Sebuah kompleks yang terletak di suatu distrik pinggir kota itu memang cukup berbahaya. Ditambah kurangnya penerangan membuat orang lain tak menyadari seorang gadis sedang dikepung lima pria berandal. Bahkan saat bis berhenti dan menurunkan penumpang, tak banyak yang tau apa yang terjadi pada gadis itu.
"Jauhkan tangan kotor kalian darinya!" pekik seorang laki-laki dari halte, "kalau kalian mau menyentuhnya, hadapi aku!"
Seketika orang-orang yang berada di halte berhamburan melihat lawan yang ditantang oleh si pria kecil. Mana ada orang sinting yang mau melawan segerombol yakuza, walau mereka hanya dalam kelompok kecil?
Lima pria yang menggoda Sarada itu langsung berpaling, mereka menuju ke arah sang penantang.
"Mitsuki! Dame—"
Mitsuki meletakkan kopernya. Ia segera memasang kuda-kuda untuk menyerang. Satu sergapan! Seorang pria bertubuh jangkung maju melawan. Mitsuki hanya mampu melakukan gerakan bertahan. Sebentar-sebentar ia juga melihat ke arah belakang, mengamati apa ada yang berusaha menjebaknya.
Dugaan Mitsuki benar. Dua orang sedang berjaga di belakang. Tepat ketika di pria jangkung akan melancarkan pukulannya, Mitsuki cepat-cepat menghindar.
Buagh! Pukulan dengan kekuatan penuh itu menghantam rahang sang rekan. Si pria jangkung meminta maaf, namun kawannya tak terima. Ia balik memukul pria jangkung. Mitsuki berhasil mengadu keduanya.
Dua musuh tumbang.
Seorang pria bertubuh kurus maju dengan kegesitannya melawan Mitsuki. Tanpa banyak aksi, ia langsung melakukan kuncian pada orang itu. Satu lagi tak dapat berkutik.
Tersisa dua orang. Kali ini Mitsuki tak ragu menyerang keduanya sekaligus. Ia menendang si pria gendut dan memelintir tangan satu anggota lainnya. Setelah mereka mengerang, Mitsuki langsung menghampiri Sarada dan menarik tangannya memasuki gang kecil yang ia tuju.
Mitsuki membawa lari Sarada hingga berhenti di suatu tempat yang aman. Setelah menyadari apa yang dilakukannya, Mitsuki melepaskan gandengan tangannya, "daijoubu?"
"Sst! Bagaimana kalau mereka dengar?" bisik Sarada takut suara mereka diketahui gerombolan tadi.
"Tenang saja, ini bukan wilayah mereka. Mereka tak akan berani. Kalau mereka nekat masuk, warga di sini jauh lebih ganas" tanggap Mitsuki sambil meringis, "ngomong-ngomong, untuk apa kau ke sini?"
Sarada mengalihkan pandangannya. Walau begitu, ia sedikit melirik Mitsuki yang babak belur dihajar gerombolan yakuza, "lebih baik kita obati dulu lukamu. Ettoo.. kopermu— gomennasai"
Sarada menyadari koper Mitsuki ditinggalkan begitu saja demi membawa dirinya ke tempat yang aman. Ia membungkukkan tubuhnya mengucapkan terimakasih karena sudah menyelamatkan nyawanya. Mitsuki tersipu. Untuk sementara waktu, ia akan membawa Sarada ke tempat orangtuanya, Orochimaru.
"Chotto matte, kau tak boleh ke sana!" tahan Sarada. Ia merentangkan tangan berusaha menghalangi jalan agar Mitsuki tak masuk lebih dalam.
"Mengapa begitu?"
"Karena kau akan pergi nantinya!"
Mitsuki berdecak dan membuang muka, "apa maumu? Mau kau halangi atau tidak, aku tetap akan pergi"
"Kenapa kau jadi keras kepala begini?!" Sarada menaikkan nada bicaranya. Matanya mulai berkaca-kaca. Embun juga mulai menutupi permukaan kacamatanya, "tentang surat itu.. apa benar?"
"Lupakan. Bukankah sudah kutulis di akhir, setelah membacanya lalu lupakan isinya"
Sarada menggeleng, "tidak. Tentu tak bisa semudah itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Half of My Religion ✔
Fanfic[COMPLETED 27/09/20] • [BORUSARA/MITSUSARA] Dalam hadits, menikah itu menyempurnakan separuh agama. Tapi jika pasangan hidup itu bukan orang baik bagaimana? Lalu teori tentang jodoh itu bagaimana, bahwa jodoh adalah cerminan diri? , Sarada Uchiha se...