsuki sedikit renggang. Boruto terus berlari hingga berhasil menarik baju Mitsuki, "oi, kau ini kenapa?"
Mitsuki berbalik dengan wajah kesalnya, "apa yang kau lakukan seharian kemarin bersama Sarada? Kau tidak tau aku menunggu kabar dan alasan kalian membatalkan janji seenaknya?"
"Apa-apaan bicaramu itu. Aku.. a-aku hanya—" Boruto tak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia belum sempat meminta izin pada Sarada untuk menceritakan hari kemarin.
"Apa? Kau bahkan tak bisa menceritakannya kan? Bilang saja kau seenaknya berkencan dengan Sarada!" suara Mitsuki semakin lantang. Ia meluapkan segala amarahnya pada Boruto, seseorang yang ia anggap mataharinya.
"Jaga bicaramu, Mitsuki. Aku hanya tak bisa mengatakannya, karena aku tak punya hak atas rahasia Sarada"
"Jadi kau ingin menjadi satu-satunya orang yang paling bisa memahaminya?" Mitsuki mencengkram kerah jaket Boruto.
Boruto yang ikut terbawa emosi kemudian mendorong tubuh Mitsuki, "jika memang kau peduli pada Sarada, harusnya kau tanyakan sendiri padanya!"
Boruto membetulkan pakaiannya yang lusuh. Ia benar-benar tak habis pikir dengan tingkah laku Mitsuki. Mengapa sahabatnya itu jadi berapi-api? Padahal Mitsuki adalah orang dengan pembawaan paling tenang yang ia kenal.
Mitsuki tertunduk, "gomen, Boruto. Aku hanya mencemaskannya. Karena tidak biasanya Sarada seperti kemarin"
Boruto tersenyum mencoba memahami Mitsuki. Sebagai orang yang lebih dewasa, jelas Mitsuki sangat mengkhawatirkan Sarada yang nampak sebagai adik kecilnya. Ia tau perasaan itu, mirip seperti perasaan khawatirnya pada Himawari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half of My Religion ✔
Fanfiction[COMPLETED 27/09/20] • [BORUSARA/MITSUSARA] Dalam hadits, menikah itu menyempurnakan separuh agama. Tapi jika pasangan hidup itu bukan orang baik bagaimana? Lalu teori tentang jodoh itu bagaimana, bahwa jodoh adalah cerminan diri? , Sarada Uchiha se...