Seorang tukang pos mengayuh sepedanya yang membawa ratusan bahkan ribuan surat dalam kantong side bagnya. Ia berhenti di depan mansion mewah bergaya klasik. Si tukang pos hanya mampu memandangi rumah itu dari atap hingga lantai terbawah. Hingga ia tak sadar seorang wanita sedang berjalan ke arahnya.
"A-anoo, sumimasen! Saya akan mengantarkan surat, tidak ada maksud macam-macam" ucap si tukang pos yang baru saja bekerja selama seminggu. Dirinya masih tak terbiasa mengagumi setiap rumah penerima suratnya.
Wanita muda datang mendekat membukakan pagar rumahnya, "tentu aku tau. Dari seragammu saja sudah jelas kalau kau pengantar surat"
Sang tukang pos hanya bisa tersenyum kecut mendapat respon santai dari lawan bicaranya. Ia memang kerap merasa gugup di hadapan customer. Tanpa banyak bicara, ia menyerahkan amplop coklat berukuran sedang, "t-tolong tanda terimanya"
"Hai" wanita itu menandatangani laporan pengiriman yang diberikan tukang pos lalu membungkukkan tubuhnya dan berterimakasih, "terima kasih untuk kerja kerasnya!"
"E-eh, anda berlebihan, Nyonya. Seharusnya saya yang mengatakan itu" bantah si tukang pos, "arigatou"
Si tukang pos membaca tanda terima yang baru ia data. Sarada Uchiha. Wanita itu begitu murah senyum dan baik hati. Meskipun dirinya terlihat melakukan kesalahan, wanita muda itu malah menyanjungnya.
Pasti suaminya sangat bahagia mendapat sosok istri seperti Sarada Uchiha-san, gumam tukang pos itu kemudian berlalu.
Sarada berbalik, melangkahkan kakinya masuk kembali ke dalam rumah. Ia menyerahkan amplop yang ia dapatkan pada seorang lelaki yang tinggal bersamanya.
"Pos? Dari siapa?" tanya lelaki itu begitu menerima amplop coklat.
"Entahlah, aku belum membacanya. Kukira ini untukmu"
"Boruto" laki-laki itu segera merobek bagian atas amplop coklat itu, "ini undangan pernikahannya! Sepertinya Boruto akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat"
"Benarkah?" Sarada terkejut mendapat kabar itu, "boleh kulihat, Mitsuki-kun?"
"Tak kusangka Boruto akan menikah dengan Sumire" decak Mitsuki, sang suami, ketika membaca detail calon mempelai di undangan.
"Benar. Tapi tidak terlalu mengejutkan. Boruto pernah beberapa kali menceritakan Sumire padaku"
"Mama~ Mitsuda mengambil mainanku!" seorang bocah perempuan kecil berusia tiga tahun berlari merajuk menuju Sarada.
"Itu karena Miura-nee tak mau berbagi!" elak seorang anak lagi yang asyik memainkan replika shuriken milik kakaknya.
Sarada tertawa kecil melihat tingkah laku kedua anak kembarnya yang suka sekali meributkan hal sepele, "baiklah kalau begitu nanti Mama belikan yang baru untuk kalian agar tak berebut lagi"
"Yang lebih penting, apa kalian mau ikut papa dan mama pergi ke rumah paman Boruto bulan depan?" Mitsuki mencoba mengalihkan ocehan mereka yang berebut mainan.
"Aku mau!" seru Mitsuda merespon ajakan papanya. Ia meninggalkan mainannya dan bergelayut di balik punggung Mitsuki, "nanti aku ingin bermain dengannya!"
"Tidak, aku juga ikut! Jadi aku yang akan bermain dengan paman Boruto!" celetuk Miura tak mau kalah.
"Yosh, kalian berdua akan ikut. Kalau begitu Papa akan mengabari paman Boruto"
"Yatta~" kedua anak kembar itu berteriak girang bersamaan.
"Aku ingin bicara!" Miura, sang kakak perempuan, menarik-narik lengan papanya ingin berbincang via telepon.
"Aku juga mau!" Mitsuda, si adik laki-laki tak mau kalah.
Sarada meringis melihat buah hatinya begitu manja dengan Mitsuki. Sesaat pandangannya mengarah pada undangan yang baru ia dapatkan. Sarada tak mampu berkata-kata. Hanya kebahagiaan yang ia rasakan saat mendapat kabar itu. Akhirnya Boruto mampu menemukan orang yang tepat untuk dirinya.
Yokatta, akhirnya kau bisa menemukan orang yang mampu membuatmu bahagia ya, gumam Sarada sembari menggenggam cincin pemberian Boruto yang sengaja ia kalungkan.
"Mama aku mau mandi" rengek Miura setelah puas menelpon Boruto. Sarada pun mengiyakan tanpa pikir panjang permintaan putrinya. Karena anak yang ada di hadapannya adalah buah dari kebahagiaan yang ia peroleh.
"Aku juga ingin mandi dengan Papa!" Mitsuda mengikuti kakaknya dan memohon pada Mitsuki.
Sarada dan Mitsuki berlomba untuk merebutkan kamar mandi seraya menggendong anak mereka. Miura bersorak agar mamanya bergerak lebih cepat, sedangkan Mitsuda mendesak papanya untuk berlari. Hasilnya, seri. Keduanya pun akhirnya mandi berbarengan. Keluarga kecil itu tertawa bersama menikmati momen mereka.
Semoga kau segera menyusul untuk merasakan kebahagiaan seperti ini, Boruto.
- END -
KAMU SEDANG MEMBACA
Half of My Religion ✔
Fanfiction[COMPLETED 27/09/20] • [BORUSARA/MITSUSARA] Dalam hadits, menikah itu menyempurnakan separuh agama. Tapi jika pasangan hidup itu bukan orang baik bagaimana? Lalu teori tentang jodoh itu bagaimana, bahwa jodoh adalah cerminan diri? , Sarada Uchiha se...