"Nee-san! Nee-san!" panggil Boruto terus mengetuk pintu kamar Hanabi, "latih aku secepatnya!"
Tak ada jawaban dari dalam kamar. Hanya sebuah erangan kesal yang terdengar. Boruto memutar otak demi menemukan cara membangunkan bibinya.
"Nee-san!" panggil Boruto kembali. Kali ini suaranya meninggi, "Konohamaru nii-san datang!"
Seketika Hanabi berjingkat. Namun ia kembali bersandar pada head board ranjangnya. Menyadari sesuatu yang janggal, bahwa tunangannya tidak akan pulang tanpa mengabarinya lebih dulu. Hanabi pun menenggelamkan dirinya dalam selimut lagi.
Boruto tak kehabisan akal. Ia menirukan suara Konohamaru semirip mungkin. Bibinya tak tau kalau dirinya berbakat meniru suara seseorang.
"Hanabi, tadaima—" cuap Boruto meniru suara Konohamaru, "gomen aku tak memberi kabar. Ponselku rusak, kore"
Hanabi segera memburu sosok di balik pintu. Sambil malu-malu ia berasumsi jika Konohamaru telah pulang. Pantas saja akhir-akhir ini tak menghubungiku, pikirnya.
"Okaerina— etto.. Boruto, di mana Konohamaru?" sambut Hanabi sambil celingukan di sekitar pintu kamarnya. Ia tak menemukan tanda-tanda kehadiran Konohamaru sama sekali.
"Hahaha! Akhirnya Nee-san keluar kamar juga!" Boruto tertawa berhasil mengerjai bibinya.
"Ah~ kau ini" keluh Hanabi, "kukira dia pulang sungguhan"
Merasa sedikit bersalah, Boruto meminta maaf meski nampaknya Hanabi masih sangat kesal. Ia berusaha menjelaskan alasannya.
"Kukira karena Konohamaru nii-san tak pernah pulang, kau akan merindukannya. Jadi kalau aku berpura-pura Nii-san yang datang, kau akan membukakan pintu"
Hanabi melepas hijabnya dengan asal, "hai hai, kau kalau ada sesuatu memang suka mengganggu orang. Ada apa?"
Boruto mengutarakan maksudnya. Dirinya menerima tantangan dari Mitsuki untuk beradu kemampuan bela diri.
"Hari Ahad aku akan datang ke tempatmu. Boleh?"
"Heh~ nani? Untuk apa? Mendadak sekali, dattebasa"
"Aku ingin mengetahui sejauh apa kebolehanmu. Kudengar kau juga belajar bela diri di sana"
"Baiklah, akan kuladeni. Cepatlah datang, aku tak sabar!"
Hanabi langsung menepuk dahinya, "baka, kalau memang tidak yakin mengapa asal mengiyakan?"
"Tee hee~ aku ingin membuktikan padanya"
Hanabi mendengus. Sebenarnya ia malas beraktivitas di akhir pekan, tapi ia pernah berjanji pada Hinata, kakaknya, untuk mengajari apapun yang ia bisa pada Boruto.
"Pergilah ke halaman belakang, aku akan ganti baju. Lakukan pemanasan ringan sebelum mulai"
Perempuan berambut coklat itu lalu masuk ke kamarnya untuk mengenakan pakaian yang tepat. Sudah lama sekali ia tak berlatih bela diri. Sejak sang ayah, meninggal beberapa tahun lalu, Hanabi tak pernah menyentuh pakaian latihannya lagi. Tapi ia tak melupakan sedikitpun gerakan yang mendiang ayahnya ajarkan.
Siang itu begitu terik. Boruto yang baru saja melakukan pemanasan selama tujuh menit cukup berkeringat. Napasnya juga tak beraturan setelah berlari mengelilingi perkarangan rumah sampai tiga kali.
"Kalau begitu saja sudah lelah, kau akan kalah saat bertarung. Otot-ototmu akan menegang jika pemanasanmu kurang"
"Tapi aku hahh.. hahh.. sudah banyak berkeringat" sangkal Boruto menunjukkan punggung pakaiannya yang basah, "aku kan tidak seperti Nee-san yang tiap pagi lari keliling kompleks hahh.. hahh.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Half of My Religion ✔
Fanfiction[COMPLETED 27/09/20] • [BORUSARA/MITSUSARA] Dalam hadits, menikah itu menyempurnakan separuh agama. Tapi jika pasangan hidup itu bukan orang baik bagaimana? Lalu teori tentang jodoh itu bagaimana, bahwa jodoh adalah cerminan diri? , Sarada Uchiha se...