19 : Gejolak

137 13 8
                                    

Setengah tahun telah berlalu. Tapi mengapa kau tak kunjung pulang, hei Boruto?

"Sedang memikirkan sesuatu?" tebak Mitsuki yang melihat Sarada termenung di tepi luar gazebo rumah singgah, "akhir-akhir ini kau sering termenung"

Mitsuki memang selalu menghafal kebiasaan Sarada. Jika sedikit saja ada perubahan pada Sarada, maka Mitsuki akan mudah menyadarinya.

"Kau ini selalu seperti cenayang" gurau Sarada mencoba membuang kecurigaan Mitsuki.

"Ayolah, kau tak bisa menyembunyikan sesuatu dariku" desak Mitsuki, "padahal anak-anak sedang gembira saat kau ikut bergabung"

"Gomen" Sarada bangkit dan mencoba berbaur dengan anak-anak rumah singgah. Beberapa dari mereka juga ada anak baru, sekitar 3 orang. Hari itu Sarada memutuskan mampir sejenak ke rumah singgah untuk sekedar menyambut mereka.

Setelah sore tiba, anak-anak itu kembali ke rumah mereka masing-masing. Mereka harus banyak belajar karena minggu ujian sedang berlangsung.

"Yo" Mitsuki menjentikkan jari di depan mata Sarada agar lamunannya buyar, "kita sudah berkemas, mau pulang?"

"Kira-kira bagaimana kabar Boruto ya? Ia tak pernah pulang lagi" celetuk Sarada di tengah pikirannya yang tak menentu.

"Kau lupa? Dia kan sudah berjanji tidak akan pulang sampai menyelesaikan masa studi" kata Mitsuki, "lagipula mengapa tiba-tiba memikirkan hal seperti itu? Kau sedang merindukannya?"

"Uhm" Sarada mengangguk dengan penuh keyakinan.

Mitsuki tak bertanya lagi. Ia berbalik menjauh dari Sarada sembari berpura-pura menata buku di rak rumah singgah. Dirinya nampak begitu santai menanggapi Sarada. Akan tetapi, sanubarinya bergejolak. Bak air yang tenang di samudera seolah menjelma menjadi gelombang tsunami yang begitu dahsyat.

Mitsuki yang bergeming cukup lama tak tau harus menanggapi apa. Akhirnya ia meninggalkan Sarada yang masih terpaku dalam lamunan semunya.

Sarada menatap ke arah taman yang terletak tepat di sebelah rumah singgah. Sesaat ia merasa terbang ke masa lalu. Saat itu ia tengah bermain di taman bersama Boruto dan Shikadai. Matahari kala itu begitu terik hingga Sarada mengeluh kegerahan, sementara pohon-pohon besar di taman sedang meranggas.

Sarada langsung teringat tingkah konyol Boruto yang tiba-tiba akan melepas bajunya untuk melindungi Sarada dari sengatan sinar matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sarada langsung teringat tingkah konyol Boruto yang tiba-tiba akan melepas bajunya untuk melindungi Sarada dari sengatan sinar matahari. Shikadai yang tengah asyik bersepeda kemudian menghampiri lalu menggoda bahwa keringat Boruto bau tidak enak, jadi Sarada harus menolak tawaran Boruto melepas baju. Sarada tertawa kecil mengulang kejadian itu di otaknya, hingga tak sadar bahwa Mitsuki yang ada di sebelahnya telah lama menghilang.

"Ne, Mitsuki?" Sarada memanggil Mitsuki tapi tak ada sahutan. Saat ia menyisir rumah singgah rupanya hanya dia sendiri. Namun Sarada tak mampu membaca gelagat Mitsuki. Dirinya malah merutuki Mitsuki yang seenaknya meninggalkan dirinya.

Half of My Religion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang