Hari demi hari berlalu. Minggu demi minggu pun berganti bulan. Selepas papanya kembali mengabdi, pikiran Sarada menjadi tak karuan. Ia terus membayangkan siapa jodohnya kelak atau dengan siapa ia menikah nantinya.
Sarada mendengus kesal. Ia tak menyangka hal-hal seperti itu jadi membebaninya akhir-akhir ini. Sebenarnya, Sarada memiliki banyak relasi dengan teman laki-laki walau tidak terlalu akrab, sehingga di matanya semua sama. Tak sedikitpun ia merasa jatuh hati atau sekedar terpikat dengan kawan lawan jenisnya.
"Sa-rada~" panggil Chocho mengacaukan lamunan Sarada yang terduduk di beranda masjid, "sudah kuduga kau di sini"
Sarada meringis. Sebagai temannya dari SD, Chocho sangat mudah memahaminya. Sayangnya selama masa perkuliahan mereka terpisahkan oleh jadwal masing-masing jurusan. Jadwal mahasiswa kedokteran selalu lebih padat daripada mahasiswa tata boga yang cenderung santai.
"Gomen, aku sholat Ashar terlebih dahulu. Jadi bagaimana rencana hari ini?" ujar Sarada.
"Tentu saja harus terlaksana! Anggap saja ini program terakhir anggota kerohanian Islam periode yang lalu" cuap Chocho.
"Kau selalu semangat jika urusan makanan ya" Sarada tertawa pada Chocho, sedangkan Chocho hanya menyipitkan matanya seraya tersenyum getir. Sarada pun beranjak dari tempatnya tak ingin Chocho lebih lama menunggu acara makan-makan.
Meski masa jabatan kerohanian Islam periode Sarada telah berakhir, namun seluruh anggotanya masih saling mengakrabkan diri. Ditambah lagi, tahun ini kemungkinan adalah tahun terakhir mereka untuk bersama. Chocho pun mencetuskan ide untuk menggelar pesta sekaligus reuni kecil-kecilan mereka sebelum berpisah. Merekapun sepakat mengadakannya di kedai Barbe-Q yang cukup dekat dari kampus.
"Mobilmu bagus juga ya, Sarada" puji Chocho yang baru pertama kali menaiki mobil Sarada, "ngomong-ngomong ini hadiah ulang tahunmu bulan lalu kan? Wah, papamu memang sangat menyayangimu!"
"Tee hee~ Walau begitu, aku sedih papa tak datang saat perayaan ulang tahunku"
"Oh ayolah, yang terpenting kan perasaannya sampai padamu" hibur Chocho, "yahh, mungkin melalui hadiah mobil ini"
Sarada tersenyum ke arah Chocho, "benar juga. Karena sebentar lagi aku akan lulus dan bekerja jadi Papa sengaja memberikannya"
"Sugoi! Papamu perhatian sekali" Chocho terus menghebat-hebatkan papa Sarada, "eh, lalu bagaimana dengan Boruto? Kau kan tidak perlu naik kereta lagi, apa kau masih pulang bersama? Yah, mungkin dengan naik mobil bersama"
Sarada tertegun. Sejak ia mengendarai mobilnya sendiri, Boruto tak lagi mengajak berangkat atau pulang bersama. Pernah sesekali Sarada mencoba mengajaknya menumpang, tapi Boruto menolaknya. Sesaat Sarada memikirkan bagaimana Boruto selalu sendiri selama ini.
"Entahlah, tapi kami baik-baik saja kok" ucap Sarada, "oh, ini dia tempatnya. Kita sudah sampai"
Kedua sahabat itu segera turun dan memasuki kedai yang menyediakan berbagai olahan daging. Beberapa anggota seperti Namida, Sumire, dan Wasabi yang tinggal di asrama sudah terlebih dahulu ada di tempat. Begitu pula dengan anggota laki-laki seperti Shikadai, Inojin, dan Denki yang selalu rajin datang pertama.
Sarada dan Chocho lalu bergabung dengan meja teman-teman perempuan mereka sembari menunggu anggota lain. Chocho yang gemar menggosip langsung membaur dengan topik pembicaraan Wasabi sebelumnya, sementara Sarada masih berfokus pada siapa saja yang datang.
"Irasshaimase~" sambut beberapa pekerja yang berjaga di pintu masuk kedai. Sarada menoleh ke arah itu.
Ah, rupanya Iwabe dan Metal. Dimana Boruto dan Mitsuki?
KAMU SEDANG MEMBACA
Half of My Religion ✔
Fanfic[COMPLETED 27/09/20] • [BORUSARA/MITSUSARA] Dalam hadits, menikah itu menyempurnakan separuh agama. Tapi jika pasangan hidup itu bukan orang baik bagaimana? Lalu teori tentang jodoh itu bagaimana, bahwa jodoh adalah cerminan diri? , Sarada Uchiha se...