"Okaerinasai, Papa!" sambut Sarada di balik pintu begitu Sasuke menjejakkan kaki di rumah. Setelah hampir dua minggu lamanya menginap di rumah sakit, pria berambut raven itu diperbolehkan pulang.
Ayah dan anak itu saling berpelukan. Tak berapa lama, Boruto dan Mitsuki datang ikut menyambut kepulangan Sasuke. Keduanya sama-sama membawa buket bunga. Sesaat dua laki-laki itu berpandangan. Bagaimana bisa membawakan barang yang sama padahal tidak saling janjian.
"Kalian ini menyambutku pulang atau mau menyatakan perasaan pada Sarada, hah?" seloroh Sasuke melihat kedua tamunya membawa buket mawar. Ia menepuk jidat, tak paham apa maksud kedua laki-laki itu.
"E-etto, dattebasa.. emm.. kurasa mawar kan bunga yang paling disukai" kelit Boruto berkeringat dingin. Dalam hatinya ia memaki Inojin yang mengusulkan bunga mawar. Ia teringat kejadian tadi sore, sesaat sebelum Boruto ke rumah Sarada.
"Sumimasen, aku ingin mencari bunga" Boruto memasuki toko bunga keluarga Yamanaka.
"Eh tumben sekali, Boruto. Memang ada rencana kemana kau hari ini sampai menyiapkan bunga?" sambut Inojin yang menggantikan Ino, ibunya, karena sedang ada urusan di luar kota.
"Ah, hanya berkunjung ke rumah Sarada"
"Jadi kau akan ke rumahnya ya?" Inojin mencoba memilah-milah bunga yang cocok untuk buket Boruto, "umm kalau begitu bunga yang bagus adalah mawar! Yah, kau tau kan. Siapapun menyukai bunga itu"
Sialan Inojin, dia salah kira! , gerutu Boruto.
"Yosh, karena semua sudah menyambut kepulangan Sasuke-kun, mari kita rayakan di dalam bersama!" sela Sakura agar tak memperkeruh keadaan, "jadi apa yang sudah kau siapkan untuk kejutan kepulangan papamu, Sarada?"
"Sup miso tomat!" Sarada meringis ke arah papanya. Sebenarnya Sarada memasak menu itu karena ia kehabisan ide harus memasak makanan apa lagi yang disukai papanya. Sementara Sasuke hanya menyeringai. Putrinya benar-benar tau apa yang disukainya.
Pasangan Uchiha itu lalu masuk dan langsung menuju meja makan, begitu pula dengan Boruto dan Mitsuki yang dipersilahkan masuk. Sarada meminta maaf karena tak memasak porsi besar dan menu yang tidak beragam. Meski demikian, Mitsuki dan Boruto sangat takjub dengan masakannya. Mereka terus memandangi Sarada yang masih memakai apron masak.
"Oishii~" seru Boruto, "aku tak tau kau bisa memasak seenak ini"
"Arigatou" balas Sarada tersipu.
"Jadi kau baru pertama kali merasakan masakan Sarada, Boruto?" tanya Sakura melihat wajah Boruto yang berseri.
"Hai" Boruto mengangguk cepat seraya melahap menu makan malam kali ini, "aku mau tambah, dattebasa. Ini sangat enak!"
Boruto menyuapkan sesendok demi sesendok nasi dengan cepat. Mitsuki hanya mengernyitkan dahi melihat Boruto bak mengikuti lomba makan. Walau ia tau masakan Sarada memang sangat enak, tapi ia berusaha tetap tenang seperti biasa.
"Kalau Mitsuki mungkin sudah bosan dengan masakanku" celetuk Sarada di tengah pembicaraan. Benar saja, ia sering memasak untuk anak-anak di panti asuhan, tanpa terkecuali untuk Mitsuki.
Mitsuki yang takut tidak menghargai masakan Sarada kemudian angkat bicara, "tapi mau dirasakan berkali-kalipun tetap enak menurutku"
Ah mereka mulai lagi, gumam Sasuke.
Setelah perayaan kecil-kecilan itu, Boruto dan Mitsuki pamit. Sakura mengucapkan banyak terima kasih karena telah menyambut suaminya pulang. Tak lupa ia memberikan 'oleh-oleh' berupa kari yang sempat ia beli sebelum pulang. Semula ia mengira Sarada tak memasak di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half of My Religion ✔
Fanfic[COMPLETED 27/09/20] • [BORUSARA/MITSUSARA] Dalam hadits, menikah itu menyempurnakan separuh agama. Tapi jika pasangan hidup itu bukan orang baik bagaimana? Lalu teori tentang jodoh itu bagaimana, bahwa jodoh adalah cerminan diri? , Sarada Uchiha se...