08

3.6K 548 71
                                    

Sudah hampir jam delapan malam, akan tetapi Younghoon masih betah berdiam diri di kantornya. Entah sudah berapa kali ia menguap lebar, namun pria itu berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankan kesadarannya sebentar lagi.

Dia kembali mengecek ponselnya. Beberapa notif pesan ia dapatkan dari istrinya yang menanyakan keadaannya sekarang. Walaupun sebenarnya fokus Younghoon pecah ketika melihat lockscreen ponselnya yang baru saja ia ganti tersebut.

Foto istrinya bersama sang anak.

"Pak-ah, ternyata benar Bapak masih di sini. Nggak mau pulang, Pak?"

Younghoon lantas meletakkan kembali ponselnya ke atas meja. Kali ini ia memperhatikan sang sekretaris tengah tersenyum manis kepadanya dari depan pintu. "Kamu sendiri? Belum ingin pulang, Jang Gyuri?"

Wanita itu lagi-lagi tersenyum tipis, sedikit memberi gerakan gugupnya dengan menggaruk tengkuknya sendiri.

"Saya-"

"Cepat lah pulang, nggak baik buat wanita kayak kamu pulang selarut ini. Saya duluan, ya. Istri dan anak saya sepertinya sudah menunggu lama akan kepulangan saya," Potong Younghoon sembari bergegas membenahi perlengkapan kerjanya.

Pria berwajah rupawan itu tersenyum ke arah Gyuri sebelum akhirnya berlalu begitu saja, meninggalkan wanita tersebut yang masih dalam kebingungannya.

"Padahal aku udah niat pengen dianterin pulang tadi," Gumam Gyuri seraya mendesah kecewa. Jika seperti ini, Gyuri terpaksa harus menghubungi kembali supirnya agar kembali menjemputnya di kantor.

.
[Moira]
.

Juyeon mengusap matanya yang tadi sempat terpejam entah beberapa menit lamanya. Mata sipitnya melirik cemas ke arah pintu dan jam berulang kali. Kenapa suaminya ini belum juga datang?

Rasa lelah menghampiri matanya. Juyeon kembali memejamkan matanya. Layar tv yang tadinya menampilkan acara kesukaannya rupanya tidak cukup untuk membuatnya terjaga.

Bersamaan dengan hal itu, pintu dibuka perlahan. Namun, sepertinya Juyeon benar-benar kalah dalam hal berperang dengan rasa kantuknya. Pada akhirnya, kedatangan Younghoon tidak membuatnya terbangun.

Younghoon berjalan mengendap-endap ketika melihat surai biru milik sang istri dari header sofa. Pria tersebut lantas menaruh tas kerjanya di sembarang atas meja dan langsung mengangkat tubuh Juyeon secara perlahan, kemudian membawanya ke dalam kamar mereka.

Yang lebih tua tidak mampu menahan senyumannya begitu melihat wajah damai istrinya yang sepertinya setengah terbangun dan setengah tertidur. Terbukti dengan tangannya yang menggantung di lehernya dan bibirnya yang mengeluarkan gerutuan tidak jelas meskipun matanya sudah sepenuhnya terpejam.

Ketika Younghoon menjatuhkan tubuhnya di atas kasur mereka dengan pelan, baru lah Juyeon terbangun. Hal pertama yang ia lihat kali ini adalah wajah tampan suaminya yang berada tepat di depannya.

Younghoon yang gemas tak kuasa menahan niatnya untuk mengecup singkat bibir tipis istrinya. Juyeon yang masih belum sepenuhnya sadar hanya diam saja. Kemudian, langsung memeluk leher suaminya erat. "Bau," Gumamnya sedikit mengejek.

Hal tersebut lantas dibalas kekehan geli oleh yang lebih tua, "Mandiin," Pintanya memohon.

Kepala Juyeon sontak menggeleng berulang kali. Wajahnya sedikit menjauh dari pundak suaminya, namun kedua tangannya masih melingkari leher Younghoon. "Nggak mau. Nanti baju aku basah."

"Hyunjoon mana?" Tanya Younghoon penasaran. Telunjuk istrinya mengarah ke kamar sebelah mereka, "Tidur."

"Kamu sendiri, kok belum tidur?"

Juyeon menggeleng lagi. Rasa kantuknya tiba-tiba menghilang. Rengkuhan hangat Younghoon kini melingkupi badannya. Mulutnya memang mengatakan jika badan Younghoon itu bau, akan tetapi hidungnya berkata lain. Buktinya, saat ini Juyeon tidak menolak saat Younghoon memeluknya lebih erat.

"Nungguin mas pulang dulu." Younghoon tertawa pelan. Ia harus menjaga suaranya saat ini lantaran takut jika Hyunjoon akan terbangun mendengar obrolan mereka. "Mas udah makan belum?"

"Belum, sih. Terakhir makan pas tadi makan siang bareng Kevin." Juyeon mengangguk paham. Lagi-lagi ia yang menjauhkan kontak fisik keduanya. "Kalau gitu mas mandi dulu, sehabis itu baru turun ke bawah. Biar aku temenin kamu makan malam."

Juyeon beranjak dari kasurnya. Berniat untuk keluar kamar mendahului Younghoon.

"Lho, kamu belum makan malam, dek?" Tanyanya khawatir.

"Tadi aku nemenin Hyunjoon makan aja, sih. Soalnya aku pengen makan bareng kamu," Jawabnya.

Younghoon memberi gestur wajah marahnya. Walaupun memang Juyeon ini tidak akan pernah bisa untuk di bentak olehnya, namun rasa khawatir sebenarnya mendasari kemarahan kecilnya sekarang.

"Lain kali jangan diulangin ya, dek. Aku nggak mau kamu sakit gara-gara nunda makan demi nungguin aku pulang. Aku nggak apa kok, makan sendirian. Dan kalau aku pulangnya larut banget, jangan ditungguin. Kamu tidur duluan aja."

Juyeon tersenyum lebar mendengar peringatan dari suaminya itu, "Iya, mas." Juyeon senang karena Younghoon mengkhawatirkannya lebih dari dirinya sendiri. Kalau seperti ini cara Younghoon memperlakukannya, Juyeon jadi tidak menyesal menerima perjodohan ini dulu.

.
[Tbc]
.

Kepanjangan ya? Hshshshshs,

Anw, aku keseringan up apa gimana?
Takut kalian bosen soalnya :(

Moira +BbangjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang